PWMU.CO – Kontroversi yang berkembang di masyarakat menanggapi wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Prof Muhadjir Effendy tentang pembentukan karakter siswa, yang disalahfahami sebagai full day school, dianggap sudah kebablasan.
Sebenarnya inti gagasan Mendikbud adalah meningkatkan kualitas kegiatan ekstra kurikuler, dalam bentuknya yang beragam, seperti Taman Pendidikan Alquran (TPA), Pramuka, kesenian, olahraga, robotika, dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya, sesuai kekhasan lokal.
(Baca Penjelasan Lengkap Mendikbud tentang Pro-kontra Full Day School dan Di Tangan Guru Profesional, Kurikulum Apapun Tak Ada Masalah)
“Secara substansial, hal itu sudah dilakukan Muhammadiyah bahkan menjadi keunggulan sekolah tersebut,” kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Nadjib Hamid MSi. Beberapa sekolah Muhammadiyah di Surabaya yang memberlakukan full day school menjadi sekolah favorit masyarakat. Seperti SMA Muhammadiyah 2, SMP Muhammadiyah 2, dan SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya.
Nadjib hadir sebagai nara sumber dalam acara Temu Kepala Sekolah yang digagas oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya. Dalam acara yang digelar di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan Sutorejo, Surabaya, Kamis (11/8) sore. Nampak hadir Ketua PDM Surabaya Maksun Jayadi, Sekretaris PDM Arif An, dan Ketua Majelis Dikdasmen Surabaya Ridwan, serta para kepala sekolah yang ada dalam naungan PDM Surabaya.
(Baca juga: Mendikbud Muhadjir Effendy: Ujian Nasional Bisa Jadi Tidak Ada dan Cerita di Balik Pengangkatan Mendikbud Muhadjir Effendy yang Serba Mendadak dan Sangat Rahasia)
Nadjib mengatakan, opini yang berkembang di masyarakat sudah melenceng dari substansi. “Diskusi tidak lagi menyangkut bagaimana melakukan upaya pembentukan karakter atau akhlak siswa agar lebih baik, tetapi sudah dipolitisir, ” ungkap Nadjib.
Mantan komisioner KPU Jatim ini mengatakan, saat ini bangsa sedang mengalami krisis moral. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan menguatkan sistem pendidikan nasional. “Mendikbud melihat, ternyata ada sisi kekurangan dalam sistem pendidikan nasional, yaitu lemahnya karakter para peserta didik. Karena itu penambahan kegiatan ekstra-kurikuler yang menggembirakan dengan tambahan jam pelajaran menjadi salah satu solusi. Sayangnya, hal ini tidak dilihat secara jernih oleh masyarakat,” ujar Nadjib.
(Baca juga: Dua Tugas Pokok yang Diamanatkan Presiden pada Mendikbud Baru dan Merajut Sinergi Forum Guru Muhammadiyah dengan Kemendikbud)
Lucunya, kata Nadjib, mereka yang menolak ternyata banyak yang tidak tidak jujur dan tidak fair. “Mereka hanya asal tolak. Faktanya, banyak dari mereka yang lebih cenderung menitipkan anaknya lebih lama di sekolah.”
Kepada sekolah Muhammadiyah, Nadjib berharap agar tidak terpengaruh oleh pro dan kontra ini. “Sekolah Muhammadiyah harus tetap meningkatkan kualitas. Tidak boleh terpengaruh oleh ingar bingar di masyarakat.”
Mahsun Jayadi, mengapresiasi kepala sekolah yang telah mengimplementasikan konsep sekolah seperti yang digagas Mendikbud tersebut. “Akan kami beri hadiah khusus, terutama kepala sekolah yang telah berjuang untuk mengembangkan sekolah di kawasan pinggiran,” tuturnya. (MN)