PWMU.CO – Adab-adab wanita dalam Islam (adabul mar’ah fil Islam) dikaji CMA Broren dalam Diklat Calon Daiyah Kajian Fikhun Nisa’ yang digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah Brondong, Kabupaten Lamongan, Jumat (14/2/20).
Corp Mubalighat Aisyiyah (CMA) Brondong dan Laren (Broren) mengundang pembicara Lailatul Fitriyah Azzakiyah yang akrab dipanggil Laila. Dia membahas Adabul Mar’ah fil Islam yang juga menjadi judul buku terbitan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Alumnus S1 Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menjelaskan Adab Mar’ah fill Islam (Adab-Adab Wanita dalam Islam) adalah jati diri Muslimah berkemajuan. “Dan ini sebetulnya materi yang sangat umum sebagai perempuan perlu tahu apa itu adabul mar’ah (adab wanita),” katanya.
Nah, sambungnya, sekarang ibu-ibu Aisyiyah perlu mempunyai buku Adabul Mar’ah fil Islam. “Bukunya tipis, tidak mahal. Tapi perlu kita baca dan kaji isinya,” ajak Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Malang.
Menurutnya, isi dari buku tersebut cukup untuk panduan bagi warga Aisyiyah. “Karena sudah ditetapkan beberapa ajaran yang dilengkapi dengan landasan dan idiologi,” kata penggagas Tahfidh Quran Tematik (TQT) ini
Jadi, lanjutnya, Adabul Mar’ah fil Islam bisa sebagai pedoman Muslimah berkemajuan. “Karena ketika dilihat dalil-dalil yang ada dalam buku ini sudah di sahkan sesuai dengan gerakan Islam berkemajuan,” ungkapnya.
Menuerut Laila, buku tersebut juga senafas dengan wasathiah Islam yang dianut Muhammadiyah. “Jadi dengan wasthiah Islam kita tidak terlalu ektrim ke kanan dan ektrim ke kiri,” ujarnya.
Laila menegaskan, “Kita sebagai Islam berkemajuan kembali kepada al-Quran dan as-Sunah. Dan itu tidak diartikan secara leterlek apa yang ada dalam teks sunah itu. Tetapi mengikuti perkembangan zaman. Itu bedanya dengan gerakan-gerakan yang lain.”
Adab dalam Bahasa Arab
Sebelum membahas adabul mar’ah, Laila mengajak mengkaji makna adab dalam bahasa Arab. “Yang pertama adabus suluk. Yaitu perilaku, etika, moral, sopan santun, atau tata krama.
Kedua al-intaj fikriyyu syi’ran auw natsran yaitu hasil pemikiran. Dan ketiga kuliyyah tudarra fiiha al-ulum. Yaitu kuliyah dikaji di dalam ilmu-ilmunya dan pengetahuan mengenai kematian atau ilmu kemanusiaan.
Keempat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adab bermakna kahalusan, kebaikan, budi pekerti, kesopanan, akhlak.
Arti mar’ah dalam bahasa Arab adalah perempuan atau wanita. “Itu disebutkan ada istilah mar’ah dengan jamaknya nisa. Dalam bahasa Arab kalau tidak jamaknya ta’sir, mudakkar salim, mu’annaas salim itu mirip dengan kata dasarnya. Jadi kata mar’ah di sini tetap tapi jamaknya nisa’,” jelas Laila.
Wanita dan Pergaulan
Laila menjelaskan di dalam rumah, wanita sebagai istri bagi suami dan ibu bagi anak. Menurutnya seorang ibu harus betul-betul bertanggung jawab atas anaknya.
Seperti yang disebutkan dalam hadits: “Barangsiapa di dalam sebuah keluarga yang diuji dengan anak itu. Maka anak-anak itu sebagai tameng (tabir) dari api neraka.”
Laila juga menjelaskan kedudukan wanita dalam masyarakat. Wanita pada tetangga harus saling menghargai. Juga pada tamu.
Dalam adab berpakaian Laila menelaskan cara wanita berpakaian. Menurut Islam adalah menutup tubuh yang tidak patut terlihat. Soal hiasan dan keindahan, juga tidak boleh meninggalkan kesucian. “Harus menjaga kesehatan dan kesucian batin,” pesannya.
Lala juga menelaskan, demi keselamatan dan kemaslahatan, wanita diusahakan lebih banyak di rumah. Tetap memperhatikan adab kesopanan, tidak memamerkan diri dan perhisa. Tidak bercampur baur dan tidak memakai wangi-wangian.
Wanita dan Ilmu Pengetahuan
Laila menjelaskan hidup harus menuntut ilmu. Dia mencontohkan beberapa wanita di antaranya Siti Baroroh Baried, profesor pertama dan pelopor kiprah internasional Aisyiyah. Juga perempuan islam pelopor pendidikan seperti Huzaemah T Yanggo peraih doktor pertama di Al Azhar Mesir.
Juga Zakiah Daradjat, perempuan yang mempunyai peran dalam memperoleh pendidikan sebagai pelopor psikologi.
Soal jihad, Laila mengatakan pandangan Aisyiyah. “Setiap wanita diharapkan punya kesadaran berpolitik dan dipersiapkan kader-kader politik wanita Islam bekerja sama dengan organisasi lain.
Cerita Masa Kecil Inspiratif
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Malang Lailatul Fitriyah Azzakiyah SHi SPdi mengawali sambutan dengan cerita mengenai masa kecilnya. Dia yang berasal dari Dusun Mencorek, Kecamaan Brondong mengungkapkan pada saat itu Mencorek adalah dusun terpencil. “Tapi semangat untuk bersekolah luar biasa,” ucapnya.
Dia berkisah, saat bersekolah dia tiap hari naik sepeda. Jika menemui jalan becek, berlumpur, karena hujan, maka sepedahnya dipikul.
“Tapi sekarang Dusun Mencorek ternyata sudah bagus. Jalannya tertata rapi. Bangunannya sudah bagus dan sungguh asri di dusun tersebut,” ungkapnya.
Penulis Umi Hanik. Editor Mohammad Nurfatoni.