PWMU.CO– Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta membuka program studi baru Gizi dan Pendidikan Vokasional Teknik Elektronika.
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 51/M/2020 tentang izin pembukaan prodi baru diterima Rektor UAD Dr Muchlas di kampusnya, Rabu (19/2/2020).
Surat keputusan itu diserahkan oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta Prof Dr Didi Achjari SE MCom Akt.
Dalam sambutannya Didi Achjari mengatakan, wacana kampus merdeka yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim kini memberi kemudahan bagi PTS untuk buka prodi baru.
Meskipun begitu dia berharap, Rektor UAD untuk berhati-hati dalam membuka program studi baru. “Buka prodi baru itu harus dicermati apakah adanya prodi itu sudah jenuh apa belum? Selain itu prospek dan lulusannya bisa masuk dunia kerja atau tidak,” katanya.
Membuka prodi baru, sambung dia, juga harus dipikirkan layanan kepada mahasiswa ke depannya. Perlu dipikirkan pula prospek prodi baru itu ke depan mengingat persaingan dengan perguruan tinggi yang buka prodi sama sebanyak 110 di seluruh Indonesia. Di DIY sendiri ada 6 perguruan tinggi, khususnya Prodi Gizi.
Prodi baru UAD ini, Didi Achjari berharap ke depannya bisa terakreditasi B. “Lebih baik lagi lagi kalau tidak terlalu lama meningkat menjadi A,” selorohnya.
UAD Punya 52 Prodi
Rektor UAD Dr Muchlas mengatakan, kini ada 52 prodi baik diploma hingga pascasarjana dengan didukung 5 unit usaha untuk pendanaan pendidikan.
Dikatakan, keberadaan prodi baru ini merupakan ikhtiar UAD Yogyakarta untuk ikut membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. “Khususnya di bidang kesehatan pangan dan revitalisai pendidikan vokasi di Indonesia,” terang Muchlas.
Untuk menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan siap pakai di masyarakat yang sesuai dengan perkembangan zaman. “Hal itu merupakan salah satu terobosan untuk meningkatkan persaingan,” kata Muchlas.
Prodi baru itu untuk menyiapkan tenaga kerja siap pakai di tahun 2045. Pada tahun itu Indonesia mengalami bonus demografi. ”Atau jumlah generasi yang produktif lebih besar dibanding warga yang tidak produktif,” katanya. (*)
Penulis Affan Safani Adham Editor Sugeng Purwanto