PWMU.CO – Sebagai seorang Muslim, terlebih berprofesi sebagai guru, sewajarnya punya dua watak O. Yaitu open dalam bahasa Inggris yang berarti terbuka, dan open dalam bahasa Jawa yang berarti peduli terhadap sesama. Dalam penelitian mutakhir, 2 open ini terbukti membuat harapan hidup 15 tahun lebih lama.
Demikian salah satu petikan ceramah Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, DR Abdul Mu’ti, dalam acara Silaturahim dan Halal Bihalal Guru dan Karyawan Sekolah Muhammadiyah se-Kota Surabaya, (27/7). “Kalau menurut saya, rumus kebahagiaan itu salah satunya karena 2 O. Yaitu open dalam bahasa Inggris dan ‘open’ dalam istilah Jawa,” jelas Mu’ti di hadapan 1.500-an peserta yang memadati Graha ITS Surabaya itu.
(Baca: Ribuan Guru dan Karyawan Muhammadiyah Padati Graha ITS dan Ada Empat Tipe Guru, Anda Masuk yang Mana?)
O pertama yang dimaksud Mu’ti adalah open dalam bahasa Inggris yang berarti “terbuka”. Sementara O yang kedua adalah ‘open’ dalam bahasa Jawa yang berarti peduli terhadap orang lain. Cara membaca ‘open’ ini adalah dengan menempatkan “o” seperti dalam kata “opname”, sementara “e” seperti membaca “e” dalam kata “pensil”.
Mengutip buku “The Village Effect: How Face-to-Face Contact Can Make Us Healthier, Happier, and Smarter”, Mu’ti, menyimpulkan bahwa orang yang berbahagia itu adalah “orang desa”. “Dua watak baik orang desa adalah open dan ‘open’,” jelasnya lagi.
(Baca: Tipe-Tipe Warga Muhammadiyah versi Abdul Mu’ti dan Jangan Pertentangkan Perbedaan Muhammadiyah dan NU!)
Karena itu, riset Bank Dunia menyatakan indeks kebahagiaan tertinggi di Indonesia bukan diraih oleh kota-kota yang pertumbuhan ekonominya luar biasa. “Tapi kota yang memiliki indeks kebahagiaan nomor satu se-Indonesia itu adalah Yogyakarta,” katanya merujuk riset Bank Dunia yang memberinya nilai 81.09 persen.
“Salah satu ciri orang desa itu adalah open, terbuka. Ada apa-apa langsung cerita dengan tetangga,” jelas Ketua Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah ini. Sikap terbuka membuat pikiran terbuka, dan hati menjadi lapang. Sebab, mereka bisa melihat masalah dari banyak sudut pandang dan perspektif.
“Guru bisa sukses jika bersikap open,” jelas Mu’ti sambil menambahkan sikap ini bisa dibentuk dengan banyak sosok guru yang cinta ilmu pengetahuan dan hal-hal yang baru dalam artian inovatif.
(Baca: Abdul Mu’ti: Jangan Curigai Muhammadiyah dan Zikir adalah Kegiatan Berpikir Tingkat Tinggi)
‘Open’yang kedua dalam bahasa Jawa adalah peduli terhadap orang lain. Orang yang tidak ‘open’ terhadap orang lain pasti tidak punya sahabat. “Sementara orang yang ‘open’ kehadirannya sangat ditunggu oleh orang lain,” jelas Mu’ti tentang perbedaan orang yang ‘open’ dan tidak.
Karena itu, kata Mu’ti, ‘open’ harus dimiliki oleh semua guru. Terhadap para murid, ‘open’ ini bisa dilakukan dengan cara memandang mereka secara seutuhnya. Tidak boleh memandang seseorang murid itu bodoh atau nakal, tapi yang ada adalah mereka punya kecerdasan masing-masing.
“Terhadap guru lain jangan dipandang sebagai rival, tapi mereka adalah mitra dalam mendidik kader bangsa. Kader yang hidup di masa mendatang,” urainya tentang salah satu contoh ‘open’ terhadap sesama guru.
(Baca: Cerita Sekolah Muhammadiyah di Daerah Non-Muslim dan Penjelasan Mengapa Sekolah Muhammadiyah Tak Harus Lahirkan Kader Muhammadiyah)
Untuk menanamkan 2 watak ini, Islam menyediakan wahananya dalam bentuk silaturrahmi, yang oleh Nabi Nabi Muhammad saw disebut bisa memperpanjang umur. “Silaturahmi itu menyambung yang putus, dan mengurai yang kusut,” jelasnya singkat tentang definisi silaturrahmi.
Disabdakan 16 abad yang lalu, ajaran ini ternyata mendapatkan pembuktian ilmiah dalam kekinian. Orang yang suka bertemu dan berbagi dengan sahabat dekat ternyata punya harapan usia 15 tahun lebih lama dari orang yang menyendiri.
Silaturahmi merupakan sarana terpenting dalam mewujudkan watak open dan ‘open’, terbuka dan peduli pada orang lain. Mau punya usia lebih panjang hingga 15 tahun? (abqaraya/zuhri/riska)