PWMU.CO – Di luar persoalan pendidikan, militer dan pemikiran keislaman, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Prof Muhadjir Effendy, yang baru dilantik hari ini (27/7), ternyata juga punya darah budaya. Muhadjir mewarisi darah itu dari ayahnya yang juga seniman wayang kulit, Soeroja. Muhadjir menaruh perhatian dan penghargaan yang tergolong khusus dalam bidang seni dan budaya. Misalnya saja kecintaannya pada musik, dan khususnya lagi, musik dangdut.
(Baca: Prof Muhadjir, Mendikbud Itu juga Seorang Qari’)
Saat itu tahun 2005, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sedang memiliki gawe besar. UMM didapuk sebagai tuan rumah Muktamar Muhammadiyah ke-45. Pada saat pembukaan Muktamar di dalam Stadion Gajayana, di kawasan luar stadion juga diadakan sejumlah acara, termasuk pentas hiburan. Ternyata, di situ terdapat pula Rhoma Irama bersama Soneta Group-nya yang memang dihadirkan oleh panitia untuk memeriahkan pembukaan Muktamar.
(Baca: Inilah Perjalanan Karier Mendikbud yang Baru, Prof Muhadjir Effendy)
Tidak terduga, ternyata setelah acara resmi selesai, Muhadjir segera berlarian kecil menuju panggung hiburan di luar Stadion Gajayana untuk bergabung dengan Soneta. Melalui MC, akhirnya Muhadjir diberi kesempatan menggapai mimpinya, yaitu menyanyi lagu dangdut berduet dengan Rhoma Irama dengan iringan lengkap Soneta Grup. Muhadjir sama sekali tak canggung, dan melantunkan lagu Begadang dengan gembira.
Di lain kesempatan, di ruang Media Center saat penutupan Muktamar Muhammadiyah 2005, para wartawan berkumpul dan melepas lelah dengan menyanyikan lagu-lagu dangdut. Tanpa diduga ternyata Muhadjir Effendy turut bergabung dalam riuh rendah para wartawan, dan tanpa canggung menyanyikan sejumlah lagu dangdut, khususnya lagu-lagu Rhoma Irama.
(Baca: Kisah Sukses Mahasiswa UMM Ubah Perkampungan Kumuh Jadi Rio de Janeiro-nya Indonesia dan Kapolri Terima Tanda Keluarga Kehormatan UMM)
Menyanyikan lagu Rhoma Irama, lagi-lagi, ternyata bukan sebuah kebetulan. Dalam banyak kesempatan, Muhadjir sering bercerita kepada orang-orang dekatnya bahwa ia mempunyai mimpi untuk bisa menyanyikan lagu-lagu dangdut dengan iringan grup musik SONETA yang dipimpin oleh Rhoma Irama. Ternyata mimpi yang sudah terpatri sejak belia itu menjadi kenyataan tatkala UMM menjadi tuan rumah Muktamar Muhammadiyah ke-45 tahun 2005.
“Sewaktu duduk di bangku sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA), saya dan beberapa teman mendirikan sebuah grup Orkes Melayu bernama BRAGA (Barito Suara Guru Agama). Uang untuk membeli alat musiknya, saya tarik dari siswa baru, tetapi tanpa seizin kepala sekolah. Tentu saja, saya menjadi sasaran kemarahan kepala sekolah. Kelompok musik ini bukan hanya untuk menyalurkan hobi musik kami, tetapi juga untuk mencari uang jajan,” cerita Muhadjir tentang perjalanan darah budaya dalam dirinya.
(Baca: Mantan Rektor UMM Tersukses Ini Berbagi 5 Jurus Membesarkan Perguruan Tinggi)
Tak hanya itu, bukti perhatian Muhadjir pada seni dan budaya juga bisa dilihat dari keputusannya untuk menyumbangkan seperangkat alat pewayangan yang diciptakan sendiri oleh ayahnya, Soeroja, kepada UMM. (pradana boy/nasrullah)