PWMU.CO-PAUD as-Salam menyulap kelas menjadi studio bioskop. Semua jendela dan ventilasi sudah tertutup dengan kain gelap. Sekat per kelas dibuka. Beberapa kipas angin agar ruangan lebih sejuk.
Guru, siswa PAUD as-Salam, dan ibu-ibu Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Tanggul menggelar nonton bareng film Jejak Langkah 2 Ulama. Tim film terdiri dari empat kru datang memasang peralatan film, Kamis (12/3/20).
Satu persatu penonton datang. Tampak beberapa perwakilan dari PCA Rowo Tengah juga hadir. Juga perwakilan dari Pimpinan Ranting Aisyiyah dan semua guru Amal Usaha Aisyiyah datang. Meski cuaca hari itu panas dan terlihat lelah usai mengajar di sekolah, mereka datang dengan senyum sumringah. Tepat pukul 13.15 pemutaran film dimulai.
Suasana ruang langsung hening saat layar mulai tersorot gambar. Penonton yang sebagian besar emak- emak mulai serius mengikuti jalan cerita. Beberapa ibu malah mengusap air mata terharu.
”Terima kasih Bu Hum sudah diajak nonton film ini. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil. Kedua ulama besar yang bersahabat sejak belia dan tak memandang perbedaan, seharusnya menjadi teladan bagi kita,” kata Siti Khodijah dari PCA Rowo Tengah kepada penyelenggara Humaiyah saat pamitan pulang.
”Jangan selalu memandang perbedaan. Banyak persamaan yang seharusnya menjadi modal bagi kita untuk berbuat lebih banyak untuk umat,” tambahnya.
Komentar Ramai di WA
Usai menonton film, WA group PCA Tanggul langsung ramai komentar. Hj Luluk Cholifah dari PRA Tanggul Kulon berkomentar, KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari menuntut imu pada guru yang sama. Kemudian Kiai Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah dan Kiai Hasyim membentuk Nahdlatul Ulama.
”Pesan Kiai Dahlan yang harus kita ingat adalah hidup-hidupilah Muhammadiyah dan jangan mencari kehidupan di Muhammadiyah,” tuturnya.
Komentar lain datang dari Heniati, ketua Majelis Kesejahteraan Sosial. ”Berdakwah itu bagaikan membatik. Pelan membuat titik demi titik. Akhirnya terbentuk garis yang indah dan berseni. Membuat goresan di kain harus dengan telaten dan istiqomah. Jika kita lengah, maka tinta dakwah yang kita miliki akan kering dan rusak. Saya menangis saat Kiai Dahlan menjual perabotan rumah untuk menggaji guru- gurunya, ” tulis Heniati.
Hj Rohma, sekretaris Majelis Ekonomi dan Kewiarusahaan menulis komentarnya,”Betapa berat perjuangan beliau berdua. Baik sebagai pendidik dan pejuang ummat. Sampai berkali-kali saya meneteskan air mata. Bahagia, senang sekali. Filmnya OK,” tuturnya.
”KH Ahmad Dahlan memberikan ilmu dengan sangat menyentuh. Saat itu dengan kesadaran yang tinggi dari orang-orang di sekitarnya, Muhammadiyah berkembang lebih pesat. Melesat begitu jauh. Sebagai seorang visioner, bidang pendidikan dan kesehatan menjadi hal utama dan pertama yang dilakukan. Kepribadian Kiai Dahlan sangat bijak. Beliau mau menerima masukan dari orang-orang di sekitarnya. Hal itu yang membuat hasil perjuangannya bisa dirasakan oleh umat,” tulis Hj Lilik Marliyah, ketua PRA Tanggul Wetan.
Ketua PCA Tanggul Hj Farida Nur Anisa SAg mengajak kepada emak-emak Aisyiyah untuk menyerap ilmu dari kedua ulama tersebut dan menjadikan penyemangat dalam ber-Muhammadiyah dengan amanah. (*)
Penulis Humaiyah Editor Sugeng Purwanto