PWMU.CO – Insiden kekerasan yang terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo, Jateng, direspon Muhammadiyah dengan menjadikan sekolah tersebut ramah anak.
Berikut catatan Dr Biyanto MAg, Guru Besar UIN Sunan Ampel dan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim. Redaksi.
Insiden kekerasan di dunia pendidikan terus terjadi. Yang mutakhir terjadi di SMP Muhammadiyah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (11/2/2020).
Pelaku kekerasan adalah teman sekelas korban. Pelaku dan korban merupakan siswa di sekolah yang sama. Pelaku kekerasan berjumlah tiga siswa kelas VIII. Sementara korban juga adalah siswi kelas VIII.
Dua pelaku kekerasan merupakan siswa pindahan dari SMP Negeri 28 Purworejo. Sementara satu pelaku lainnya pindahan dari MTs Futuhiyah Kudu, Semarang.
Sekolah menerima siswa pindahan karena didorong keinginan melayani pendidikan anak-anak, tanpa melihat latar belakang sosialnya. Inilah karakter sejati lembaga pendidikan Muhammadiyah yang selalu terbuka untuk mendidik anak-anak bangsa dari manapun.
Fakta bahwa pelaku kekerasan merupakan anak pindahan dari sekolah lain terasa kurang menjadi perhatian publik.
Tanpa bermaksud untuk menyalahkan siapapun, baik orangtua, sekolah asal, dan anak-anak, yang pasti SMP Muhammadiyah Purworejo telah berusaha untuk mendidik anak-anak dengan maksimal.
Pelajaran bagi Sekolah Muhammadiyah
Kejadian kekerasan anak di sekolah penting menjadi pelajaran bagi penyelenggara pendidikan, termasuk sekolah Muhammadiyah.
Sekolah Muhammadiyah penting menyadari bahwa kekerasan pada anak, apalagi terjadi di lembaga pendidikan dan dilakukan warga sekolah, sekarang menjadi perhatian nasional.
Kekerasan dalam hal ini dapat berupa fisik, verbal, dan seksual. Apapun jenis kekerasan pada anak di sekolah dalam waktu singkat pasti viral di media.
Ketika berita itu sudah viral, maka pemberitaan pasti akan sulit terkontrol. Pemberitaan menjadi semakin liar jika pihak sekolah yang menjadi lokus kejadian tidak mampu mengelola media dengan baik.
Untuk meminimalkan insiden serupa, lembaga pendidikan sejak dini harus mengetahui latar belakang sosial anak-anak dan keluarganya.
Pada konteks itulah praktik baik di sejumlah sekolah Muhammadiyah untuk melakukan tes psikologi secara sederhana pada saat anak-anak memulai pembelajaran penting.
Di sejumlah sekolah Muhammadiyah tes psikologi bahkan dilakukan secara terintegrasi dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB). Tes psikologi pada anak juga penting untuk mengetahui karakter anak.
Dari peta karakter itulah, sekolah melalui guru bimbingan konseling/psikolog dapat memberikan pendampingan yang sesuai dengan kondisi anak-anak. Baca sambungan di halaman 2: “Jadi Sekolah Ramah Anak” …