PWMU.CO – Kemenangan Islam kapan datang? Pertanyaan itu mungkin muncul dari rasa pesimisme. Tapi janji Allah pasti. Orang-orang beriman pasti diberi kemenangan.
Hanya saja kita tidak sadar bahwa kemenangan itu nyata. Khutbah Jumat terbaru oleh Ustadz Abdullah Nasir ini menjelaskan tiga bentuk kemenangan Islam.
Khutbah Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ، فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. قال تعالى يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ إِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ. ثُمَّ أَمَّا بَعْدُ
Sidang Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah
Setiap Muslim tentunya menginginkan Islam meraih kemenangan. Gambaran yang sempurna tentang kemenangan Islam digambarkan oleh Allah SWT di dalam firman-Nya:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Artinya: “Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci.“ (Ash-Shaf: 9)
Gambaran ini kita dapati pada dakwah dan jihad Rasulullah SAW. Sebelum beliau wafat, Islam sudah menyebar ke seantero Arab. Berhala-berhala disingkirkan dari kota Makkah. Syariat Allah hadir dalam kehidupan nyata. Sebuah potret kemenangan ideal yang sangat didambakan umat Islam hari ini.
Akan tetapi potret di atas bukan satu-satunya bentuk kemenangan yang disebutkan di dalam al-Quran. Banyak potret-potret kemenangan yang digambarkan di dalam al-Quran. Apabila kita salah memahaminya akan berakibat kepada rusaknya dakwah dan perjuangan Islam.
Sebuah ilustrasi sederhana, ketika seorang dai berdakwah: memahamkan kepada umat hakikat Islam, menjelaskan kepada umat tauhid, menerangkan halal haram di tengah masyarakat, mengajak umat untuk berjuang dan berjihad menegakkan Islam.
Namun seiring berjalannya waktu, dakwahnya tidak kunjung diterima. Masyarakat tidak ada yang mengikutinya. Pengikutnya juga tidak banyak sehingga tanpa sadar dia berpikir dakwahnya gagal. Dia tidak diberi kemenangan.
Allah Akan Menangkan Kaum Beriman
Suatu hal yang harus kita yakini adalah Allah SWT pasti akan memenangkan orang-orang beriman, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah SWT berfirman:
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ
Artinya: “Sesungguhnya Kami memenangkan rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat).” (Ghafir: 51)
Ayat di atas menjelaskan kepada kita, bahwa Allah akan menolong dan memenangkan orang-orang beriman, baik di dunia maupun di akhirat.
Akan tetapi jika kita melihat perjalanan dakah para Nabi dan orang-orang yang diceritakan di dalam al-Quran, kita mendapati bahwa ada di antara mereka yang dikejar dan dibunuh oleh kaumnya seperti nabi Yahya.
Lantas seperti apa kita memahami kemenangan dan bantuan di dunia yang Allah janjikan kepada Nabi Yahya? Bukankah ayat di atas bersifat umum kepada seluruh Nabi?
Ada pula Nabi Ibrahim yang harus terusir dari kaumnya karena beliau mendakwahkan tauhid dan menentang kesyirikan yang dilakukan oleh kaumnya. Ada Nabi Nuh yang berdakwah 950 tahun namun hanya sedikit yang beriman kepadanya.
Bisakah bisa kita katakan bahwa dakwah para Nabi di atas tidak mendapatkan kemenangan dalam dakwah dan perjuangannya?
Apakah para nabi tersebut kurang paham tentang kondisi mad’u sehingga tidak bisa menarik kaumnya untuk beriman? Tentunya tidak. Karena mereka adalah manusia-manusia yang dibimbing oleh wahyu. Manusia-manusia yang dituntun oleh Allah SWT. BACA sambungan di halaman 2: “Pelajaran Dakwah Ashabul Kahfi” …