PWMU.CO – Marbot masjid termasuk orang-orang kecil yang disayang oleh Nabi SAW. Seperti yang disampaikan Nadjib Hamid di Masjid Al-Huda Balongpanggang, Gresik, Ahad (19/1/20).
Suasana Kajian Ahad Pagi yang digelar Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Balongpanggang kali ini memang berbeda.
Saat itu Nadjib Hamid yang berceramah dengan topik “Meneladani Akhlak Rasulullah”, mengajak marbot masjid tempat kajian ini untuk memberikan testimoni.
Kardono (59 tahun), nama sang marbot, mengungkapkan bahwa dirinya sudah sekitar dua tahun bekerja di masjid ini dengan gaji Rp 1 juta.
“Cukup untuk biaya hidup?,” tanya Nadjib.
“Ya, dicukup-cukupkan pak,” jawab dia didampingi Wakil Ketua Takmir Masjid Al-Huda Drs Yazid Muttaqin.
Rasulullah Peduli Orang Kecil
Seraya mengutip ayat 21 Surat Al-Ahzab, yang artinya: “Sungguh pada diri Rasulullah SAW terdapat teladan yang baik, bagi orang-orang yang yakin akan menjumpai Allah dan hari akhir”, Wakil Ketua PWM Jatim itu mengajak jamaah agar menjadikan Rasulullah SAW sebagai idola, dengan meneladani akhlaknya dalam semua aspek kehidupan.
“Setiap orang, pasti punya idola dalam kehidupan. Dan idola terbaik yang bisa menyelamatkan kehidupan di dunia dan akhirat adalah Nabi Muhammad SAW,” tuturnya.
Di antara yang patut dicontoh, lanjut dia, Rasulullah sangat peduli terhadap orang-orang kecil, tapi hidupnya memberi manfaat pada orang banyak. Seperti petugas kebersihan masjid.
Dikisahkan pada zaman Rasulullah, ada sorang wanita bernama Ummu Mahjan, berkulit hitam yang biasanya membersihkan masjid. Suatu ketika Rasulullah merasa kehilangan wanita tersebut. Lalu beliau bertanya kepada para sahabat, lantas dijawab, “Ia telah wafat, ya Rasulullah.”
“Mengapa kalian tidak memberitahukan hal itu kepadaku?,” tanya Rasulullah. Saat itu para sahabat tidak memandang Ummu Mahjan sebagai sosok yang penting. “Ya Rasulullah. Dia kan cuma petugas masjid, orangnya jelek, berkulit hitan legam lagi,” jawab mereka.
“Tunjukkan kepadaku di mana kuburannya!,” pinta Rasulullah. Lalu para sahabat bergegas menunjukkan kuburannya kepada Rasulullah SAW. Setelah sampai di makamnya kemudian Rasulullah mendoakan Ummu Mahjan.
Menurut Nadjib Hamid, dalam pandangan Rasulullah, yang disebut orang penting bukanlah orang yang memiliki jabatan atau memiliki status sosial tinggi. “Khairunna anfa’uhum linnas. Orang oenting adalah orang yang bisa memberi manfaat kepada orang lain,” tausiahnya mengutip hadits Nabi.
“Tak perlu menjadi orang hebat, tak perlu menjadi pejabat. Yang utama mempunyai niat agar bisa bermanfaat demi kemaslahatan umat”, imbuh Nadjib.
Sayangnya, kata Nadjib, tidak ada orangtua yang menginginkan anaknya jadi petugas masjid. Karena dianggap kurang bermartabat. Para takmir masjid pun umumnya juga kurang peduli pada kesejahteraan mereka. Padahal itu mulia, dan dimuliakan oleh Nabi.
“Oleh karena itu, mari kita contoh yang dilakukan Nabi, dengan memberikan perhatian lebih kepada orang-orang kecil tapi memiliki peran besar,” ajaknya seperti yang sudah dia lakukan di masjidnya.
Pada akhir acara, beberapa jamaah yang bertanya, dan yang berani maju menjawab pertanyaan diberikan hadiah buku. (*)
Penulis Liza Rahmawati. Editor Mohammad Nurfatoni.