PWMU.CO – Tiga kunci sukses jalankan kegiatan dakwah meliputi: pertama, perencanaan yang baik. Kedua, pengelolanya solid. Ketiga, spiritualitasnya kuat. Perencanaan yang baik memegang peran.
Hal itu disampaikan Nadjib Hamid dalam Pengajian Ahad Pagi, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Tulungagung, di Masjid Al-Fattah (02/02).
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim itu merujuk pada Surat Ali Imran Ayat 200.
Lima Contoh Perencanaan Dakwah
Dalam tiga kunci sukses jalankan kegiatan dakwah perencanaan yang baik memegang peranan utama. Nadjib Hamid memberikan lima contoh nyata dalam kegiatan pengajian.
Pertama, tepat waktu. “Kebiasaan jam karet menimbulkan kesan perencanaan kurang matang. Sehingga bagi jamaah yang punya kegiatan lain, akan ragu untuk hadir, karena tidak ada kepastian waktu. Tapi kalau pengajiannya on time, mereka akan tetap menyempatkan hadir,” urainya.
Kedua, tentukan tema. “Tema atau topik pengajian harus ditetapkan dari awal, agar fokus, dan terhindar dari pengulangan materi. Sekaligus berfungsi mengontrol penceramah supaya tidak liar,” pesannya sembari mengingatkan untuk menjaga gairah jamaah yang hadir, dalam pengajian umum dihindari topik-topik khilafiah.
Kegiatan Dakwah Menggembirakan
Ketiga, menggembirakan. Menurutnya pengajian tidak boleh rutin belaka, dan berhenti di pengajian. Tapi harus ditindaklanjuti dengan gerakan nyata, untuk membantu menyelesaikan problem jamaah supaya gembira.
“Isi ceramahnya jangan malah menimbulkan masalah baru. Tidak mengundang penceramah yang suka menyalahkan orang lain,” pesannya seraya mencontohkan kasus yang sudah dipraktikkan, di masjid yang dia kelola dengan memberikan pinjaman lunak kepada jamaah yang terjerat rentenir.
Dia meningatkan, bisnis masjid adalah pelayanan. “Semakin baik dan banyak layanan yang diberikan kepada jamaah, berbanding lurus dengan bertambahnya kas masjid,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata dia, pengurus masjid jangan takut kehabisan dana jika untuk melayani jamaah. “Masjid Al-Fattah ini adalah salah satu contohnya, karena sudah melayani jamaah dengan baik, lalu ada jamaah yang menyumbang dalam jumlah sangat besar.”
Keempat, menggairahkan. “Pada setiap kegiatan, ciptakan kejutan-kejutan yang berbeda atau surprise untuk jamaah. Supaya mereka penasaran dan tertarik untuk selalu datang,” kata dia dengan memberi beberapa contoh pengalaman.
Misalnya, kata dia, disiapkan doorprize untuk sekian orang yang datang awal, atau yang rajin bertanya, yang rumahnya paling jauh dan seterusnya. Karena menurut pengalaman dia, semua orang, baik kaya ataupun miskin, suka diberi penghargaan di depan umum. Sehingga mereka bergairah.
Kelima, evaluasi rutin. “Setelah pelaksanaan pengajian, ada rapat rutin untuk evaluasi sekaligus merencanakan pengajian mendatang,” tuturnya. Sehingga diketahui hasilnya. Dari segi jamaah misalnya, apakah ada peningkatan baik secara jumlah maupun kualitasnya.
“Kalau dari waktu ke waktu jumlah jamaahnya tetap, apalagi berkurang, berarti tidak berhasil. Maka harus ada tindakan baru,” ingatnya.
Pengajian Tingkatkan Kualitas
Demikian pula dari segi kualitas. Pengajian harus bisa membentuk akhlak jamaahnya. Materi pengajian seyoganya tercermin dalam perilaku keseharian. “Apa bedanya antara yang hadir dalam pengajian ini dengan yang tidak hadir? Kalau ternyata sama, berarti ada yang salah dalam pengelolaan dakwah kita.”
Misalnya, kata dia, dalam pengajian disampaikan bahwa makan riba itu haram. Tapi dalam kehidupan sehari-hari banyak jamaah yang terlibat dengan bank titil. “Itu dikutuk oleh Allah sebagai dosa besar. Karena apa yang dikaji dan diucapkan bukan yang dilaksanakan,” Nadjib Hamid mengingatkan.
Lebih lanjut dia berpesan agar semua aktivitas dakwah dicatat dan didokumentasikan dengan baik, agar jejak kebaikan ini bisa diwarisi generasi mendatang. “Juga publikasikan, untuk memberi inspirasi dan teladan bagi yang lain,” pesan Pemimpin Umum Majalah Matan itu.
Pada kesempatan ini, Nadjib Hamid juga memberikan kiat menggalang dana dakwah melalui pesan berjejaring. Dalam kegiatan dakwah, kata dia, tidak boleh mengeluh soal dana.
“Manfaatkan teknologi WhatsApp (WA), pasti efektif. Asal para pimpinan atau pengurusnya mengisi kesanggupan nyumbang di urutan teratas. Jangan meminta orang lain nyumbang tapi kita tidak memberikan teladan.”
Sebelum pengajian berakhir, tak lupa Nadjib Hamid memberikan hadiah buku dan kalender kepada beberapa jamaah yang mengajukan pertanyaan, yang datang awal dan jamaah yang dinilai berkontribusi pada pemakmuran dan pembangunan masjid Al-Fattah.
“Maaf, hadiahnya berupa barang yang berguna untuk satu tahun, tapi sudah berkurang sebulan. Juga buku, bukan sepeda,” ujarnya dengan nada canda, disambut aplaus dari jamaah yang hadir.
Sebagai penghormatan, hadiah diserahkan oleh H. Sutrimo, jamaah yang menyumbang dana Rp 15 miliar untuk pembangunan masjid Al-Fattah. (*)
Penulis Hendra Pornama. Editor Mohammad Nurfatoni.