Tamhid pun mengontak Kepala Kantor PWM Jatim, Chusnul Choliq, yang pada pagi sebelumnya mengantarnya ke Bandara. Selain dikenal menguasai kearsipan kantor, Choliq merupakan salah seorang sopir kawakan dan berpengalaman di PWM Jatim.
(Baca: Memberi Tak Harap Kembali: Kisah Nyata Ketika Din Syamsuddin Bertemu Seorang Ibu di Pesawat)
“Berkali-kali telphon tidak diangkat. Ternyata mas Choliq berada di masjid, sementara HP-nya ditinggal di kamar,” jelas Tamhid. Tak urung, panggilan diarahkan kepada orang lain, untuk mengabarkan kepada Choliq agar segera membawa mobil ke Bandara untuk berangkat ke Banyuwangi.
“Saya tanya kenapa harus memakai mobil, hanya dijawab Pak Tamhid, nanti ceritanya,” jelas Choliq ke PWMU. Dia pun dengan sigap kembali mengeluarkan mobil dari ruang parkir dan meluncur ke Bandara. “Dalam waktu kurang 10 menit, saya sudah sampai bandara,” jelasnya. Pukul 13.30-an pun, mobil Kijang bernomor polisi L-1917-HX yang ditumpangi lima orang ini berangkat ke Banyuwangi layaknya sebuah adventure.
(Baca: Ketika Dua Ormas Besar Berbagi Tugas: Muhammadiyah Urus Milad dan NU Urus Haul dan Ketika MU dan NU Tidak Saling Bertanding … Fenomena Jepara)
Karena kemungkinan besar sulit untuk datang di Banyuwangi tepat pada pukul 19.00 wib sesuai jadwal, bantuan aparat kepolisian pun dikontak. Meminta bantuan pengawalan karena acara di Banyuwangi ini juga dihadiri oleh Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas MSi. Lagi-lagi, kepolisian Jawa Timur di Surabaya ternyata punya acara tersendiri hingga tidak bisa memberi pengawalan. Bantuan pengawalan hanya bisa didapatkan setelah masuk Kabupaten Situbondo.
Perjalanan Bandara Juanda hingga Probolinggo berjalan lancar. Namun, kemacetan padat merayap mulai menyergap rombongan ini ketika masuk Kabuaten Probolinggo. Dalam ukuran normal, tetap sulit untuk tiba di Banyuwangi, bahkan pada pukul 21.00 wib sekalipun.
(Baca: Ini Perbedaan Gaya Sarungan Warga Nahdliyin dan Muhammadiyah dan Ketika Imam Masjid Muhammadiyah Membaca Qunut)
“Barulah setelah ada pengawalan saat masuk Situbondo, meski banyak truk yang membuat jalanan padat merayap, kami masih bisa berjalan dengan cepat,” tambah Choliq lagi. Ketika dalam pengawalan yang membutuhkan kecepatan tinggi, Tamhid pun mengambil alih kemudi dari Choliq.
Selama dalam perjalanan, telephon Tamhid maupun Choliq berkali-kali berdering karena panggilan masuk dari panitia Banyuwangi. Memastikan bahwa perjalanan Ketum PP Muhammadiyah-Aisyiyah dan rombongan ini berjalan lancar. Hingga akhirnya pada pukul 19.50 wib, rombongan ini tiba di tempat acara, Gelanggang Seni dan Budaya (Gesibu) Blambangan. 20 menitan sebelumnya acara ini telah dibuka, telah menunggu di samping Haedar adalah Bupati Bayuwangi, Abdullah Azwar Anas.
(Baca: Jangan Jadi Generasi Cengeng, Pesan Haedar Nashir untuk Pelajar Muhammadiyah dan Jangan Jadi Umat Islam Sontoloyo)
Tiba di lokasi acara tanpa istirahat, Haedar tidak menampakkan kelelahan sama sekali. Perjalanan berliku seakan “terbayar” dengan antusiasme warga Muhammadiyah memadati Gasebu Blambangan. Di hadapan 4.000-an warga Muhammadiyah yang terdiri dari 86 orang unsur PDM, 230 orang Pimpinan Cabang Muhammadiyah se Kabupaten Banyuwangi serta warga dan simpatisan Muhammadiyah, Haedar menyemangatinya untuk terus berkarya membangun bangsa dan negara.
“Sasaran dakwah Muhammadiyah adalah masyarakat dan yang dapat secara langsung memberdayakan masyarakat adalah PCM ataupun PRM membangun masyarakat Islam yang berkemajuan untuk kemajuan suatu bangsa di mulai dari masyarakatnya,” jelasnya.
(Baca: Gelorakan Terus Semangat Dakwah ala KH Ahmad Dahlan dan Inilah 5 Ciri Islam Berkemajauan)
Karena itu Haedar mengatakan bahwa umat Islam tidak boleh menjauhi dunia apalagi mejauhi akhirat. “Muhammadiyah adalah representasi ummatan washatan, maka Muhammadiyah haruslah berkiprah, berbuat dan membangun masyarakat sebagai semangat syuhada ‘alaa nnaas,” kata Haedar.
Muhammadiyah adalah membangun kekuatan umat agar menjadi umat yang berkemajuan dengan cara membangun setidaknya 6 pilar strategi kemajuan umat. Yaitu membangun jiwa keagamaan dengan iman dan taqwa yang kuat , membangun ahlak yang baik, membangun tradisi keilmuan, membangun dimensi mu’amalah dunia dengan menguasai sesuai dengan kondisi dan keadaan, membangun ukhuwwah Islamiyah (persatuan Islam), serta selalu bersyukur.
(Baca: Geliat RS Siloam, Bagaimana RS Muhammadiyah (Incorporated)? dan Ketua PWM Resmikan Gedung RSU PKU Muhammadiyah Rogojampi)
“Muhammadiyah dan pemerintah harus saling bersinergi dan saling mendorong demi kemajuan bangsa Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di Dunia. Muhammadiyah bergerak dalam keummatan sedangkan pemerintah bergerak melalui kebijakan dan kekuasaannya,” pungkas Haedar. Acara itu sendiri berakhir pada pukul 22.00 wib, dan warga membubarkan diri secara tertib. (paradis/ilmi/syamsul hadi)