Kisah umrah dua jam sebelum larangan masuk Kota Makkah diberlakukan Arab Saudi karena wabah Virus Corona, menjadi pengalaman mengesankan jamaah travel Sahelia Umrah dan Halal Trip Surabaya. Berikut kisah Abdul Aziz, sang pembimbing sekaligus ouwner-nya.
PWMU.CO – Hampir setiap bulan kami ke Tanah Suci menemani jamaah umrah travel Sahelia. Tapi perjalanan umrah kami kali ini, 24 Pebruari 2020, terasa berbeda dari sebelumnya.
Suasana mencekam kami rasakan karena merebaknya wabah Virus Corona di hampir setiap negara. Kami khawatir bila terkena virus tersebut akibat berinteraksi dengan jamaah umrah yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Dua Jam di Makkah sebelum Larangan
Setelah tiba di Kota Madinah, kami melanjutkan perjalanan umrah ke Kota Makkah dengan mengambil miqat di Bir Ali, Kamis 27 Pebruari 2020.
Setelah prosesi singkat pemahaman tentang makna miqat dan mengikrarkan niat Labbaik allahumma umratan, perjalanan dilanjutkan dengan menggemakan kalimat talbiyah, saling bersahutan di antara jamaah. Kami meninggalkan tempat miqat tepat pukul 16.00 waktu setempat.
Setelah kedatangan malam hari di Kota Makkah pukul 22.00 waktu setempat, kami makan malam dan istirahat sejenak. Kemudian kami menuju Masjid al-Haram untuk menunaikan ibadah umrah: thawaf dan sai, Jumat (28/3/2020) pukul 01.00 waktu Arab Saudi.
Prosesi umrah baru selesai waktu Subuh. Sebelum kembali di Hotel Arraya Grand untuk istirahat, kami sempurnakan tahallul dengan cukur total rambut kepala di barber shop di lantai bawah dari Zamzam Tower.
Saat tiba kembali di hotel untuk sarapan di Jumat (28/2/2020) pagi, di situlah muncul pembicaraan soal Virus Corona dan larangan umrah para muththawwif dari beberapa travel—termasuk muththawwif kami Ali Anshori. Ternyata sejak Kamis (27/3/2020) pukul 18.30 atau saat Maghrib, Pemerintah Arab Saudi melarang jamaah masuk Kota Makkah.
Tangis Haru Jamaah
Maka, rasa syukur yang luar biasa kami rasakan karena romongan travel Sahelia telah melaksnakan umrah. Haru biru tampak pada wajah jamaah. Mereka bahagia sekali. Bahkan sebagian jamaah air matanya berderai.
Selain karena haru bahagia, kami juga sedih karena membayangkan nasib jamaah lain yang tertahan di Kota Madinah dan Kota Jeddah.
Kami tak bisa membayangkan bagaimana sedihnya mereka yang telah masuk Kota Madinah tapi tidak bisa melanjutkan perjalanan umrah ke Kota Makkah. Mereka harus tetap berada di Kota Madinah.
Sementara jamaah yang baru tiba di Jeddah pun harus langsung dipulangkan kembali ke negara asalnya. Dan jamaah yang sudah siap umrah berada di bandara keberangkatan Tanah Air, harus angkat kaki kembali ke rumah masing-masing.
Cemas Bagaimana Kepulangan Kami
Meski telah berhasil menunakan badah umrah, kecemasan pun masih melanda kami Bagaimana kepulangan kami kelak ke Tanah Air? Itulah perteanyaan yang membuat kami was-was.
Apakah dijemput apa tidak oleh maskapai penerbangan Lion Air pada tanggal 2 Maret 2020 sesuai jadwal kepulangan kami.
Pertanyaan itu logis, karena dengan larangan umrah itu tidak ada jamaah umrah yang diantar dari Tanah Air. Otomatis kedatangan pesawatnya akan kosong penumpang.
Tapi, akhirnya datang juga pesawat yang menjemput kami untuk pulang. Tepat pukul 19.00 waktu Jeddah tanggal 2 Maret 2020 kami meninggalkan Bandara Internasional King Abdul Aziz untuk kembali ke Tanah Air.
Tiba di Bandara Internasional Juanda Surabaya, Slasa (3/3/2020) pukul 10.000 WIB, semua anggota rombongan Sahelia diperiksa alat pendeteksi Virus Corona. Dan alhamdulilah, tak ada yang terindikasi terkena virus tersebut.
Kisah umrah dua jam sebelum larangan masuk Kota Makkah dan Madinah ini semoga menginspirasi! (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.