Kisah pilu pembantaian perpustakaan-perpustakaan Islam dimulai di Andalusia tahun 1258 di Baghdad hingga tahun 1992 di Bosna Herzegovina.
PWMU.CO – Bosnia Herzegovina pada tahun 1992 menjadi korban paling parah dalam pertikaian sektarian bekas negara Yugoslavia.
Korban jiwa yang berjatuhan dalam jumlah besar etnis Bosnia yang muslim memancing solidaritas besar dunia Islam. Tidak terkecuali Presiden Soeharto.
Pada tahun 1996 sebagai Ketua Gerakan Non Blok Pak Harto menyempatkan untuk mengunjungi Sarajevo, Ibu Kota Bosnia Herzegovina.
Sebuah Konspirasi?
Sesungguhnya ada yang lebih memilukan dari jatuhnya banyak korban jiwa etnis Bosnia. Yaitu ikut dihancurkannya perpustakaan terbesar di Kota Sarajevo.
Maria Rosa Menocal seorang peneliti dari Universitas Pennsylvania yang terkenal dengan karyanya tentang Andalusia, mencatat ada modus yang sama dengan yang terjadi di Andalusia pada tahun 1492.
Sebagai peneliti sastra dan bahasa abad pertengahan, Maria secara langsung menemukan aneka kejanggalan dan kesulitan dalam usaha menemukan karya-karya tulis tertentu.
Dari pengalaman ini, Maria menduga kuat ada gerakan yang secara sengaja menghapus jejak kejayaan Islam dengan memusnahkan karya-karya tulis cendekiawan muslim abad pertengahan era kejayaan Islam di Andalusia dan Baghdad.
Pembantain Tahun 1258 oleh Mongol
Jika diruntut antara tahun 1492 saat Andalusia runtuh hingga tahun 1992 saat Bosnia dibombardir Serbia, kurun waktunya pas 500 tahun. Perpustakaan Sarajevo diyakini banyak menyimpan karya tulis manuskrip ilmiah masa kejayaan Utsmaniyah. Mengingat Bosnia pernah menjadi bagian dari kekhalifahan Islam terakhir yang runtuh tahun 1924.
Perpustakaan dan manuskrip sebagai aset intelektual serta peradaban Islam pada masa kejayaan tidak disadari oleh umat sendiri. Justru mendapat perhatian dari umat lain untuk dimanfaatkan atau dihancurkan.
Tidak kalah pilunya adalah sewaktu penyerbuan Baghdad oleh Mongol yang mengakhiri kekuasaan Dinasty Abbasiyah pada tahun 1258. Tentara Barbar Mongol selain membunuh Khalifah Mu’tashim beserta keluarga dan rakyatnya.
Juga sempat memporak-porandakan Bayt Al Hikmah. Sebuah perpustakaan raksasa legendaris kebanggaan umat Islam dan dunia sumber dari berbagai sumber kejayaan Islam dan Eropa abad pertengahan.
Dikisahkan dalam penyerbuan pasukan Mongol di Baghdad, sungai Eufrat dan Tigris berwarna hitam dan merah. Warna hitam berasal dari tinta buku-buku yang dilempar ke sungai dari Bayt Al Hikmah. Warna merah berasal dari korban jiwa kerabat khalifah maupun masyarakat Baghdad.
Penghancuran di Andalusia
Di Andalusia tidak jauh berbeda. Tidak lama setelah penyerahan kunci gerbang Granada sebagai pertahanan terakhir pada 2 Januari 1492, pengusiran dan pembantaian pada umat Islam yang menolak menjadi murtad diikuti dengan pemusnahan karya tulis manuskrip-manuskrip penting bidang ilmu pengetahuan, teknologi, kedokteran dan sastra berbahasa Arab.
Masa kejayaan Islam abad pertengahan sampai abad dua puluh era Andalusia, Baghdad dan Utsmany sangat kental dengan budaya ilmu pengetahuan, karya tulis, dan perpustakaan selain kejayaan politik Islam.
Kejayaan politik Islam yang ditandai dengan kuat dan tegaknya sistem kekhalifahan abad pertengahan sampai abad dua puluh didukung semangat jihad paripurna di segala bidang utamanya bidang karya tulis, ilmu pengetahuan, dan perpustakaan.
Bukan hanya jihad sempit yang berorientasi perang, kilatan pedang, lesatan anak panah dan derap lari kuda. Gerakan literasi, membaca dan menulis dengan pengembangan perpustakaan modern penting dalam usaha meningkatkan kualitas ilmu dan iman kaum muslimin sebagai penggerak utama dalam mengembalikan kejayaan Islam pada melineum ketiga ini.
Semoga kisah pilu pembantaian perpustakaan-perpustakaan Islam tak terulang. Wallahu’alam bi ash shawab. (*)
Penulis Prima Mari Kristanto. Editor Mohammad Nurfatoni.