PWMU.CO– Suparnoto, ketua PCM Pakusari yang meninggal saat mengikuti Musyawarah Pimpinan Daerah Muhammadiyah (Musypim) Jember, Ahad (9/2/2020), meninggalkan banyak kenangan bagi orang-orang di sekitarnya.
Salah satunya Abdul Khamil SSos Ssi, ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Jember. Menurut Khamil, almarhum adalah sosok bapak yang istiqomah dalam berdakwah. Sikap ini mengesankan bagi semua kader muda di Pakusari.
“Kami sangat kehilangan. Teladannya tidak hanya dalam bentuk tausiyah yang membekas ke relung hati tapi juga istiqomah dalam perilakunya, ” ujarnya.
Menurut pandangannya, Suparnoto mampu mempraktikkan perkataan dengan perbuataan nyata yang begitu terasa. ”Antara perkataan dan perbuatan, khususnya dalam mendermakan harta, waktu, tenaga dan ketenangan dalam kehidupan dalam dakwah,” katanya.
Khamil juga menjelaskan, bagi almarhum, berdakwah dan berjuang itu sampai titik darah penghabisan. Dalam kondisi payah, sakit dan lelah, tiada kata henti dalam kamus dia untuk berdakwah.
Istiqomah dalam Berdakwah
Tak hanya piawai dalam tabligh, Suparnoto teladan yang luar biasa dalam berderma. “Berdirinya dua Ponpes Muhammadiyah di Pakusari itu hasil totalitas perjuangan jiwa, raga dan harta yang beliau miliki,” cerita Khamil.
“Saya ingat betul, beberapa bulan setelah rumahnya di Gempal (Kecamatan Pakusari) dipugar menjadi baik, dengan ikhlas beliau beserta keluarga tinggalkan karena ada amanah untuk menempati lokasi Pondok Modern Muhammadiyah Pakusari yang baru memulai pembangunan,” kenangnya.
Almarhum korbankan segenap harta bendanya untuk memperbaiki bangunan pondok dengan dana pribadinya. “Bahkan ada aset tanah sawah yang saat ini digunakan untuk menopang makan santri dari hasil tanamannya, dulunya adalah sawah beliau,” tuturnya.
Dalam dua tahun terakhir, rumah pribadinya yang beberapa bulan dipugar kini digunakan sebagai Pondok Putri.
“Ojo takon wis piro sumbangsih pemikiran beliau, karena Muhammadiyah di sekitar Kecamatan Silo, Mayang hingga Pakusari lahir dari ikhtiar dakwahnya yang tiada henti sejak beliau muda hingga wafat,” papar Khamil yang juga direktur Operasional Lazismu Jember ini.
Dia bercerita, dalam suatu perbincangan dengan Suparnoto, Khamil pernah bertanya bolehkah kisah dakwahnya dijadikan tulisan, langsung dia menjawab, jangan ditulis nak Khamil, karena saya masih hidup.
Tak ada kata berhenti kehidupan dakwah Suparnoto di persyarikatan ini. Bahkan dia meninggal di saat mengikuti Musypim PDM Jember akibat sakit jantung. (*)
Penulis Maghfur el Muhammady Editor Sugeng Purwanto