PWMU.CO – Lincah bergerak itu nggak ada kaitannya sama sekali dengan berat dan postur tubuh. Siapapun bisa lincah bergerak ketika mampu merontokkan serta lepas dari belenggu dan penjara pikirannya. Ketika sekat dan batas-batas wilayah lebih terbuka, tertembus dunia maya, tentu akan memudahkan kita bebas bergerak. Leluasa.
Tak ada yang perlu dikeluhkan. Apalagi harus dengan sumpah serapah dan caci maki. Bukankah ketika lagi sulit di sini, kita bisa berpindah. Kita bisa bergerak lincah untuk hijrah. Ya, hijrah. Hijrahlah dari kesulitan di sini dari penjara logika kita sendiri. Maka akan kita temukan bahwa dunia (bumi) itu luas. Dan akan kita dapatkan karunia atau rezeki yang berlimpah.
(Baca: Filosofi Sujud dan Filosofi Martabak)
Mari kita renungi firman Allah dalam Annisā ayat 100: “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Baca juga: 4 Filosofi Hidup yang Antarkan Prof Muhadjir Effendy ke Gerbang Kesuksesan)
Sahabat, salah satu ciri hidup–bahwa makhluk disebut hidup–adalah gerak. Teruslah bergerak maka tekanan demi tekanan tak akan pernah mampu mengimpit kita. Bergerak dan terus bergerak akan senantiasa membuat kita lolos dari tekanan yang panjang.
Teruslah bergerak. Tentu tidak sekadar bergerak. Karena gerak kita harus bernilai ‘hijrah’. Gerak dalam gelombang dahsyat gerakan dakwah, yang akan membuat hidup benar-benar nyata dan lebih hidup: dalam gerakan dakwah amar makruf nahi munkar.
Kolom Drh Zainul Muslimin, Direktur Lazismu Jawa Timur