PWMU.CO – Rektor UMM ajak merefresh Muhammadiyah di era milenial. Persyarikatan Muhammadiyah yang sudah berumur 108 tahun ini juga harus selalu dikawal.
Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr Fauzan MPd menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan pada Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020 di Hall Lantai 9 GKB-4 UMM, Sabtu (8/2/2020).
Sebelum memulai sambutannnya, Fauzan mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama membuka acara seminar. “Marilah acara Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020 ini kita buka bersama dengan bacaan basmallah,” ucapnya.
Fauzan mencoba menyampaikan menggunakan alur berpikir alamiah dan natural. “Saya buka dulu baru saya isi. Jangan terbalik diisi dulu baru dibuka,” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Dia mengajak untuk berkontemplasi me-refresh gerakan Muhammadiyah yang sudah berumur 108 tahun. “Tentu ada maksud agar apa yang menjadi tekad Muhammadiyah tidak batal di tengah jalan atau ada kebocoran dalam mengawal Muhammadiyah,” ungkapnya.
Menurut Fauzan sangat penting mengawal Muhammadiyah terus-menerus. “Harus disadari bagaimanapun Muhammadiyah sudah besar, maka harus diikuti mindset berpikir yang besar,” jelasnya.
Jangan sampai terjadi teorasi berjamaah. Yaitu kehilangan akar pikir dan identitas. Selalu berbicara berkemajuan tetapi gerakan yang dilakukan tidak mencerminkan berkemajuan sama sekali.
“Jangan sampai Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan tetapi tidak melahirkan orang-orang yang berpikir berkemajuan,” katannya.
Muhammadiyah di Tengah Anak Milenial
Maka, lanjutnya, mari me-refresh dalam beramal dan mengawal gerakan Muhammadiyah. “Saya perhatikan yang hadir di forum seminar ini ada kaum milenial dan sebagian kecil kaum kolonial,” candanya kembali disambut tawa hadirin.
Kaum milenial, menurut Fauzan, menjadi harapan besar bagi Muhammadiyah. “Apakah sama Muhammadiyah yang dulu dengan sekarang dan yang akan datang. Itu tantangannya,” papar Rektor UMM ajak merefresh Muhammadiyah.
Keagamaan dan politik di negara kita sangat dinamis. “Sehingga tidak mungkin Muhammadiyah bersikap dan berpikir biasa saja. Harus berpikir besar sehingga bisa mengikuti dinamika itu,” terangnya.
Bagi Fauzan, tema Seminar Pra-Muktamar ini menarik. “Islam Berkemajuan: Manhaj, Implementasi dan Internasionalisas’, ini adalah impian Muhammadiyah.
“Maka harus dengan pendekatan inklusif Muhammadiyah untuk mencapai impian atau cita-cita itu. Selagi masih melakukan pendekatan eksklusif maka jangan harap bisa meraih impian itu,” pesannya. (*)
Penulis Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.