Pelajaran dari Dakwah Ashabul Kahfi
Terkadang kemenangan dakwah itu tidak hanya diukur dengan banyaknya pengikut. Atau seringnya seorang diundang ke tabligh-tabligh. Diundang dari satu majelis taklim ke majelis taklim yang lain.
Kita mungkin ingat kisah Ashhabul Kahfi. Jumlah mereka tidak sampai sepuluh orang. Mereka mengasingkan diri ke gua dan akhirnya mereka ditidurkan oleh Allah SWT 309 tahun.
Di dalam al-Quran Allah SWT menyifati Ashahabul Kahfi dengan sebutan “Fityatun amanu birabbihim”, sekelompok pemuda yang beriman kepada Rabbnya.
Allah SWT berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ ۚ إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
Artinya: “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (al-Kahfi: 13)
Ketika dakwah mereka tidak disukai penguasa, mereka tidak mundur dan mengatur siasat atau bermanuver agar mereka tetap bisa berdakwah dengan aman dan tidak dimusuhi penguasa.
Tidak, mereka tidak melakukan itu. Mereka tidak bergeser dari mendakwahkan iman, yang berakibat nyawa mereka menjadi taruhannya. Yang kemudian perjalanan iman mereka berakhir di gua.
Jika melihat dalam kacamata yang sempit kita mungkin akan mengatakan bahwa perjuangan Ashhabul Kahfi gagal, karena tidak ada yang mengikuti mereka. Secara jumlah pun mereka kalah jauh.
Akan tetapi kisah mereka diceritakan di dalam al-Quran, mereka bukan Nabi, mereka hanyalah segelintir orang yang berusaha memperjuangkan iman ketika kesyirikan merajalela. Itulah kemenangan mereka. BACA sambungan di halaman 3: “Tiga Bentuk Kemenangan Islam” …