PWMU.CO – Khutbah Jumat inspiratif ini ditulis oleh Ustazd Ahmad Azmi. Temanya sangat penting untuk dikaji karena menyangkut nat iklhas: “Beribadah karena Materi.”
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَصْلَحَ الضَمَائِرَ، وَنَقَّى السَرَائِرَ، فَهَدَى الْقَلْبَ الحَائِرَ إِلَى طَرِيْقِ أَوْلَي البَصَائِرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيُكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَنْقَى العَالَمِيْنَ سَرِيْرَةً وَأَزكْاَهُمْ سِيْرَةً، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى هَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَقَالَ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Khutbah Jumat Inspiratif: Kisah Pemuda dan Setan
Dalam kitab Talbis Iblis, Imam Ibnul Jauzi mengungkapkan sebuah kisah mashur tentang seorang pemuda yang ingin menebang pohon yang biasa disembah manusia. Dengan amarah karena Allah, dia mendatangi pohon tersebut.
Tiba-tiba datanglah setan yang menjelma menjadi manusia dan menghadangnya.
“Apa tujuanmu kemari?” tanya setan.
“Aku hendak menebang pohon yang disembah manusia, karena itu perbuatan syirik menyekutukan Allah,”
“Jika kamu tidak ikut menyembahnya, apakah mereka yang menyembah pohon itu merugikanmu?” Setan mencoba menggoyahkan tekad pemuda itu.
“Aku tetap akan menebangnya,” ucapnya.
Kemudian setan memberikan tawaran yang menggiurkan, ”Begini, mungkin ini yang terbaik buatmu, kamu urungkan niatmu sebagai imbalannya dua dinar di setiap pagi di bawah bantalmu,” bujuk setan.
Hati pemuda itu pun goyah dan ragu dengan tawaran setan, ”Bagaimana mungkin aku mendapatkannya?”
“Aku yang akan menyediakan untukmu setiap dirimu bangun tidur,” jawab setan
Khutbah Jumat Inspiratif: Hari Kedua Pemuda dan Setan
Keesokan harinya, pemuda itu memang mendapat dua dinar di bawah bantalnya selepas bangun tidur. Namun, di pagi setelahnya, dua dinar yang dijanjikan setan itu tidak ada.
Maka, ia pun kembali bergegas dengan kemarahan memuncak ingin kembali menebang pohon itu. Setan pun kembali datang dengan menjelma.
“Apa yang akan kamu lakukan?” tanya setan.
“Aku ingin menebang pohon ini yang dipersekutukan dengan Allah,” ujarnya.
“Kamu pembohong!” gertak setan. ”Sebenarnya kamu kemari karena uang dua dinar yang kujanjikan padamu.”
Maka, terjadilah pergumulan hebat antara pemuda dan setan ini. Setan berhasil mencekik pemuda itu dan menghempaskannya ke tanah. Hampir-hampir ia mati karenanya.
Setan pun menyeletuk, ”Apakah kamu tidak sadar bahwa aku setan? Kedatanganmu di awal murni karena Allah, maka aku tidak bisa mengalahkanmu. Kedatanganmu kedua kalinya bukanlah karena Allah, melainkan karena dua dinar yang kujanjikan padamu, maka dengan mudah aku menghempaskanmu.”
Khutbah Jumat Inspiratif: Hikmah Kisah Pemuda dan Setan
Ini adalah kisah tentang keikhlasan yang mengandung banyak hikmah. Dengan membacanya kita bisa memahami bagaimana pentingnya sebuah keikhlasan dalam beramal.
Terlebih di saat kita sering mendapati motivasi seseorang dalam beramal karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi. Terlihat rajin shalat Dhuha, tapi niatnya hanya ingin mendapatkan kekayaan. Suka sedekah tapi berharap dibalas dengan harta yang lebih banyak. Sering puasa tapi hanya ingin biar badannya langsing. Rajin tahajud tapi hanya ingin ujiannya lulus. Dan, biasanya setelah lulus ujian tahajudnya pun berhenti.
Perihal tentang larangan beramal karena mengharap dunia ditegaskan langsung oleh Allah dalam firman-Nya:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ,أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Hud: 15-16)
Khutbah Jumat Inspiratif: Tafsir Ibnu Katsir Surat Hud 15-16
Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil sebuah riwayat dari Ibnu Abbas di mana beliau berkata, “Barang siapa yang beramal saleh untuk mencari keduniawian, seperti melakukan puasa, atau salat, atau bertahajud di malam hari, yang semuanya itu ia kerjakan hanya semata-mata untuk mencari keduniawian, maka Allah berfirman, ‘Aku akan memenuhi apa yang dicarinya di dunia, ini sebagai pembalasannya, sedangkan amalnya yang ia kerjakan untuk mencari keduniawian itu digugurkan, dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi’.”
Artinya ketika seseorang beramal hanya ingin mencari keuntungan duniawi, sedangkan untuk kepentingan akhiratnya tidak terlintas sedikit pun dalam hatinya, maka Allah mengharamkan baginya keuntungan di akhirat kelak.
Dalam ayat lain, Allah ta’ala berfirman:
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Asy Syuraa: 20)
Khutbah Jumat Inspiratif: Pentingnya Niat Iklhas
Kita tidak memungkiri adanya manfaat duniawi dari sebuah amal shaleh. Namun yang patut kita antisipasi adalah terjadinya niat yang salah dan motivasi yang salah dalam melakukan kebaikan.
Seperti kisah di atas, secara fisik amalan sama, sama-sama sedekah, sama-sama shalat Dhuha, namun ketika yang satu kehilangan ruh amal yaitu ikhlas, maka akan lain nilainya di sisi Allah.
Ketika shalat Dhuha, tahajud, dan sedekah hanya menjadi batu loncatan untuk kesuksesa duniawi, maka ketika itu pula dia tidak bernilai di sisi Allah, bahkan bisa terjatuh kepada kesyirikan. Karena memalingkan niat ibadah yang seharusnya untuk Allah menjadi motivasi-motivasi duniawi.
Sebuah riwayat dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بَشِّرْ هَذِهَ الأُمَّةُ بِالسِّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ وَالدِّيْنِ وَالتَّمْكِيْنِ فِي الأَرْضِ فَمَنْ عَمِلَ مِنْهُمْ عَمَلَ الآخِرَةِ لِلدُّنْيا لَمْ يَكُنْ لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيْبٍ
“Berilah kabar gembira pada umat ini dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.” (HR Ahmad)
Khutbah Jumat Inspiratif: Perbaiki Niat Beramal
Karena itu, perlu bagi kita untuk terus memperbaiki niat dalam beramal. Sekecil apapun bentuk amalan kita, arahkan niat kita untuk mencari ridha Allah.
Sebab, tak ada gunanya amalan seseorang bila keikhlasannya belum hadir di dalam niatnya. Adanya balasan langsung yang kita peroleh setelah melakukan amal shaleh itu merupakan bentuk kemurahan Allah Ta’ala kepada kita.
Tapi ada balasan yang lebih besar yang Allah siapkan kelak di akhirat. Karenanya, janganlah balasan yang besar itu terhalang hanya karena kenikmatan dunia yang secuil.
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Editor Mohammad Nurfatoni. Naskah khutbah ini pernah dimuat Majalah Matan.