PWMU.CO-Gubernur Jawa Timur Khofifah merasa diece atau diejek oleh sampah yang menumpuk di Kali Buntung dan Kali Sinir di daerah Waru. Sebab usai dibersihkan hanya dalam tempo dua pekan sampah menumpuk lagi cukup tebal sehingga orang bisa berjalan di atasnya.
Hal itu disampaikan Gubernur Khofifah saat bersilaturahim ke Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim bersama Wakil Gubernur Emil Dardak di Gedung Mas Mansyur, Jumat (14/2/2020).
Banjirnya dua sungai ini berpotensi mengancam Bandara Juanda. Dia khawatir Bandara Juanda bakal kebanjiran seperti Bandara Cengkareng. Karena itu dia langsung perintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengeruk sampah.
Gubernur Jawa Timur juga meminta tolong Marinir mengerahkan pasukannya membantu membersihkan sampah sungai ini. Untuk memudahkan kerja mengeruk sampah sampai meminjam ekskavator lengan panjang dari Kementerian PU. Pekerjaan pengerukan Kali Buntung dan Kali Sinir dilakukan pada 20 Januari.
Setelah sungai bersih ternyata dua pekan kemudian sampah menumpuk lagi sangat tebal. ”Aku diece lha wong hanya dalam waktu dua minggu ada sampah lagi menumpuk. Iku ngece,” selorohnya.
Kembali dia minta sampah di sungai itu dikeruk dengan melibatkan anggota BPBD, BNPB, TNI, Polisi. Pekerjaan ini dilakukan 6 Februari lalu. Gubernur Jatim lalu meminta titik-titik mana orang buang sampah harus disosialisasi menjadikan sungai daerah yang bersih. ”Tidak malah nggrojok sungai dengan sampah,” tuturnya.
Banjir Kali Lamong
Dia perhatian dengan mencegah banjir sebab menurut penelitian risiko bencana bisa 80 persen penyebab kemiskinan. Menghilangnya harta benda, terhentinya perekonomian, dan kerusakan lainnya.
Banjir Kali Lamong juga menjadi perhatiannya. Untuk mengatasi ini sudah diputuskan membangun tanggul di sepanjang sungai yang menjadi titik banjir. Bukan pengerukan sebab kalau lumpur Kali Lamong dikeruk, lima tahun lagi pasti ada sedimen lumpur yang menyebabkan pendangkalan.
”Bupati-bupati yang wilayahnya dilewati Kali Lamong sudah ada green light. Bantu sosialisasi agar tidak ada rumah dibangun di pinggir sungai,” katanya. Rumah-rumah di bantaran sungai menyulitkan pembebasan. Sungai ini melewati Mojokerto, Lamongan, Gresik, dan Surabaya.
Dalam Perpres No. 80 tahun 2019 salah satunya proyek pembuatan tanggul yang dianggarkan Rp 1,1 triliun diambil dari APBN untuk fisik. Pembebasan tanah ditangani kepala daerah. Dari total anggaran itu akan dibuat untuk membangun tanggul, pintu air aliran sungai. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto