Dr Abdul Mu’ti mengatakan, Madura bukan daerah tertinggal lagi. Karena banyak tokoh nasional lahir dari daerah ini.
PWMU.CO-Ribuan massa se Madura hadir pada tabligh akbar yang diisi Sekretaris PP Muhammadiyah Dr Abdul Mu’ti bertempat di Pendapa Raden Pratanu Bangkalan, Ahad (8/3/2020).
Tabligh akbar yang mengundang Dr Abdul Mu’ti ini puncak acara pelantikan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) dan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Bangkalan.
Mengawali ceramahnya, Abdul Mu’ti memberi apresiasi kepada PDPM dan PDNA Bangkalan karena sudah bisa melaksanakan pelantikan. “Karena dengan adanya pelantikan, berarti anda semua menunjukkan eksistensinya pertama kali kepada masyarakat,” tutur Mu’ti.
Madura, menurut Mu’ti, dulu terkenal sebagai daerah yang tertinggal. Tapi label daerah tertinggal itu kini tidak berlaku lagi. “Buktinya banyak tokoh nasional yang lahir dari Madura, contohnya yang paling terkenal ialah Mahfud MD,” terangnya.
Bukan hanya Mahfud MD, sambung dia, ada Sunanto yang kini memimpin Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah. Menurut dia, Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah berada di tangan Cak Nanto menunjukkan bahwa Muhammadiyah bukan hanya milik suku tertentu. ”Semua bisa ber-Muhamadiyah dan menjadi pengurus Muhammadiyah,” tandasnya.
“Ini artinya Muhammadiyah gerakan nasional, bukan gerakan lokal primordial. Kita lihat, yang memimpin Muhammadiyah bukan hanya orang pulau Jawa saja,” tegas ketua BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan).
Adik Bongsor Muhammadiyah
Belakangan ini, kata dia, ada yang coba membenturkan Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama (NU). Muhammadiyah dan NU merupakan saudara. Menurut Mu’ti, NU merupakan adik bongsor dari Muhammadiyah.
“Karena Muhammadiyah lebih dahulu lahir, berarti NU itu adiknya Muhammadiyah. Meskipun begitu, NU lebih memiliki banyak anggota, sehingga kami sebut adik bongsor,” kata Mu’ti yang disambut gelak tawa hadirin.
Jangan dibandingkan antara Muhammadiyah dan NU. Karena keduanya sama-sama organisasi Islam yang berkembang dan bergerak dengan caranya sendiri. Muhammadiyah dan NU selalu bekerja sama dalam membangun Indonesia. “Kalau NU menyebut NKRI harga mati. Kami menyebutnya sebagai Darul Ahdi wasy-Sahadah,” tegas Mu’ti.
Acara ini dihadiri oleh Bupati Bangkalan KH Abdul Latif Imron dan Forkompinda Kab Bangkalan. Juga hadir Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah dan Nasyiatul Aisyiyah se Madura. (*)
Penulis Bustomi Editor Sugeng Purwanto