PWMU.CO-PDM Kota Yogyakarta melantik 8 kepala SD Muhammadiyah di Gedung Dakwah Yogya, Senin (10/2/2020).
Pelantikan dilakukan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Drs H Akhid Widi Rahmanto. Juga hadir Drs Rahmat MPd dari Majelis Dikdasmen PDM Yogya.
Mereka yang dilantik Menik Kamriana SAg sebagai kepala SD Muhammadiyah Pakel, H Sofyan MPd menjadi kepala SD Muhammadiyah Sokonandi 2. Juga Isnarsiam SPd menjabat kepala SD Muhammadiyah Kauman.
Berikutnya Rohimah SPd kepala SD Muhammadiyah Sapen 2, Sri Wahyuni SPd sebagai kepala SD Muhammadiyah Wirobrajan 1, Hernawan Priyantoro MPd menjadi kepala SD Muhammadiyah Pringgokusuman
Kemudian Endah Irawati SPd sebagai kepala SD Muhammadiyah Ngupasan 2, dan Nuraini Yuni Widiyastuti SPd jadi kepala SD Muhammadiyah Gendeng.
Sekolah Etalase Muhammadiyah
Ketua PDM Kota Yogyakarta Akhid Widi mengatakan, tugas kepala sekolah harus mengembangkan sekolah. “Bukan sebaliknya justru menggemboskan,” tandasnya. ”Kalau sampai ada kepala sekolah menggemboskan perlu ditinjau kembali, bahkan dikembalikan pada institusi asal.”
Dia menyatakan, mengembangkan sekolah itu lebih maju dan meningkat. “Kalau sekolah itu baik akan terangkat namanya, tapi kalau sekolah itu menjadi jelek maka jelas menjadi tercoreng,” kata Akhid.
Sekolah Muhammadiyah, sambung dia, sebenarnya menjadi etalase bagi Muhammadiyah. “Sekolah ini merupakan amal usaha Muhammadiyah yang menjadi media dakwah bidang pendidikan,” tandasnya.
Dikatakan Akhid, menjadi kepala sekolah itu amanah karena sekolah menjadi ladang ibadah. “Karena sekolah Muhammadiyah adalah sekolah Islam, maka ciptakanlah suasana Islami, terutama pada karakter anak-anak,” paparnya.
Ditegaskan, sebagai kepala sekolah yang baru harus bisa membangun hubungan silaturahmi sosial yang baik dengan sekeliling. “Sekolah-sekolah yang besar, hubungan sosialnya harus berjalan baik dan harmonis,” katanya.
Menutut dia, cara mendapatkan masukan paling mudah adalah meminta pendapat satpam atau cleaning service tentang kondisi sekolah. Pasti kita akan menemukan jawaban objektif,” katanya. Sebab kelompok orang ini lebih suka bicara apa adanya menurut pengalamannya.
“Kalau tanya guru, pasti jawaban yang disampaikan juga yang baik-baik saja,” paparnya. Karena sekolah itu memang ditentukan kinerja para gurunya. (*)
Penulis Affan Safani Adham Editor Sugeng Purwanto