PWMU.CO-Takwa adalah predikat yang harus dicapai oleh setiap muslim. Derajat itu harus diwujudkan dengan memahami Islam secara komprehensif dan tidak boleh merasa sempurna.
Hal itu disampakan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lumajang Suharyo AP dalam mengisi Pengajian Ahad Pagi di Gedung Dakwah PDM Gresik, Ahad (2/2/2020). Acara dihadiri seribuan jamaah.
Dia lantas menyampaikan arti takwa. ”Taqwa adalah takut kepada Allah swt dan takut berbuat maksiat,” tandasnya.
Memperjelas makna itu dia kemudian berkisah. Suatu waktu, katanya, Rasulullah saw datang ke pemakaman seorang pemuda dengan berjinjit. Para sahabat tentu saja heran dan bertanya. ”Wahai Rasulullah, mengapa engkau berjinjit?”
Rasulullah menjawab, tahukah kalian wahai sahabatku, di pemakaman pemuda ini terdapat banyak malaikat yang turut mengiringi jenazahnya.
Para sahabat takjub. Mereka bertanya amalan apa sehingga jenazah pemuda itu dapat perlakuan mulianya dari malaikat. Selidik punya selidik, Rasulullah mendapat jawaban atas perilaku pemuda itu.
Malu Berbuat Maksiat
Suatu hari pemuda berjalan biasa. Tatkala melewati rumah seseorang, tak sengaja ia melihat aurat wanita usai mandi. ”Sebab pintu rumahnya terbuka dan posisi kamar manda lurus dengan pintu rumah. Sehingga keadaan itu menjadikan orang yang melewati rumah tersebut melihat pintu yang terbuka, akan melihat kamar mandinya,” tutur Suharyo AP.
Ternyata anak muda itu malu luar biasa. Sampai-sampai ia tak mendatangi masjid untuk shalat berjamaah karena masih merasa malu. Sikap malu seperti ini saat kematiannya dia dimuliakan malaikat.
”Inilah takwa hadirin, apa ada anak muda sekarang seperti itu?” tanya Suharyo yang dijawab jamaah dengan suara berbisik antar jamaah di samping kanan-kirinya.
Kemudian dia memberikan kriteria tugas pribadi muslim agar mencapai predikat takwa. Pertama, memahami Islam secara komprehensif.
”Tidak boleh ada yang merasa sempurna, teruslah berfastabiqul khoirot, tidak usah mencaci perilaku orang lain yang beda dengan kita,” tandasnya.
Kedua, sambung dia, menghayati ajaran agama dengan baik. ”Semisal pada gerakan shalat, kita perlu menghayati mengapa selesai takbiratul ihram, tangan kita bersedekap di dada. Kita renungkan, oh karena saat kita meninggal dunia, posisi tangan kita juga begitu, terus mengapa kita sujud mencium tanah, oh karena kita saat meninggal dunia tubuh kita akan kembali ke tanah,” ujarnya.
Lalu Suharyo bercerita lagi, ada orang yang dalam hidupnya gemar main catur. Saat akan meninggal ia berucap, skak… skak…
Begitu juga ada orang yang selama hidupnya gemar berceramah. Bahkan ringtone HP-nya tak lepas dari kalimat talbiyah, sehingg saat akan meninggal, ia mengucap kalimat-kalimat talbiyah itu.
”Bagaimana dengan kegemaran kita saat ini yang gemar main HP, WA, bagaimana nasib kita saat akan meninggal kira-kira?,” tanya Haryo.
Terakhir, menurut dia, mencapai takwa itu dengan mengamalkan ilmu ibadah walau sedikit. ”Sedikit, asalkan dikerjakan terus menerus, insyaallah menjadi amal yang luar biasa,” tegasnya Suharyo. (*)
Penulis Mahfudz Efendi Editor Sugeng Purwanto