Komunitas Seni Smamsatu Gresik Power Art menggelar Art Exhibition di lantai 3 Convention Icon Mall Gresik selama delapan hari.
PWMU.CO – Wajah Annisa Rahmah Ramadhani (5 tahun) tersenyum malu melihat lukisan tokoh kartun dalam serial Frozen, Olaf, yang sedang berenang. Lukisan karya Ayuni Setiya Nirmala, siswa kelas X IPS 3 SMA Muhammadiyah I (Smamsatu) Gresik ini membuat putri pertama pasangan Rudi Ihwono SKom dengan Wiwit Rahmya Rosintan MPsi ini bahagia.
Peristiwa itu terjadi saat kedua guru Smamsatu itu mengajak buah hatinya menghadiri acara pembukaan pameran lukisan siswa Smamsatu bertajuk ‘Art Exhibition‘ di Icon Mall, Sabtu (25/1/20) sore.
Kegiatan tersebut diinisiasi komunitas seni Smamsatu Power Art bertema ‘Berpacu dalam Emosi’. Tak tanggung-tanggung, Art Exhibition itu digelar selama 18 hari, Sabtu-Selasa (25/1/20-11/2/20).
Koordinator acara Balqis Ghaida Bahya, siswa kelas XII Bahasa mengucapkan terima kasih kepada Smamsatu atas kesempatan untuk Power Art sehingga bisa memamerkan karyanya kepada masyarakat. Ia mengaku bangga terhadap sekolahnya yang telah memfasilitasi semuanya. “Bakat seni kami bisa tersalurkan. Jadi kami lebih semangat,“ ungkapnya.
Menurut Balqis Ghaida Bahya, sekitar 300 orang menghadiri acara pembukaan pameran ini. Mereka terdiri dari siswa, wali murid, guru, dan karyawan Smamsatu serta masyarakat umum.
Acara ini juga melibatkan Galeri Seni Rupa Gresik (Gasrug), yaitu komunitas seniman muda Gresik yang memiliki bakat di bidang seni lukis. Beberapa anggotanya merupakan alumni Smamsatu.
Selain memamerkan karya seni lukis, Power Art Smamsatu juga menggelar beberapa acara, yaitu Nobar Loving Vinceht, Ahad (26/1/20); Nobar Basquit, Jumat (31/2/20); Livesketch, Sabtu (1/2/20); Lettering, Kamis (6/2/20); Live Mural, Jumat (7/2/20); Lukis Kayu, Sabtu (8/2/20); dan Livesketch Manga, Minggu (9/2/20).
Mengeluarkan Emosi dalam Berkarya
Pembina Kelas Passion Seni Ahmad Yoni Risal SPd mengatakan, jumlah lukisan yang dipamerkan sebanyak 61 buah. Menurutnya, tema ‘Berpacu dalam Emosi’ dipilih supaya anak-anak mengeluarkan emosinya dalam berkarya. “Emosi apapun, seperti marah, senang, sedih, atau benci,” ujarnya.
Ahmad Yoni Risal mengaku, impian membuat pameran ini sudah lama. “Sebenarnya ini impian saya untuk bikin pameran bareng Power Art. Power Art yang dibentuk tahun 2013 silam, alhamdulillah tahun ini ada kesempatan yang ditawarkan Smamsatu, ya kita ambil,” terangnya bahagia.
Yoni berharap tahun depan atau akhir tahun ini bisa mengadakan pameran lagi bersama Power Art. “Harapan kami tidak hanya di Gresik saja, tetapi bisa ke Surabaya atau Yogyakarta, sehingga komunitas kita bertambah eksis,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Power Art ini dibentuk di Smamsatu dan ia dipertemukan di sana juga. Dari pameran ini, Smamsatu memberi fasilitas dan mendukung rangkaian acara sehingga ke depan, ia yakin bisa mewujudkan impian itu.
Guru yang juga alumni Smamsatu tahun 2006 itu mengungkapkan, pameran ini sebagai wadah seniman muda Gresik untuk berkarya. Sebenarnya, kata dia, pameran ini ditujukan untuk umum. “Sasarannya generasi muda yang punya bakat di seni lukis. Karena sebenarnya di Gresik banyak seniman muda di bidang seni lukis, cuma belum ada wadahnya. Dan jarang ada lembaga yang mengapresiasi karya anak-anak muda,” jelasnya.
Makna di Balik Art Exhibition
Menurut Ahmad Yoni Risal, dibalik kegiatan ini ada pelajaran yang diberikan, yaitu tanggung jawab, empati, dan kerja sama tim lebih meningkat. “Anak-anak kita beri tanggung jawab supaya minimal mereka bisa bertanggungjawab untuk dirinya sendiri dan secara sosial bisa lebih terbuka,” jelasnya.
Menurutnya, hal itu bisa memunculkan rasa empati dan kerja sama tim yang lebih meningkat. “Yang saya terapkan itu,” tegasnya.
Ia menambahkan, anak-anak SMA sering meremehkan waktu, maka jika ada kesempatan harus diambil dan diwujudkan. “Saya ingatkan, jangan menyesal besok, maka gunakan waktu dan kesempatan semaksimal mungkin. Apalagi masalah karya itu tidak bisa ditunda-tunda,” tuturnya menegaskan semakin lama umurnya, semakin tambah nilainya. “Kalau karya kamu sedikit, ya sayang.” (*)
Penulis Estu Rahayu. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.