PWMU.CO-KH Ibrahim. Tak banyak orang mengenalnya. Padahal dialah yang melanjutkan kepemimpinan Muhammadiyah setelah wafatnya KH Ahmad Dahlan.
Kisah KH Ibrahim dikenalkan kepada siswa kelas 8B SMP Muhammadiyah 4 Tanggul (SMP Muhata) Jember saat pelajaran Kemuhammadiyahan, Rabu(4/3/2020). Acara bertempat di aula sekolah.
”Kisah hidup tokoh KH Ibrahim ini sangat luar biasa. Simak baik-baik. Setelah itu ada tugas buat kalian menceritakan ulang tokoh ini,” kata Humaiyah SPd, guru Kemuhammadiyahan.
Para siswa SMP Muhata duduk melingkar. Mendengarkan cerita dengan seksama. Beberapa anak membuat catatan kecil. Humaiyah membacakan kisah tokoh Muhammadiyah itu dengan suara agak keras. Selesai membacakan, Humaiyah kembali berkata.
”Ayo, kumpulkan pulpen kalian,” perintahnya kepada siswa.
”Buat apa, Bu?” mereka bertanya serempak.
”Ada deh,” gurau Bu Guru.
Mereka saling berpandangan. Menebak-nebak apa yang akan dilakukan gurunya. Lalu Bu Guru mengambil satu sajadah. Kemudian meletakkan semua pulpen di bawah sajadah.
”Ibu akan mengacak pulpen kalian. Siapa saja yang pulpennya ibu ambil, maka dia yang mendapat tugas menceritakan kisah KH Ibrahim tadi. Seperti arisan pulpen, hadiahnya bercerita,” jelasnya.
Kisah Berantai
Mereka langsung terbelalak sambil berkata waduh. Saat pulpen diacak, reaksi mereka bermacam-macam. Ada yang meletakkan tangan di atas dada, ada yang komat-kamit berdoa. Bahkan ada yang menutup telinga dan memejamkan mata. Berharap bukan pulpennya yang keluar.
Guru mengambil satu pulpen. Kemudian diacungkan di depan siswa. ”Punya Aisyiah Salsabila, Bu,” teriak mereka serempak. Tepuk tangan langsung terdengar. Bahkan ada yang berkata untung bukan pulpenku.
Dengan langkah kaki berat, Aisyah maju. Mengambil mikrofon dengan tangan gemetar. Teman- temannya langsung tersenyum menahan tawa. ”Ayo Aisyah, ceritakan seingatmu,” kata Bu Guru.
Dengan suara parau Aisyah bercerita. ”KH Ibrahim adalah adik ipar KH Ahmad Dahlan. Beliau mempunyai istri yang berumur panjang, yaitu 108 tahun.”
Aisyah langsung menyerahkan mikropfon. ”Sudah, Bu.” Dengan malu-malu Aisyah langsung kembali ke tempatnya. Semua yang hadir terheran-heran. Kok cuma segitu ceritanya. Guru kembali mengacak dan mengambil salah satu pulpen.
”Punya Nila, Bu…” suara siswa tambah kompak. Nila langsung kaget. Tapi dia berani maju.
”KH Ibrahim mempunyai dua istri. Yang satu meninggal, yang lainnya diberi umur panjang.” Lalu Nila menyerahkan mik kepada guru. Langsung ngeloyor ke tempat duduknya.
”Bukan poligami Mbak Nila. KH Ibrahim menikah yang pertama dengan Muhidah. Istrinya meninggal lalu menikah lagi dengan Muhsinah,” jelas guru merevisi cerita muridnya.
Ita Iftitah yang duduk di samping Nila nyeletuk,”Kok yang diingat poligami sih, Nil.” Para peserta langsung tertawa.
KH Ibrahin Hafidh dan Qori
Giliran berikutnya pulpen Desi Rahmawati yang keluar. Kali ini Desi dengan percaya diri berdiri di depan. Tanpa ragu dia lantas berkisah.
”Ketika KH Ahmad Dahlan akan meninggal. Beliau berwasiat kepada para sahabatnya untuk menyerahkan kepemimpinan Muhammadiyah kepada KH Ibrahim. Adik iparnya. Awalnya KH Ibrahim tidak bersedia. Karena amanah ini terlalu berat. Tetapi karena desakan tokoh-tokoh akhirnya menerima amanah itu.”
Desi menambahkan, KH Ibrahim adalah ulama besar. Seorang hafidh Quran dan ahli qiraah. Sepulang dari Mekkah menikah pertama kali dengan Muhidah. Tetapi Allah memanggil Muhidah. Lantas menikah dengan Muhsinah, adik kandung Muhidah. Muhsinah dikaruniai Allah usia yang panjang yaitu 108 tahun yang meninggal tahun 1998.
Begitu dia selesai bercerita, semua yang hadir memberika tepuk tangan panjang.
”Alhamdulillah, Desi luar biasa. Nah, anak-anak barusan kalian sudah menceritakan ulang. Sekarang tugas kalian menulis ulang kisah tadi. Semakin banyak tulisan kalian. Semakin bagus nilainya,” kata guru. Ruangan hening. Semua siswa asyik dengan menulis kisah KH Ibrahim. (*)
Penulis Humaiyah Editor Sugeng Purwanto