PWMU.CO – Persoalan pendidikan mendapat perhatian serius dari Forum Kajian Dosen (FKD) “Padhang Wetan” Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya. Dalam kajian putaran ke-10 yang bertempat di rumah Wakil Dekan I FAI UMSurabaya Isa Anshori, Kamis (28/7) diangkat tema “Pendidikan Berkemajuan Prespektif Sosiologis” dengan narasumber Kaprodi PAI FAI UMSurabaya Rusman MPd.I.
Rusman menyampaikan, kemajuan maupun kemunduran sebuah pendidikan, salah satunya di tentukan faktor sosial. Menurut Rusman terdapat 3 faktor sosial yang melingkupi permasalahan pendidikan. Faktor pertama adalah keadaan sosial dari siswa, baik berupa bakat, keadaan keluarga maupun lingkungan sebaya.
(Baca: FKD FAI: Penulisan Sejarah Islam Harus Objektif dan Konflik Antarumat Beragama Seringkali Diciptakan untuk Kepentingan Tertentu)
Kemudian faktor kedua adalah sosial guru atau pengajar, baik penguasaan keilmuan, tingkat kesejahteraan guru, lingkungan kerja dan hubungan dengan wali murid. ”Dan faktor sosial yang terakhir adalah lembaga pendidikan itu sendiri. Baik manajemen lembaga, juga profil Lembaga dan lainya,” terangnya.
Diskusi kemudian berkembang membahas seputar Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM). Rusman menerangkan dalam buku karya A. Haris dengan judul I am ok! You are Ok, terdapat 4 pola dasar hubungan antara guru-murid dan dosen-mahasiswa. Pertama, I am not Ok you are ok. Kemudian kedua, I am ok You are Not Ok. Lalu ketiga, I am not Ok You Are not Ok. Dan terakhir yang keempat, I am ok you are ok. ”Dari keempat itu yang paling baik dan maju adalah yang ke-4,” ujarnya.
Sholikh Al Huda selaku Pengasuh Kajian FKD FAI Surabaya menambahkan, melalui pendekatan tersebut, bisa diketahui FAI UMSurabaya ternyata masuk pada level I am Ok!, You are Ok!. ”Diperlukan rekonstruksi FAI berkemajuan,” cetusnya.
(Baca: Pentingnya Paradigma Pendidikan Berkemajuan di Muhammadiyah dan Berikut 4 Tipe Sekolah Muhammadiyah. Bagaimana Sekolah Anda?)
Sholikh mengungkapkan, rekontruksi dilakukan mulai dari rekonstruksi ideologi dan keilmuan FAI. Dari yang sebelumnya Scince for Scince (Ilmu untuk ilmu), menjadi konstruksi Scince for society. ‘Ilmu untuk membantu masyarakat’. Kemudian rekonstruksi relasi kelembagaan.
”Rekonstruksi dapat terwujud dengan SDM Dosen yang mumpuni. Untuk mewujudkan dosen yang berkemajuan itu, maka diperlukan refleksi dari para dosen dengan cara melakukan noto ati (niat), noto pikir (peningkatan keilmuan) dan noto laku ( manajemn kelembaggan),” tandasnya. (aan)