PWMU.CO-SD Muhammadiyah 4 Kota Malang (SD Mupat) menggandeng Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur mengadakan penanaman seribu pohon bertempat di AMKE (Area Model Konservasi Edukasi) Rest Area Jalibar Kota Batu, Sabtu (15/2/2020).
Kegiatan yang diprakarsai oleh SD Mupat ini diikuti seluruh SD Muhammadiyah dan Aisiyah di Kota Malang. Acara juga dihadiri berbagai komunitas pecinta lingkungan di area Malang Raya seperti Gerakan Peduli Sekolah Mupat, wali murid.
Juga ikut Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Maharesigana, Sahabat Bumi, Baskomas Malang Raya, BPBD Kota Malang, BPBD Batu, Navigator Indonesia, Babinsa Oro-oro Ombo, Pemerintah Desa Oro-oro Ombo dan kelompok Tani Hutan Panderman.
“Kegiatan ini adalah wujud nyata dari gerakan sekolah Adiwiyata dan bentuk syukur kita kepada Allah karena sudah menciptakan alam yang indah. Untuk itu tugas kita menjaga dan melestarikan alam,” ucap Hana Ayudah MPd, kepala SD Muhammadiyah 4.
Dia mengatakan, pohon yang ditanam merupakan pohon meneduhkan dan menguntungkan. ”Di antaranya pohon sirsak, mangga, sawo, nangka, belimbing, durian dan masih banyak pohon buah lainnya yang sudah tersedia siap ditanam,” katanya.
Majelis Dikdasmen PDM Kota Malang Sa’adi Sidiq mengatakan, kalau seorang kakek tahu kalau besok hari kiamat akan datang maka dia tidak akan menyia-siakan kesempatan yang diberikan Allah untuk menjaga alam.
”Sebab itu menjaga alam tidak harus menunggu masa tua, mari kita ajarkan sejak anak-anak kita kecil,” ujarnya.
Tanam Seribu Pohon Diminati Masyarakat
SD Mupat sebagai sekolah Adiwiyata senantiasa terus bergerak mengajak seluruh warga tidak hanya yang di dalam sekolah bahkan yang berada di luar sekolah.
Koordinator Sekolah Adiwiyata SD Mupat Gancar Pramistri Ambawono SPsi mengatakan, dengan menjaga alam, maka alam akan menjaga kita karena pohon dapat meneduhkan dan mengayomi bagi mereka yang melestarikan lingkungan.
Acara ini mendapat perhatian masyarakat pecinta lingkungan. Peserta yang mengikuti kegiatan penanaman ini pun lebih dari 200 orang dari berbagai lembaga formal dan non-formal.
”Kegiatan seperti ini bukan kegiatan musiman, karena menjaga alam tidak harus menunggu alam rusak tetapi harus dimulai dari sekarang,” tandasnya. (*)
Penulis Endah Triastutik Editor Sugeng Purwanto