PWMU.CO-Parade Film Pendek digelar oleh SMP Muhammadiyah 2 Genteng Surabaya di CGV Cinemas BG Junction selama dua hari, Rabu-Kamis (26-27/2/2020).
Parade film ini dilaksanakan sebagai ujian praktik siswa kelas IX mata pelajaran Seni Budaya dan Bahasa Indonesia. Ada 25 karya film pendek dari 25 kelompok.
Guru Seni Budaya Luddy Saputro menjelaskan, ujian praktik ini bertujuan siswa kelas IX mempunyai pengalaman membuat film, mulai dari workshop pembuatan, pencarian pemeran, proses produksi, promosi hingga bisa ditampilkan dengan layak dalam bioskop.
”Untuk mendukung program ini SMP Muhammadiyah 2 Surabaya menggandeng CGV Cinemas BG Junction yang mempunyai visi yang sejalan,” katanya.
Pembuatn film memakai kamera smartphone. Begitu juga mengedit videonya. Proses produksi diberi waktu sebulan. Sebelumnya siswa dibekali pengetahuan produksi film lewat Workshop Film Pendek dengan mengundang sutradara TVRI Jawa Timur Indra Gunawan. Dia menjelaskan pembuatan naskah hingga proses produksi pembuatan film.
Karya film para siswa juga melewati tes visual video di studio bioskop sebagai standarisasi dari pihak CGV. Duty Manager CGV BG Junction Dennis Hardiman Putra mengatakan, sangat bangga bisa bekerja sama dengan SMP Muhammadiyah 2.
”Saya sangat bangga meskipun film karya anak SMP hanya menggunakan HP tapi pesan moral dan teknisnya keren banget,” ujar Dennis.
Ditonton Mahasiswa Asing
Pemutaran film selama dua hari di CGV dihadiri sembilan mahasiswa asing bersama Diyah Puspita Ningsih, staf Pusat Bahasa Universitas Airlangga. Mereka mahasiswa dari Asia Barat, Timur Tengah, dan Afrika.
“Beberapa film sangat bagus seperti kehidupan normal. Terutama film Under Age Racing. Saat menonton aku menangis karena merasakan cinta ibu dan anak. Aku jadi merindukan ibuku,” kata Kashif, mahasiswa asal Pakistan.
Komentar senada disampaikan Rizhwan, mahasiswa asal Afganistan. “Sangat bagus, setidaknya mereka berusaha maksimal bikin film pakai kamera HP,” katanya. Menurut dia, untuk kemampuan acting pemeran, murid perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki.
Berry dari Tanzania menilai, dari tiga film yang ditonton levelnya tidak buruk. Mungkin lain kali mereka harus mempertimbangkan kualitas, suara, lampu, dan video editing. ”Saya suka yang film horror. Ini menarik perhatian saya,” tuturnya.
Guru Seni Budaya Luddy Saputro menjelaskan, pembuatan film pakai kamera HP ini tantangan bagi siswa. ”Bagaimana dengan media smartphone, tapi kualitas film bisa masuk standar bioskop,” tandas Luddy yang pernah jadi dosen Institut Kesenian Jakarta dan bermain film layar lebar.
Di sela parade film juga digelar diskusi membahas kesulitan selama produksi film dan cara mengatasinya. Peserta bangga hasil karyanya diputra di bioskop ini.
“Ya, saya bangga dan sangat terkesan film saya bisa diputar di bioskop. Ini pengalaman luar biasa saat sekolah di sini,” komentar Madani, siswa kelas IXB.
Begitu juga wali murid yang hadir mengapresiasi program ini untuk pengembangan bakat dan kreativitas siswan. Siswa bisa membuat film yang tayang di bioskop ini luar biasa sekali.
Kepala SMP Muhammadiyah 2 Ida Indahwati Waliulu menyampaikan, praktik film pendek ini memberikan pengalaman kepada siswa membuat karya seni film yang membutuhkan kreativitas, kesabaran dan kerja sama yang baik sebuah tim.
”Film ini harus bermanfaat dan memuat pesan moral bagi masyarakat. Tetap semangat dan terus berkarya,” ujarnya. (*)
Penulis Yunan Imanu Editor Sugeng Purwanto