PWMU.CO – Guru Spemdalas offroad di Cuban Talun Batu Malang, Sabtu (7/3/20). Di acara Gathering Guru dan Karyawan ini mereka menaiki 22 Jeep.
Tepat pukul 07.30 rombongan berjeep melaju menyusuri jalanan beraspal. Berjeep terbuka dan tertutup, guru dan karyawan Guru SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik mengenakan baju abu-abu dan jilbab orange. Mereka siap melakukan perjalanan menuju Cuban Talun Batu Malang.
Sekitar 1 kilometer melewati Jalan Raya Batu, rombongan Jeep berbelok kiri menuju Jalan Indragiri Pangkur Sumberejo.
Dalam rute sudah mulai terasa aroma pedesaan. Jalan sudah tidak terlalu lebar, sekitar 3,5 meter. Laju Jeep semakin kencang.
Pemandangan kanan kiri penuh dengan tanaman bunga mawar dan pucuk merah. Udara dingin masih menyapa bersamaan dengan terik pagi.
Tian Dwi (31) sang driver asli Kota Batu begitu lihai mengendalikan kemudi. Belok kanan kiri maupun tanjakan menjadi menu utamanya.
Pengalaman 8 tahun mengendarai mobil Jeep keluaran tahun 1959 dengan napol N 1417 GI ini begitu terlihat saat berada dia mengendalikan Jeep. Tubuh bergoyang begitu halus dan tidak terasa ketika laju Jeep membelah kampung menuju lereng Gunung Arjuno dan Welirang.
Pacu Adrenalin yang Mengasyikkan
Setelah jalan aspal dengan lebar 3,5 meter selesai dilalui, para penumpang mulai terlihat berdebar jantungnya.
Hal ini dirasakan Nugra Heny SPdI. Jalanan dengan lebar seukuran Jeep dan sedikit berlumpur membuat adrenalinya berpacu kencang.
“Ketika jalan aspal, perjalanan tidak ada tantangan berarti. Tetapi ketika memasuki jalan tanah sedikit berlumpur, pegangan tangan semakin erat dan jeritan pun tambah keras,” ujarnya.
Heni mengaku pengalaman ini adalah pertama baginya. Tubuh digoyang sambil teriak. Belum lagi ketika ada dua Jeep yang mengalamai kerusakan dan penumpangnya harus dievakuasi oleh tim.
Perasaan ini bercampur antara takut rasa asyik. Inilah yang membikin suasana menjadi menarik.
“Ya, harus dilalui dengan happy, enjoy, dan yang lebih penting lagi adalah kebersamaan menjadi 1 tim di Spemdalas ini,” paparnya.
Offroad di Sungai Sumber Brantas
Perjalanan menuju Cuban Talum harus dilalui penuh hambatan. Bukan hanya ada Jeep yang mengalami kerusahan di tengah perjalanan, tetapi juga hambatan dari pekerja pipanisasi.
“Sempat berhenti lima menit karena ada orang yang memperbaiki saluran pipa air yang membela jalan menuju kebun satu,” ungkap Sugeng Waras.
Pemandangan nan indah di kaki Gunung Arjuno dan Welirang menjadi obat rasa lelah dan menakutkan saat berada di Jeep.
Guru Spemdalas Spemdalas bebas berswafoto. Mereka turun dari Jeep dengan riang. Ada yang bercengkrama ada juga yang cepat-cepat ambil gawai untuk mengabadikan momen.
“Kapan lagi bisa seperti ini. Momen ini harus diabadikan,” ungkap Eka Fitria Nurdiana AMA saat berfoto di sela-sela tanaman sayur wortel.
Di atas kebun satu, rombongan guru dan karyawan Spemdalas berhenti agak lama. Mereka bisa menyaksikan pemandangan dari atas kawasan Kota Batu dan keindahan Gunung Panderman.
Setelah hampir 10 menit, rombongan melanjutkan kembali perjalanan. Jeep berkelok-kelom di jalan aspal. Wajah para penumpang terlihat sumringah.
Setelah 10 menit perjalanan, rombongan memasuki area Cuban Talun. Mereka menikmati minuman dan merilekskan tubuh setelah digoyang di Jeep.
Tak berselang lama, perjalanan kembali dilakukan di Sungai Sumber Brantas. “Ayo, siap-siap. Kita akan offroad di sungai. Semua harus pegangan tangan yang kencang,” kata Tian Dwi, sang driver.
Benar, rombongan Jeep menuju ke arah barat Cuban Talun. Roda Jeep melaju di atas jalanan berbatu. Sejauh mata memandang, aliran sungai begitu tenang dengan kedalaman 35 cm.
Semua guru mulai menarik napas. Siap-siap digoyang lebih dahysat dari sebelumnya. Jeep digas kencang melewati sungai. Air langsung muncrat dan efek basah pun terjadi.
“Ada perasaan deg-degan yang berbaur dengan senang. Saat air muncrat senang sekali, tetapi ketika jeep melaju di jalanan berlumpur, tubuh digoyang dengan dahysat. Ini rasanya tidak bisa dilupakan. Mantul, pokoknya,” tandas Qurrotun Ayun SPd saat diwawancarai PWMU.CO. (*)
Penulis Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.