PWMU.CO – Setelah selesai masa perkuliahan selama satu bulan Ramadhan, seorang muslim bisa memperoleh dua gelar sekaligus dari Allah swt. Sebagai seorang hamba yang bertaqwa bisa memperoleh gelar Sarjana Takwa (ST) dan gelar Manusia Muttaqin (MM). Demikian petikan tausiyah Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Jember Fathiyahrahma, MAg dalam pengajian Syawalan PCA Tanggul di Masjid Dakwah Kauman Tanggul, Jum’at (29/7).
Menurut Fathiyahrahma dua gelar yang diberikan sekaligus oleh Allah swt itu bisa diraih dengan beberapa indikator yang menentukan kelulusan. Predikat itu otomatis disandang terhitung sejak Idul Fitri, mulai awal bulan Syawal.
(Baca:Dengan Kursi Roda, Sesepuh Ini Hadiri Konsolidasi Aisyiyah untuk Beri Motivasi dan Bagaimana Korelasi antara Alquran dan Sains Modern?)
“Satu bulan kita ditempa untuk terus meningkatkan kadar keimanan, kadar kedermawanan dan dilatih untuk menahan nafsu, jika seorang muslim sukses memenuhi tiga indikator kelulusan dari Allah swt, maka dua gelar itu otomatis bisa disandang,” katanya di depan ratusan jama’ah Aisyiyah.
Fathiyahrahma menjelaskan ketiga indikator tersebut yakni, pertama jika dalam keseharian terjadi peningkatan hubungan antara manusia dengan Allah swt. Terutama peningkatan dalam praktek ibadah sehari-hari. ”Kita semakin sering melakukan ibadah wajib maupun sunah dan memeriahkan masjid,” ujarnya.
Kedua, terjadi peningkatan dalam hubungan baik terhadap sesama manusia. Fathiyahrahma mengatakan, hubungan baik kepada sesama manusia harus terus dijaga, bahkan intensitasnya harus terus ditingkatkan terutama dalam bentuk keperdulian kita kepada sesama, saling tolong menolong dan gemar untuk beramal sholeh.
(Baca: Berikut 4 Tipe Sekolah Muhammadiyah. Bagaimana Sekolah Anda? dan Tiga Jejak Perilaku Kebajikan Pascapuasa Ramadhan)
Lanjut Fathiyahrahma yang terakhir, ketiga adalah jika terjadi peningkatan dalam kesabaran. Baik di waktu yang sempit ataupun lapang. Indikator dari kesabaran itu, lanjut Fathiyahrahma adalam ketika mampu melalui ujian dan nikmat dengan penuh syukur. Selain itu juga saat kita memberi dan meminta maaf.
”Apabila kita dimintai maaf harus dengan ekspresi tidak ngerundel (menggerutu), kemudian memaafkan dengan selalu menjalin silaturrahim. Dan memaafkan harus dengan ikhlas dan terpenting tidak memutus jalinan silaturrahim,” tandasnya. (aan)