PWMU.CO – Shaf shaf shalat yang rapat dan lurus sesuai hadits shahih dijelaskan Dr Zainuddin MZ LC MA, Direktur Turats Nabawi Pusat Studi Hadits. (Redaksi)
Assalamualaikum wr. wb.
Ada gambar yang saya temukan di masjid bahwa dalam ibadah shalat shaf harus rapat. Di sana digambarkan pundak rapat dengan pundak, lutut rapat dengan lutut, mata kaki rapat dengan mata kaki jamaah sebelahnya. Bagaimana sebenarnya aturan dalam shaf ini?
Hamba Allah, Surabaya
Hadits-Hadits tentang Keutamaan Shaf Shalat yang Rapat dan Lurus
Waalaikum salam wr.wb.
Setidaknya ada delapan sahabat yang terlibat dalam periwayatan etika pelurusan dan perapatan shaf shalat. Yaitu (1) Bara’ bin Azib, (2) Busyair bin Yasar; (3) Jabir bin Samurah, (4) Abu Suhail dari bapaknya, (5) Ibnu Abbas, (6) Anas bin Malik, (7) Nu’man bin Basyir, dan (8) Ibnu Umar.
Syariat menyempurnakan shaf shalat diriwayatkan sebagai berikut:
Hadits Bara’ bin Azib
وَعَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رضي الله عنه قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم يَتَخَلَّلُ الصُّفُوفَ مِنْ نَاحِيَةٍ إِلَى نَاحِيَةٍ, يَمْسَحُ مَنَاكِبَنَا وَصُدُورَنَا, وَيَقُولُ: لَا تَخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ
Bara’ bin Azib RA berkata: Rasulullah SAW. mengamati shaf demi shaf, mengusap pundak dan dada kami seraya bersabda: Jangan berantakan sehingga hati kalian berselisih (berantakan) (HR Abu Dawud: 664; Nasai: 811; Ahmad: 18539).
Hadits Busyair bin Yasar
وَعَنْ بُشَيْرِ بْنِ يَسَارٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ: قَدِمَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رضي الله عنه الْمَدِينَةَ، فَقِيلَ لَهُ: مَا أَنْكَرْتَ مِنَّا مُنْذُ يَوْمِ عَهِدْتَ رَسُولَ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم؟ قَالَ: مَا أَنْكَرْتُ شَيْئًا، إِلَّا أَنَّكُمْ لَا تُقِيمُونَ الصُّفُوفَ
Busyair bin Yasar al-Anshari berkata: Anas bin Malik hadir di Kota Madinah. Lalu dikatakan kepadanya: Anda tidak pernah mengingkari kami sejak hari anda mulazamah dengan Rasulullah SAW. Ia berkata: Tidaklah aku mengingkari sesuatu, lantaran kalian tidak meluruskan shaf shalat. (HR Bukhari: 691; Ahmad: 12145; Thabrani dalam Mu’jam Ausath: 3226)
Hadits Abu Suhail dari Bapaknya RA
وَعَنْ أَبِي سُهَيْلِ بْنِ مَالِكٍ, عَنْ أَبِيهِ أَنَّهُ قَالَ: كُنْتُ مَعَ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رضي الله عنه , فَقَامَتْ الصَّلَاةُ وَأَنَا أُكَلِّمُهُ فِي أَنْ يَفْرِضَ لِي, فَلَمْ أَزَلْ أُكَلِّمُهُ وَهُوَ يُسَوِّي الْحَصْبَاءَ بِنَعْلَيْهِ, حَتَّى جَاءَهُ رِجَالٌ قَدْ كَانَ وَكَلَهُمْ بِتَسْوِيَةِ الصُّفُوفِ, فَأَخْبَرُوهُ أَنَّ الصُّفُوفَ قَدْ اسْتَوَتْ, فَقَالَ: لِي اسْتَوِ فِي الصَّفِّ, ثُمَّ كَبَّرَ
Dinarasikan Abu Suhail dari bapaknya: Aku bersama Utsman bin Afan lalu diiqamati shalat dan aku membicarainya agar diberikan ketetapan padaku. Dan dia terus aku bicarai saat dia meluruskan shaf dengan sandalnya, sehingga orang-orang berdatangan yang telah diperintah meluruskan shaf. Kemudian diberitahukan bahwa shaf telah lurus. Kemudian ia mengulang, luruskan shaf, lalu takbir. (HR Malik: 374; Baihaqi: 2126).
Dari paparan hadits-hadits di atas dapat dicermati, Islam sangat memperhatikan etika kesempurnaan shalat. Sehingga imam diperintahkan menganjurkan meluruskan shaf dan tidak takbir hingga shaf betul-betul sempurna. Jika dirasa telah sempurna, itupun dianjurkan untuk mengingatkan lagi sebelum takbiratul ihram.
Melunakkan Pundak dalam Shaf Shalat yang Rapat dan Lurus
Etika shaf bukan hanya pada aspek lurusnya, melainkan juga perapatannya. Kita dianjurkan seperti rapatnya malaikat saat di hadapan Allah SW. Sehingga tidak ada peluang setan menempati kelonggarannya.
Hadits Ibnu Abbas
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم: خِيَارُكُمْ أَلْيَنُكُمْ مَنَاكِبَ فِي الصَّلَاةِ
Dinarasikan Ibnu Abbas RA Rasulullah SAW. bersabda: Sebaik-baik kalian yang lunak pundaknya dalam memberi shaf teman di waktu shalat (HR Ibnu Khuzaimah: 1566; Ibnu Hibban: 1756; Abu Dawud: 672; Baihaqi: 4969).
Hadits Jabir bin Samurah.
عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ رضي الله عنه قَالَ: خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم فَقَالَ: أَلَا تَصُفُّونَ كَمَا تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا؟ فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ, وَكَيْفَ تَصُفُّ الْمَلَائِكَةُ عِنْدَ رَبِّهَا؟ قَالَ: يُتِمُّونَ الصُّفُوفَ الْأُوَلَ, وَيَتَرَاصُّونَ فِي الصَّفِّ
Jabir bin Samurah RA berkata: Rasulullah SAW hadir di hadapan kami seraya bersabda: Kenapa kalian tidak membentuk shaf seperti malaikat berbaris di hadapan Tuhannya? Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana shaf malaikat di hadapan Tuhan? Nabi SAW bersabda: Mereka menyempurnakan shaf pertama dan merapatkannya (HR Muslim: 430; Abu Dawud: 661; Nasai: 816; Ahmad: 21062).
Hadits Ibnu Umar
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رضي الله عنهما قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم: أَقِيمُوا الصُّفُوفَ, فَإِنَّمَا تَصُفُّونَ بِصُفُوفِ الْمَلَائِكَةِ, وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ, وَسُدُّوا الْخَلَلَ, وَلِينُوا فِي أَيْدِي إِخْوَانِكُمْ, وفي رواية: (وَلِينُوا بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ) وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ, وَمَنْ وَصَلَ صَفًّا وَصَلَهُ اللهُ, وَمَنْ قَطَعَ صَفًّا قَطَعَهُ اللهُ
Dinarasikan Ibnu Umar RA, Rasulullah SAW. bersabda: Luruskan shaf, bikin barisan seperti malaikat, sejajarkan pundak kalian, tutuplah ruang kelonggaran, berlakulah lunak terhadap teman-temanmu.
Riwayat Lain dari Hadits Ibnu Umar
Dalam riwayat lain: (Lunaklah terhadap kerabatmu). Janganlah kalian beri peluang kelonggaran untuk setan, yang menyambung shaf maka Allah menyambungnya. Dan yang memotong shaf maka Allah memotongnya (HR Abu Dawud: 666; Nasai: 819; Baihawi: 4967; Ahmad: 5724).
Dari teks-teks di atas dapat dipahami siapa setan yang dimaksudkan. Semestinya kelonggaran itu cukup ditempati seseorang namun jika dibiarkan kosong akan ditempati setan. Maka setan yang dimaksud adalah kita yang tidak mau menempati tempat kosong tersebut. Hal ini berbeda jika tempat kosong itu sudah tidak mungkin ditempatinya.
Cara Shaf Shalat yang Rapat dan Lurus
Hadits-hadits spesifik yang mensyariatkan perapatan shaf shalat, ada yang hanya dua unsur. Yaitu pundak dan kaki. Dan ada pula yang terdiri tiga unsur. Yaitu pundak, lutut, dan mata kaki.
Hadits yang menjelaskan perapatan dua unsur saja diriwayatkan Anas bin Malik sebagai berikut:
Hadits Anas
وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: (كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم يُقْبِلُ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ، قَبْلَ أَنْ يُكَبِّرَ، فَيَقُولُ: تَرَاصُّوا وَاعْتَدِلُوا) (سَوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ) وفي رواية: (فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ) وفي رواية: (أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ وَتَرَاصُّوا) وفي رواية: (كَانَ يَقُولُ: اسْتَوُوا, اسْتَوُوا, اسْتَوُوا, فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَرَاكُمْ مِنْ خَلْفِي كَمَا أَرَاكُمْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ) وفي رواية: (أَتِمُّوا الصَّفَّ الْأَوَّلَ, ثُمَّ الَّذِي يَلِيهِ, وَإِنْ كَانَ نَقْصٌ فَلْيَكُنْ فِي الصَّفِّ الْمُؤَخَّرِ) وفي رواية: (رَاصُّوا الصُّفُوفَ فَإِنَّ الشَّيَاطِينَ تَقُومُ فِي الْخَلَلِ) (رَاصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا, وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ, فَوَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنِّي لَأَرَى الشَّيَاطِينَ تَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ) وفي رواية: (كَأَوْلَادِ الْحَذَفِ قِيلَ: يَا رَسُولَ اللهِ, وَمَا أَوْلَادُ الْحَذَفِ؟, قَالَ: سُودٌ جُرْدٌ تَكُونُ بِأَرْضِ الْيَمَنِ ) (قَالَ أَنَسٌ: فَلَقَدْ كُنْتُ أَرَى الرَّجُلَ مِنَّا يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ أَخِيهِ) (وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ، وَلَوْ ذَهَبْتَ تَفْعَلُ ذَلِكَ الْيَوْمَ، لَتَرَى أَحَدَهُمْ كَأَنَّهُ بَغْلٌ شَمُوسٌ)
Anas bin Malik RA berkata: (Rasulullah SAW. menatap kami sebelum bertakbir seraya bersabda: Rapatkan dan luruskan shaf) (Luruskan shaf kalian. Sesungguhnya lurusnya shaf bagian dari kesempurnaan shalat).
Riwayat Lain dari Hadits Anas
Dalam riwayat lain: (Sesungguhnya lurusnya shaf bagian dari penegakan shalat). Dalam riwayat lain: (Luruskan dan rapatkan shaf). Dalam riwayat lain: (Luruskan shaf –diucapkan tiga kali.
Demi yang jiwaku dalam genggaman-Nya, ditunjukkan di hadapanku dari balik punggungku sebagaimana yang ditampakkan di hadapan mataku).
Dalam riwayat lain: (Sempurnakan shaf pertama dan seterusnya. Jika ada kekurangan maka itu pada shaf yang terakhir).
Setan Tempati Shaf Shalat yang Longgar
Dalam riwayat lain: Rapatkan shaf, karena setan menempati pada kelonggaran) (maka rapatkan shaf kalian). Salinglah mendekat, dan sejajarkan leher kalian. Demi yang jiwa Muhammad dalam genggaman-Nya, sesungguhnya aku melihat setan memasuki kelonggaran shaf seperti longgarnya anak domba.
Dalam riwayat lain: (Seperti longgarnya anak domba. Dikatakan, wahai Rasulullah apa maksudnya? Nabi SAWw. bersabda: Perisai hitam yang ada di bumi Yaman) (Anas berkata: Akhirnya aku saksikan seorang menempelkan pundak pada pundak temannya) (telapak kaki pada telapak kaki temannya.
Jika Anda pergi mengerjakannya hari ini tentu Anda menyaksikan mereka seakan baghal yang menantang) (HR Bukhari: 687, 690, 692; Muslim: 124; Abu Dawud: 667, 668, 671; Nasai: 813, 814, 815, 818, 845; Ibnu Majah: 993; Ahmad: 12030, 12277, 12594, 12836, 13270, 13420, 13761, 13865, 18641; Abad bin Humaid: 1406; Abu Ya’la: 3720; Ibnu Abi Syaibah: 3524).
Tiga Unsur Merapatkan Shaf Shalat Berjamaah
Adapun hadits yang menjelaskan perapatan tiga unsur diriwayatkan Nu’man bin Basyir sebagai berikut:
Hadits Nu’man bin Basyir
وَعَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رضي الله عنه قَالَ: (كَانَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم يُسَوِّي صُفُوفَنَا) (إِذَا قُمْنَا لِلصَّلَاةِ) (كَمَا تُقَوَّمُ الْقِدَاحُ) (فَإِذَا اسْتَوَيْنَا كَبَّرَ) (حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدْ عَقَلْنَا عَنْهُ) (ذَلِكَ عَنْهُ وَفَهِمْنَاهُ) (ثُمَّ خَرَجَ يَوْمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ, فَرَأَى رَجُلًا بَادِيًا صَدْرُهُ مِنْ الصَّفِّ) (فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللهِ صلى اللهُ عليه وسلَّم عَلَى النَّاسِ بِوَجْهِهِ فَقَالَ:) (عِبَادَ اللهِ) (أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ, أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ, أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ, وَاللهِ لَتُقِيمُنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ) (قَالَ: فَرَأَيْتُ الرَّجُلَ يُلْزِقُ مَنْكِبَهُ بِمَنْكِبِ صَاحِبِهِ, وَرُكْبَتَهُ بِرُكْبَةِ صَاحِبِهِ, وَكَعْبَهُ بِكَعْبِهِ)
Nu’man bin Basyir RA berkata: (Rasulullah SAW meluruskan shaf kami) (jika kami hendak memulai shalat) (sebagaimana meluruskan anak panah) (Jika sudah lurus barulah beliau takbir) (sehingga beliau menyaksikan kami telah memahaminya) (sampai kami pun memahaminya).
Penjelasan Hadits soal Tiga Unsur
(Suatu hari beliau keluar shalat, ketika hendak takbir, Nabi menyaksikan seseorang yang dadanya menonjol ke depan shaf) (lalu Rasulullah menatap kami seraya bersabda:) (Wahai hamba Allah) (luruskan shaf kalian –diucapkan tiga kali. Demi Allah, kalian meluruskannya atau Allah membolak-balikkan hati kalian).
(Nu’man berkata: Maka aku saksikan seseorang menempelkan pundak pada pundak temannya, lutut dengan lutut temannya, dan mata kaki dengan mata kaki temannya) (HR Bukhari: 685; Muslim: 436, 437; Abu Dawud: 662, 663, 665; Tirmidzi: 227; Nasai: 810; Ahmad: 18450, 18464).
Redaksi “yulziqu” berarti nempel rapat, “yulziqu mankibahu bi mankibi shahibihi” berarti menempelkan rapat antara pundak seseorang dengan pundak temannya, sedemikian pula dalam lutut dan mata kaki.
Pundak dan Kaki atau Plus Lutut?
Karena hadits Anas hanya meriwayatkan dua unsur (pundak dan kaki) sedangkan riwayat Nu’man ada tiga unsur (pundak, lutut dan mata kaki), maka keharusan dikedepankan yang tiga unsur. Karena Nu’man lebih cermat dari Anas.
Pertanyaannya, semua periwayatan di atas merupakan atsar sahabat, apa mungkin atsar-atsar seperti ini dipahami secara denotatif? Sungguh tidak mungkin dapat dipraktikkan.
Apalagi hanya adanya kelonggaran yang sedikit difatwakan salah. Fatwa seperti itu jelas bertentangan dengan hadits shahih, karena pelurusan dan perapatan shaf hanyalah wilayah sempurna atau kurang sempurnanya shaf, bukan salah dan tidaknya. (*)
Artikel ini kali pertama diterbitkan Majalah Matan.