PWMU.CO-Ada pembisik hoax di sekitar Nabi Muhammad yang hampir-hampir saja memicu perang. Maka turunlah surat Al Hujurat (49) ayat 6 yang menganjurkan tabayun. Konfirmasi. Mengecek kebenaran berita agar tak memercayai berita hoax alias bohong. Begini sejarahnya asbabul nuzul ayat itu.
Walid bin Uqbah bin Abi Mu’ith ditunjuk Rasulullah saw untuk memungut zakat dari Bani Musthaliq yang telah menganut Islam. Bani Musthaliq termasuk bagian dari Kabilah Khuza’ah yang menempati wilayah Qudaid dan Asafan di luar kota Mekkah.
Sebelum menganut Islam, Bani Musthaliq pernah bersekutu dengan kaum kafir Quraisy dalam perang Uhud melawan pasukan muslim. Usai perang Uhud, Rasulullah menyerang Bani Musthaliq sampai menguasai wilayah itu dan menawan ratusan orang. Di antara tawanan itu adalah anak pimpinan Bani Musthaliq, Harits bin Dhirar, bernama Juwairiyah. Kemudian Rasulullah membebaskan Juwairiyah dan menikahinya.
Harits bin Dhirar yang melarikan diri saat kalah perang, tak lama kemudian menemui Rasulullah di Madinah untuk menyerah dan menyatakan Islam. Lantas Rasulullah meminta dia dan kaumnya membayar zakat. Kewajiban itu disanggupi oleh Harits.
”Ya Rasulullah, aku akan pulang ke kaumku untuk mengajak mereka masuk Islam dan menunaikan zakat. Orang-orang yang mengikuti ajakanku akan kukumpulkan zakatnya. Apabila telah tiba waktunya, kirimlah utusan untuk mengambil zakat yang telah kukumpulkan itu, ” ujar Harits.
Bermula dari Ketakutan
Ketika waktunya tiba, Rasulullah memercayakan tugas mengambil zakat itu kepada Walid bin Uqbah bin Abi Mu’ith. Rupanya suasana ketegangan, kecurigaan, dan kewaspadaan sebagian orang terhadap Bani Musthaliq belum sepenuhnya hilang pasca konflik. Termasuk dalam diri Walid bin Uqbah bin Abi Mu’ith yang berangkat menjalankan tugas ini.
Ketika hendak memasuki kampung Bani Musthaliq dirinya diliputi kecemasan. Hatinya waswas khawatir masih ada balas dendam orang Bani Musthaliq terhadap orang Islam. Maka tatkala melihat orang-orang bergerombol keluar kampung, Walid bin Uqbah takut dan memacu untanya balik ke Madinah.
Bertemu Rasulullah, Walid membuat laporan palsu bahwa Bani Musthaliq menolak membayar zakat. Bahkan mereka berniat membunuhnya. Mendengar laporan ini Rasulullah segera menunjuk sahabat untuk membentuk pasukan menuju wilayah Bani Musthaliq.
Sementara di permukiman Bani Musthaliq, Harits sudah banyak mengumpulkan zakat. Saat waktu yang telah ditetapkan tiba, dia belum mendapati utusan Rasulullah datang. Harits merasa ada yang tidak beres.
Dia pun memanggil para hartawan kaumnya dan berkata,” Sesungguhnya Rasulullah telah menetapkan waktu untuk mengirim utusan mengambil zakat dan beliau tidak pernah menyalahi janjinya. Akan tetapi saya tidak tahu mengapa beliau menangguhkan utusannya itu. Mungkinkah beliau marah? Karena itu mari kita berangkat menghadap Rasulullah,” ujarnya.
Hampir Saja Bertikai
Rombongan Harits pun berangkat ke Madinah. Di tengah perjalanan, rombongan Harits berpapasan dengan pasukan Rasulullah. Setelah berhadap-hadapan, Harits menanyai utusan itu.
”Kepada siapa kalian diutus?”
”Kami diutus kepada Harits bin Dhirar, pemimpin kaum Bani Musthaliq.”
”Mengapa? ”
”Sesungguhnya Rasulullah saw telah mengutus Walid bin Uqbah. Namun dia mengatakan engkau tidak mau menyerahkan zakat, bahkan bermaksud membunuhnya.”
”Demi Allah yang telah mengutus Muhammad dengan sebenar-benarnya, aku tidak melihatnya. Tidak ada yang datang kepadaku.”
Terjadi Tabayun
Dua rombongan ini lantas sepakat bersama-sama menemui Rasulullah saw.
Bertanyalah Rasulullah kepada Harits, ”Mengapa kamu menahan zakat dan akan membunuh utusanku?”
Harits menjawab, ”Demi Allah yang telah mengutus engkau sebenar-benarnya, aku tidak berbuat demikian.” Maka Harits menjelaskan situasi yang sebenarnya.
Di tengah peristiwa itu Rasulullah mendapatkan wahyu ayat keenam dari surat Al Hujurat (49).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya, hai orang-orang beriman
jika datang kepadamu orang fasik membawa berita maka konfirmasilah agar tidak
kalian mencelakai suatu kaum karena kebodohanmu sehingga kalian menyesal atas
apa yang kalian perbuat.
Kisah di atas menggambarkan orang-orang yang berada di lingkaran kekuasaan adakalanya bermain untuk kepentingan sendiri. Orang-orang di lingkaran kekuasaan biasanya adalah orang kepercayaan penguasa. Mereka ini dalam dunia politik suka disebut tukang bisik. Orang-orang yang memberikan informasi kepada penguasa dan memengaruhi keputusan pemerintah.
Tidak terkecuali Walid bin Uqbah yang dipercaya sebagai petugas pemungut zakat oleh Rasulullah. Dengan tugas itu menandakan Walid termasuk orang yang berada di lingkaran dekat Rasulullah. Tapi dia tega membuat berita palsu. Akhirnya ada pembisik hoax di zaman itu. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto