PWMU.CO – Sudah saatnya arah politik praktis harus dibawa kepada nilai-nilai Islam. Para pembaharu, kalangan muda harus bersiap untuk masuk dalam gerbong perjuangan politik Islam. Demikian sekilas pemaparan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Magetan Imam Yudhianto, SH, MM dalam Dialog di Gedung Dakwah Muhammadiyah Magetan, Kamis (4/8).
Dihadapan ratusan kader Muhammadiyah, baik dari PDM, PDA, PDPM, PCPM dan PDNA se-Kabupatan Magetan, Imam menyampaikan, sebagai kader muda Muhammadiyah, kita harus mampu mengubah pola pikir dan cara pandang negatif terhadap dinamika politik praktis saat ini. Dengan menghancurkan benteng dan sekat yang mendikotomi Islam dan politik akibat dari faham sekulerisme.
(Baca: Para Pemuda Harus Berkhidmat untuk Perbaiki Perpolitikan Indonesia dan Ternyata, Para Cukong yang Menguasai Indonesia)
”Realitas politik yang ada di masyarakat saat ini memang dipenuhi dengan kemunafikan dan kekotoran. Pandangan inilah yang menodai kesucian Islam,” ujarnya.
Imam menambahkan, kader muda Muhammadiyah harus sadar terdapat hubungan simbiosis antara Islam dengan politik yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari hakikat Islam itu sendiri. Penolakan dan pemisahan politik dan Islam merupakan satu kejahilan dan miskonsepsi terhadap hakikat Islam.
“Sikap apatis kader Muhammadiyah terhadap politik harus dihilangkan, Ibnu Taymiyyah saja telah menyatakan bahwa kekuasaan politik merupakan min a‘zam wajibatud diin (satu kewajiban agama yang utama”),” tambah Imam.
(Baca: Hadirkan Dahnil, Pemuda Kota Udang Siapkan Deklarasi Antikorupsi dan PWM Jatim Berharap Makin Banyak Pemuda Muhammadiyah yang Berpolitik)
Dialog menghadirkan Ketua LHKP PWM Jawa Timur, Suli Da’im MM. Politikus PAN itu mengatakan, berkecimpung dalam politik berarti memperhatikan kondisi kaum muslimin dengan cara menghilangkan kezhaliman penguasa. Terutama penindasan terhadap kaum muslimin.
Suli mengungkapkan, umat Islam saat ini sedang menghadapi sebuah realita pahit. Pihak barat ternyata tidak pernah berhenti melakukan penjajahan dengan tipologi penjajahan Barat yang tidak berubah sejak dulu. Semboyan 3G yakni gold, glory, dan gospel terus menjadi pegangan. Kemenangan menguasai wilayah (the Glory), kemudian mengeruk kekayaan alam sebesar-besarnya bagi kepentingan sang penjajah (the Gold), dan penyebaran agama Kristen di seluruh tanah jajahan (the Gospel) merupakan prinsip hingga sekarang. Semua itu dilakukan melalui ‘perang suci’ atau ‘the Crusade’.
“Barat tidak ingin umat Islam hidup dengan jati dirinya karena itu sangat berbahaya. Makanya harus dilemahkan,” tegas Suli.
Untuk itu, Suli mendorong supaya kader Muhammadiyah harus mampu memberi warna dan membumi dalam dunia politik dan birokrasi. Kebijakan publik dalam bentuk tata kelola regulasi dan perundang-undangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, harus di Islamisasi dan diarahkan pada keselamatan Kaum Muslimin.
“Jadi, siapa saja kader pemuda muhammadiyah yang memiliki bakat politik, silahkan untuk berjuang di dunia politik, dan jangan dihalang-halangi. Justru kewajiban kita adalah untuk mendukungnya,” pesan Suli. (aan)