Rumah Gajah Mungkur Gresik
Siswa-siswa pun melanjutkan perjalanan menuju Rmah Gajah Mungkur yang tak jauh dari Kampung Kemasan. Di sini mereka bertemu dengan Khoiri yang juga pemilik Batik Gajah Mungkur.
Khoiri bercerita, bangunan Rumah Gajah Mungkur ini dibangun oleh H Djaelani putra keempat dari H Oemar Bin Ahmad.
“Bangunan Rumah Gajah Mungkur yang kental dengan gaya kolonial, didirikan pada 1896 (ditempati pada 1902) hingga kini masih seperti aslinya. Saking megahnya rumah tersebut, Raja Pakubuwono pernah berkunjung ke sini,” jelasnya.
Di halaman rumah ini terdapat gajah yang menghadap ke rumah dan membelakangi jalan raya. Khoiri menjelaskan, gajah mungkur gajah yang membelakangi.
“Jadi Gajah Mungkur adalah gajah yang hadapnya membelakangi. Dulu pada masa dulu pemilik rumah sengaja membangun patung gajah tersebut pada posisi membelakangi jalan raya, itu gajahnya,” kata Khoiri sambil menunjuk ke arah patung gajah.
Dia mengungkapkan, H Djaelani membuat patung gajah yang menghadap rumah dan membelakangi jalan karena jika sedang bersantai di teras rumah bisa dengan enak melihat patung gajah. “Tidak melihat bokong gajah, ha-ha-ha…,” ujarnya disambut tawa para siswa.
Di komplek Rumah Gajah Mungkur ini terdapat dua bangunan rumah yang bagus dan megah. Memiliki warna, gaya, dan bentuk rumah yang berbeda.
Rumah sebelah utara berwarna krem dengan perpaduan warna orange dengan ornament luarnya terlihat lebih simple dan terkesan lapang.
Sedangkan rumah yang berada di sebelah selatan berwarna krem dengan perpaduan warna hijau dengan ornament yang tampak lebih rumit dan padat.
Rumah Gakah Mungkur Wisata Budaya Gresik
Pak De Noot menambahkan, Gresik bukan hanya terkenal dengan kota industri. “Namun, kalian masih bisa menyaksikan kota lama yang sangat bersejarah dan menjadi bukti adanya akulturasi budaya arsitektur dari mancanegara,” ujarnya.
Bangunan yang masih terawat secara baik ini, menurutnya, sudah menjadi saksi bisu dalam perjalanan Kota Gresik dan eksistensi dalam perjuangan sejarah Indonesia lama.
“Jika kalian melewati Gresik, maka mampirlah untuk mengunjungi Kota Lama Gresik yang berada di Kampung Kemasan dan Rumah Gajah Mungkur, di mana kesan pesona heritage-nya masih sangat kental,” kata Pak De Noot.
Dia berharap, semoga pemerintah setempat lebih perduli dan memperhatikan serta bisa memperkenalkan dan mensosialisasikan bangunan-bangunan kuno ini sebagai salah satu budaya Gresik, yang bisa ditawarkan kepada warga khususnya para pelajar untuk lebih mengenal budaya Gresik.
“Dan yang diharapkan, pemerintah bisa menghargai pemilik dan penghuni bangunan kuno, misalnya ada keistimewaan misalnya mengurangi Pajak Bumi Bangunan (PBB), atau bahkan membebaskannya,” harap Pak De Noot menghakhiri penjelasan siswa Ekstrakurikuler Jurnalistik SD Muhammadiyah 2 Gresik ini. (*)
Penulis Ian Ianah. Editor Mohammad Nurfatoni.