PWMU.CO – Darul Arqam Madya Nasional angkat tema Kebencanaan. Darul Arqam Madya Nasional ini digelar oleh Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Gresik.
Kegiatan Darul Arqam Madya (DAM) Nasional Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Gresik dibuka oleh Ketua Bidang Kader Dewan Pimpinan Daerah IMM Jawa Timur Safrizal Izzaqi di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Gresik, Sabtu (22/2/2020).
Kegiatan DAM Nasional ini berlangsung Sabtu-Kamis (22-27/2/2020) di Universitas Muhammadiyah Gresik dengan mengusung tema Implikasi Sosial Profetik Terhadap Human Crisis Dalam Potret Kebencanaan.
Dihadiri 35 peserta dari 15 cabang se-Indonesia yakni IMM Cabang Gresik, Banyumas, Klaten, Surabaya, Malang, Lamongan, Jember, Bukittinggi, Tanggerang Selatan, Ponorogo, Bojonegoro, Serang, Ciputat, Cirendeu, dan Djazman Al Kindi.
Tema Kebencanaan Baru Pertama Diangkat
Ketua Umum PC IMM Gresik Aden Hubbil Khoiri dalam sambutannya menyampaikan rasa bangganya dengan tema yang diangkat dalam DAM Nasional kali ini.
“Tema Kebencanaan belum pernah digunakan di seluruh Indonesia. DAM di daerah lain sering mengusung tema politik, ekonomi dan sebagainya,” ujarnya.
Aden Hubbil Khoiri berharap dengan adanya DAM Nasional IMM Gresik dapat mencetak kader-kader yang berintelektual.
“Kader yang mampu memberikan kontribusi nyata terkait sosial profetik terhadap human crisis dalam potret kebencanaan. Tema kali ini merupakan tema baru yang mana implikasi pasca DAM sangat diharapkan oleh masyarakat,” paparnya.
Tuntas Knowledge dan Skill
Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Gresik Almuslimun dalam sambutannya menuturkan kader IMM sekelas kader madya harusnya sudah tuntas dalam hal knowledge dan skill.
“Menjadi seorang kader madya dalam berbicara didepan umum bukan hanya sebatas berbicara saja, namun lebih pada isi dari yang disampaikan harus bisa memberikan pemahaman baru kepada audiens,” tuturnya.
Menurut Almuslimun dalam ber-IMM tidak hanya cukup pada anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual. “Tetapi ada yang lebih dari itu yakni berfastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam hal kebaikan,” jelasnya.
Berlomba-lomba dalam kebaikan itu, sambungnya, bukan berlomba-lomba sesama internal IMM guna pencapaian kepentingan saja.
“Namun yang lebih dilakukan adalah berlomba-lomba dalam kebajikan yang dilakukan oleh golongan lain. Kalau sesama kader itu namanya kolaborasi bukan bersaing,” tegasnya. (*)
Penulis Nia Ambarwati. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.