PWMU.CO – Kultum Jumat Pagi Smamsatu mengupas materi Masyarakat Penuh Berkah di ruang guru, Jumat (21/2/20). Tema tersebut disampaikan salah satu guru SMA Muhammadiyah 1 (Smamsatu) Gresik Rudi Ihwono SKom.
Kajian Masyarakat Penuh Berkah ini merupakan penjabaran dari maksud dan tujuan Muhammadiyah. Yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya ini, kata Rudi Ihwono, oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dimaknai sebagai masyarakat tauhid yang moderat, teladan, inklusif, toleran, solid, dan peduli sesama. “Masyarakat yang dimaksud di atas, dalam konteks nyata adalah masyarakat yang diberkahi oleh Allah SWT,” jelasnya.
Rudi Ihwono menyampaikan, keberkahan tercipta karena pribadi di dalam masyarakat itu mampu menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan. Namun sebaliknya, kata dia, jika pribadi di dalam masyarakat itu senantiasa melakukan dosa dan maksiat, maka sangat rentan dengan azab Allah.
Ia mengibaratkan tubuh kalau sudah sakit, maka sesungguhnya secara pribadi kita diajak untuk segera berbuat kebaikan. Dengan kata lain, lanjutnya, rohaninya yang sakit akan selalu menolak untuk berbuat kebaikan.
Guru Pendidikan Kewirausahaan dan IT itu menjelaskan, sebenarnya di dalam al-Quran sudah ada isyarat khusus untuk mewujudkan masyarakat yang penuh keberkahan.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya,” ujarnya membacakan terjemah al-Quran surat Al A’raf ayat 96.
Cara Mewujudkan Masyarakat Penuh Berkah
Dalam kultum itu Rudi Ihwono menambahkan, untuk merealisasikan terwujudnya masyarakat yang penuh keberkahan, ada 2 syarat yang harus terpenuhi.
Pertama, pribadi kita yang mampu merealisasikan keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mampu meninggalkan perbuatan dosa dan maksiat.
Selain itu, ia menekankan tiga efek dosa. Pertama, mampu menutup hati kita. Kedua, dosa ini mampu menutup rasa malu. “Lek kakean dosa iku isinne ilang (kalau kebanyakan dosa rasa malu akan hilang), tetapi tidak sadar,” ujarnya.
Ketiga, efek satu atau dua orang saja yang berbuat maksiat, maka masyarakat yang penuh keberkahan ini dicabut oleh Allah SWT dan digantikan dengan azab. “Naudzubillah,” tegasnya. (*)
Penulis Estu Rahayu. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.