PWMU.CO– Ayah luar biasa dibutuhkan dalam pengasuhan anak, bukan ayah biasa di luar. Pesan ini disampaikan oleh Ir Misbahul Huda MBA dalam acara parenting di SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School), Sabtu (29/2/2020).
Acara parenting program Ikwam Berlian School bersinergi dengan sekolah ini digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah dihadiri oleh 550 ayah siswa. Tema parenting Ayahku, Bukan Sekadar Ayah Biasa sesuai dengan judul buku karya Misbahul Huda.
Menurut Misbah, perubahan zaman yang mengubah keadaan harus segera disikapi. Jika terlambat melakukan perubahan maka akan tertinggal dan mati.
Sekarang tidak perlu sarjana dalam bekerja, sambung dia, karena sarjana tidak ada relevansi dengan kesuksesan. Masa depan banyak pekerja diganti robot karena menuju era otomatisasi.
”Maka anak-anak harus disiapkan untuk menjadi anak yang kreatif dan spiritual untuk menghadapi perubahan zaman. Kreatif kalau tidak diiringi spiritual, maka akan banyak korupsi,” jelas ayah dari enam anak yang sukses dalam kariernya.
“Kurangnya kreativitas anak dikarenakan anak terlalu dimanja. Jadi dia tidak bisa menghadapi lika-liku kehidupan,” ujar Misbah yang pernah menjabat direktur percetakan besar PT Temprina Media Grafika.
Tiga Jalan Menuju Keluarga Surgawi
Dijelaskan, untuk menghasilkan generasi milenial yang mengantarkan keluarga surgawi ada tiga hal yaitu reorientasi visi, reposisi peran, reaktualisasi potensi.
Pertama, visi kita dalam keluarga ada dalam doa kita. Mimpikan anak menjadi pemimpin, leader, bukan follower. ”Kita harus punya visi, anak harus menjadi pemimpin bagi orang yang bertakwa. Mempunyai visi itu tingkat keberhasilannya sepuluh kali lipat daripada yang tidak mempunyai visi,” tandasnya.
Kedua, reposisi peran ayah, ibu dan guru. Ibu adalah madrasatul ula untuk anak. Tetapi kepala sekolahnya tetap ayah. Jika terjadi kerusakan pada anak adalah tanggung jawab utama ayah.
”Menyekolahkan anak di SD Muhammadiyah 2 GKB, tanggung jawab utama pada anak tetap di tangan orangtua terutama ayah,” tandasnya. “Secara emosional, ayah harus 15 kali memuji anak dalam sehari,” tuturnya.
Diterangkan, zaman sudah berbeda, anak membutuhkan ayah hadir mendampinginya untuk menghadapi tantangan zaman. ”Banyak masalah selesai jika ayah turun tangan dan sebaliknya banyak masalah kecil menjadi besar karena ayah tak peduli,” tegasnya.
Ketiga, “Cari potensi anak yang sesuai passionnya, lejitkan di bidang masing-masing sampai anak sukses. Jangan memaksa anak mengikuti keinginan kita. Karena ‘anakku bukan milikku’. Anak punya keinginan, dan orangtua bisa mengarahkan,” ujar Misbah.
Dikatakan, ayah harus tegas tapi jangan kasar memukul. Anak membutuhkan pendampingan ayah. Berikan visi kepemimpinan pada anak. Peran itu hanya bisa didapat dari ayah yang tak bisa digantikan oleh ibu atau guru.
Harapan Ikwam dan Sekolah
Kepala SD Muhammadiyah 2 GKB M Nor Qomari SSi menjelaskan, latar belakang kegiatan parenting ayah ini, Ikwam dan sekolah memandang peran ayah dalam pendidikan anak masih kurang. “Kami punya niat tulus agar kasih sayang ayah bisa dirasakan langsung oleh anak-anak,” sambungnya.
Ketua Ikwam Rusliana Sarosa menambahkan, parenting ayah ini untuk membuka mindset ayah tentang perannya dalam keluarga. Belajar bersama tentang kondisi dan dampak dari fatherless terhadap anak-anak.
“Tujuannya tentu saja untuk menjadikan anak-anak kita sebagai generasi Islam yang berkarakter kuat dan saleh-salehah,”tambahnya.
Dia menyampaikan, selama menjadi ketua Ikwam, belajar banyak hal. Salah satunya tentang makna sinergi antara orangtua dan sekolah demi pendidikan berkarakter anak-anak. (*)
Penulis Ria Rizaniyah Editor Sugeng Purwanto