Jokowi impor Obat Covid-19, Ini Kata Ahli. Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt juga membedah obat Chloroquine yang telah diproduksi di dalam negeri.
PWMU.CO – Sampai Sabtu (21/3/2020) pukul 15:47 WIB jumlah kasus Covid-19 di Indonesia bertambah 81 pasien, sehingga total yang positif Covid-19 di Indonesia adalah 450 orang.
Presiden Joko Widodo telah mengambil langkah baru untuk menanggulangi wabah Covid-19. Yaitu dengan mengimpor dua juta Avigan dan telah menyiapkan produksi tiga juta tablet Chloroquine.
Mengenai penggunaan dan efektifitas dua obat ini, Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt—salah satu peneliti terbaik Universitas Indonesia—memberikan keterangan pada PWMU.CO, Sabtu (21/3/2020).
Berikut penjelasan Prof Maksum Radji yang juga Pembina Pondok Babussalam Socah, Bangkalan, Madura, tentang Jokowi impor obat Covid-19.
Obat Chloroquine
Obat ini memiliki rekam jejak sangat panjang dalam pengobatan dan telah digunakan sejak 1940-an sebagai antimalaria. Berdasarkan berbagai laporan, Chloroquine dianggap memiliki potensi dalam mengatasi infeksi virus baru SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19.
Dalam sebuah penelitian di Perancis yang diterbitkan pada 20 Maret 2020 di International Journal of Antimicrobial Agents dijelaskan bahwa penggunaan Chloroquine untuk pengobatan 42 pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
Di mana 26 orang di antaranya diberikan Hydroxychloroquine dan 16 orang lainnya menerima perawatan rutin. Dari 26 pasien yang diberikan derivat Chloroquine tersebut, terdapat 20 orang pasien yang menunjukkan perbaikan.
Mekanisme Aksi Chloroquine
Jika Chloroquine terbukti efektif melawan SARS-CoV-2, virus yang menjadi penyebab Covid-19, menjadi menarik untuk dipahami bagaimana mekanisme aksinya dalam melawan virus penyebab Covid-19.
Diperkirakan mekanisme aksinya, tentu melalui mekanisme yang berbeda dengan Chloroquine ketika digunakan sebagai antimalaria. Hal ini karena malaria bukan disebabkan oleh virus tetapi oleh mikroparasit dari genus Plasmodium.
Para ahli memperkirakan Chloroquine memiliki efek yang sama sekali berbeda terhadap virus, antara lain, Chloroquine mengganggu kemampuan virus untuk memasuki sel.
Chloroquine memiliki aktivitas antivirus yang kuat dalam sel hewan secara in vitro. Namun, mekanisme aksi yang pasti dari Chloroquine dalam menghambat infeksi Coronavirus masih belum diketahui dengan jelas.
Chloroquine diperkirakan dapat meningkatkan PH dari endosom sel, manakala virus tersebut masuk ke dalam sel. Endosom memiliki PH yang sedikit asam, yang membantu memfasilitasi proses masuknya virus.
Sedangkan Chroloquine dapat meningkatkan PH endosomik, yang dapat mencegah fusi sel virus, sehingga dapat menghambat virus memasuki sel.
Selain itu chloroquine juga dapat memblokir enzim yang terlibat dalam fusi antara virus dan sel paru-paru, atau menghambat proses replikasi virus.
Bila memperhatikan mekanisme aksi kerja dari Chloroquine di atas, maka kombinasi Chloroquine dengan beberapa jenis antivirus diperlukan untuk mengobati Covid-19.
Namun demikian para ahli sepakat bahwa uji klinis yang lebih besar dalam penggunaan Chloroquine ini masih sangat dibutuhkan sebelum obat dianggap aman dan efektif sebagai pengobatan untuk Covid-19.
Mengingat Chloroquine berpotensi menyebabkan efek samping yang serius bila digunakan dalam dosis tinggi atau untuk jangka waktu lama.
Obat Avigan
Avigan yang juga dikenal dengan nama generik Favipiravir atau Favilavir adalah obat antivirus yang dikembangkan oleh Toyama Chemical Jepang. Berkhasiat melawan berbagai jenis virus RNA.
Dalam artikel yang dipublikasi pada Antiviral Research tahun 2009, Avigan yang merupakan obat turunan dari senyawa pyrazinecarboxamide ini menunjukkan aktivitas melawan virus influenza. Juga virus West Nile, virus demam kuning, virus penyakit kaki-dan-mulut, serta flavivirus, arenavirus, bunyavirus, dan alphavirus lainnya pada hewan coba.
Avigan juga menunjukkan aktivitasnya terhadap virus Zika walaupun kurang efektif dibandingkan antivirus lainnya.
Sebagaimana informasi yang telah dilansir pada Nature Reviews Drug Discovery, sejak bulan Februari 2020, Favipiravir ini dilakukan uji klinik di China untuk pengobatan penyakit Covid-19.
China menyarankan agar obat tersebut digunakan dalam mengobati infeksi virus Covid-19 di Wuhan dan Shenzhen.
Mekanisme Aksi Avigan
Jokowi impor obat Covid-19 Avigan. Dalam hasil penelitian yang dipublikasi PLoS ONE tahun 2013, memaparkan bahwa mekanisme aksi dari Favipiravir adalah dengan cara menghambat secara selektif suatu enzim yang penting untuk replikasi RNA virus yaitu RNA-dependent RNA polymerase (RdRP) atau RNA replikase.
Favipiravir adalah prodruk yang dimetabolisme menjadi bentuk aktifnya, yaitu favipiravir-ribofuranosyl-5′-trifosfat (favipiravir-RTP).
Obat ini tersedia dalam formulasi oral dan intravena. Pada tahun 2014, Jepang menyetujui Favipiravir untuk mengobati wabah infeksi virus influenza yang tidak responsif terhadap obat antivirus yang ada.
Awalnya Toyama Chemical berharap bahwa Avigan akan menjadi obat influenza baru yang dapat menggantikan Tamiflu. Namun, percobaan pada hewan menunjukkan adanya potensi efek teratogenik, sehingga Kementerian Kesehatan Jepang, hanya menyetujui penggunaan yang terbatas dalam keadaan darurat saja.
Uji Klinik Avigan
Jokowi impor obat Covid-19. Bagaimana uji kliniknya? Pada Maret 2015, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Srrikat menyelesaikan uji klinis Fase III yang mempelajari keamanan dan kemanjuran Favipiravir untuk pengobatan virus influenza.
Baru-baru ini Liying Dong dari Department of Pharmacology Qingdao University pada tahun 2020 membuplikasikan bahwa dalam uji coba terhadap 80 subjek, Favipiravir memiliki aktivitas antivirus yang lebih kuat terhadap SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, dibandingkan dengan lopinavir/ritonavir.
Berdasarkan hasil penelitian inilah kemudian pada bulan Maret 2020, China memperkirakan bahwa Favipiravir efektif dalam mengobati Covid-19. Avigan menunjukkan hasil positif dalam uji klinis yang melibatkan 340 orang pasien di Wuhan dan Shenzhen.
Empat hari usai diberikan obat tersebut, para pasien Covid-19 menunjukkan hasil negatif. Setengah pasien yang diuji menunjukkan hasil negatif lebih awal, dan setengahnya lagi setelah lebih dari empat hari.
Hasil tersebut lebih baik bila dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapat obat Avigan. Peneliti melihat bahwa pasien baru dapat dinyatakan negatif dalam kurun waktu 11 hari pasca-tertular.
Kondisi paru-paru yang ditunjukkan oleh sinar-X memperlihatkan adanya perbedaan besar antara pasien Covid-19 yang mengonsumsi Avigan dengan mereka yang tidak.
Pada pasien yang mengonsumsi obat Avigan tampak kondisi paru meningkat 91 persen. Sedangkan yang tidak mengonsumsi obat Avigan, kualitas paru meningkat hanya 62 persen.
Sementara itu, dalam uji coba di Wuhan, Avigan tampak memperpendek durasi demam pasien, dari rata-rata 4,2 hari menjadi 2,5 hari.
Sehubungan dengan adanya efek teratogenik dari Avigan, maka obat ini harus digunakan dengan sangat hati-hati di bawah pengawasan ketat tim medis, dan kontraindikasi bagi pasien yang sedang hamil.
Berdasarkan kenyataan inilah maka Kementerian Makanan dan Obat-obatan Korea Selatan, tidak merekomendasikan penggunaan obat ini mengingat masih kurangnya data klinis tentang efektivitasnya.
Para ahli mengatakan bahwa kemungkinan Avigan efektif mengobati pasien Covid-19 bila dikombinasi dengan obat lain.
Bagaimanapun juga kedua obat tersebut masih memerlukan uji klinik dengan jumlah pasien yang lebih besar guna mempelajari efektivitas dan keamanannya dalam penggunaannya.
Imbauan Ahli terkait Penggunaan Obat
Dalam menghadapi situasi saat ini, sekalipun pemerintah telah menyiapkan obat untuk mengatasi Covid-19, marilah kita tetap waspada dan saling mendukung kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menghindari penyebaran wabah Covid-19 ini, agar tidak semakin merebak.
Sebab manakala perilaku masyarakat dalam mematuhi anjuran pencegahan penularan wabah penyakit infeksi virus Covid-19 ini rendah. Maka dikhawatirkan akan semakin tinggi kasus infeksi yang akan terjadi.
Di samping kita semua perlu meningkatkan kepedulian kita dalam menghadapi situasi yang tidak menentu selama 2-3 bulan ke depan ini.
Marilah kita meningkatkan pola hidup sehat, meningkatkan sistem imunitas tubuh kita dengan mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi, berdoa serta bertawakal. Seraya berharap pertolongan dari Allah SWT.
Marilah kita biasakan untuk sering mencuci tangan, menggunakan masker, dan menyadari akan pentingnya anjuran social distancing.
Marilah kita berlindung kepada Allah dan senantiasa berdoa:
بِسمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهَ شَيءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَمَاءِ وَهُوَ السَمِيعُ العَلِيم
“Dengan nama Allah yang tidak membahayakan dengan nama-Nya segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Dan Dia-lah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Semoga Allah senantiasa melimpahkan perlindungan-Nya bagi kita semua sehingga kita dapat melewati wabah penyakit menular Covid-19, dengan selamat dan dengan pertolongan Allah semata. (*)
Kontributor Isrotul Sukma. Editor Mohammad Nurfatoni.