Khutbah Jumat inspirastif ini disampaikan oleh Dr HM Sholihin MPSDM Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim. Mengupas tiga wasiat dari surat al-Kahfi untuk kebangkitan umat muslim. (Redaksi)
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَصْلَحَ الضَمَائِرَ، وَنَقَّى السَرَائِرَ، فَهَدَى الْقَلْبَ الحَائِرَ إِلَى طَرِيْقِ أَوْلَي البَصَائِرَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيُكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَنْقَى العَالَمِيْنَ سَرِيْرَةً وَأَزكْاَهُمْ سِيْرَةً، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى هَدْيِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ تَعَالَى: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Khutbah Pertama
Jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Sekitar 96 tahun silam, Khalifah Utsmani resmi dinyatakan runtuh. Kepemimpinan Islam yang pernah jaya dan menguasai dua per tiga dunia dihapuskan dalam tata dunia pada 3 Maret 1924. Sejak itu umat Islam tidak lagi di bawah naungan seorang pemimpin tunggal (khilafah).
Umat tercerai berai menjadi lebih dari 60 negara. Kondisinya tak ubah seperti anak ayam kehilangan induknya. Hari demi hari problematika yang dihadapi terus meluas menyentuh segala lini kehidupan.
Hari ini wajah dunia Islam benar-benar berada dalam kendali musuh tanpa memiliki kemampuan untuk melawan. Gambaran Rasulullah saw bahwa musuh-musuh Islam akan memangsa kaum muslimin sebagaimana orang-orang menyerbu makanannya benar-benar menjadi kenyataan. Suriah, Afghanistan, Palestina, Uighur, Rohingya dan negeri-negeri lainnya telah memberikan kesaksian nyata akan adanya hal tersebut.
Bangkit dari Keterpurukan
Saat umat Islam dalam keadaan lemah, al-Quran hadir mengingatkan kepada kita semua agar bangkit dari masalah yang dihadapi. Ada tiga hal yang harus dilakukan oleh umat Islam agar tidak terus mengalami keterpurukan. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah swt dalam al-Quran surat Al-Kahfi ayat 27-28 yang bunyinya:
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا*وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (al- Qur’an). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari pada-Nya. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.
Ayat ini diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ketika beliau sedang dalam keadaan yang sangat lemah di Kota Makkah menghadapi tekanan dan ancaman dari kaum kafir Qurais. Kisah yang tercantum dalam surat al-Kahfi ini mengingatkan Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya tentang tiga hal penting yang bisa menenangkan hati mereka di saat ujian dan cobaan yang datang silih-berganti.
Wasiat Pertama
Adapun wasiat Allah dalam al-Quran tersebut, pertama adalah
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
“Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (al-Quran).Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya.”(QS: Al-Kahfi 27).
Ayat ini mengandung perintah agar umat Islam senantiasa membaca (tilawah) al-Quran. Membaca di sini mencakup dua makna. Pertama, membaca dengan cara mentadabburinya, memperhatikan, mentadabburi akan wasiat Allah yang terdapat di dalamnya.
Makna yang kedua, mengamalkan isinya dan mendakwahkan nilai-nilai ajaran yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan nyata. Kedua makna inilah yang terangkum dalam wasiat untuk membaca al-Quran tersebut.
Dengan senantiasa membaca dan mengamalkan petunjuk al-Quran, maka akan tumbuh rasa optimisme dalam hati umat Islam walaupun dalam kondisi yang sempit.
Wasiat Kedua
Yang kedua, Allah taala mewasiatkan kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat-sahabatnya agar senantiasa bersifat sabar bersama dengan orang-orang yang menyeru kepada Allah pada waktu pagi dan petang.
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ
“…Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orangorang yang menyeru kepada Rabb mereka di waktu pagi dan senja hari…” (QS. Al-Kahfi: 28).
Yaitu orang yang menjadikan tujuan hidupnya untuk meninggikan agama Islam. Senantiasa memikirkan dan memperjuangkannya di waktu pagi dan sore. Atau bahkan dalam hidup mereka seluruhnya dicurahkan untuk berdakwah menyebarkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Wasiat Ketiga
وَلا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“…dan janganlah kamu mengikuti orang-orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas…” (QS. al-Kahfi: 28).
Allah swt menjelaskan, seorang mukmin adalah bersaudara dengan sesama muslim. Begitu juga kita diperintahkan untuk berbuat yang tegas terhadap orang-orang kafir. Janganlah sekali-kali berteman dengan mereka atau menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin bagi umat Islam. Jangan pula berada dalam barisan orang-orang yang mengolok-olok agama Allah. Orang-orang yang obsesi hidupnya hanya untuk dunia. Hatinya lalai terhadap Allah, tidak memiliki kesadaran untuk menolong agama Islam. Jangan berteman dengan mereka, dan jangan condong kepada mereka.
“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami.”
Demikianlah tiga wasiat Allah yang dipesankan kepada Nabi Muhammad saw dan umatnya. Marilah kita bersama untuk mentadabburinya dan mengamalkannya. Dan kita memohon kepada Allah agar kita selalu berada di jalan yang haq, jalan yang lurus dan menjamin kebahagiaan hidup manusia dunia akhirat.
Kemudian bisa menggunakannya untuk menolong agama Allah dan dalam jihad melawan musuh-musuh Allah.
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ .وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللّٰهَ وَمَلَٓائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَٓا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالّميْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَناَ هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً وَاجْعَلْ تَفَـرُّقَناَ مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُـوْمًا وَلاَ تَدَعْ فِيْناَ وَلاَ مَعَنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين. اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ