Debat fatwa shalat di rumah selama wabah Corona sangat ramai di Whatsapp. Ada yang uring-uringan, pro, kontra, curiga, dan santai aja.
PWMU.CO-”Alhamdulillah, jamaah shalat Jumat di masjid kampung saya Lamongan, tetap penuh sampai teras masjid.”
Begitu tulis seorang anggota dalam sebuah grup Whatsapp (WA), Jumat (27/3/2020). Nadanya terkesan bangga masih tetap menjalankan shalat Jumat berjamaah di masjid di tengah seruan untuk shalat di rumah selama wabah Convid 19.
Membaca percakapan di grup WA terkesan sebagian orang mengabaikan seruan fatwa shalat di rumah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammadiyah, NU, dan pemerintah demi menghindari penularan virus Corona. Bahkan ada yang mencurigai seruan itu sebagai agenda tersembunyi menjauhkan umat muslim dari masjid.
Debat fatwa itu jadi ramai saat ditanggapi oleh temannya. ”Nggonku sepiii mas, sampe wedi aku. Jumat lalu sih rame. Iki mau sepiii, anakku sampe bingung arep Jumatan ngendi.” Artinya, di masjid tempatku sepi sampai aku takut. Jumat lalu masih ramai. Sekarang sepi, sampai anakku bingung mau Jumatan dimana.
Anggota WA lainnya nimbrung. ”Fatwane MUI kan diganti shalat Duhur nang omah. Lha kok jek bingung Jumatan.”
Posting itu mendapat respon. ”Mas, kita berusaha, kalau ada masjid yang masih mengadakan shalat Jumat kenapa tidak ikut di dalamnya. Bingung saya bukan masalah Jumatannya tapi masalah tanda-tanda akhir zaman sedangkan saya, sampeyan, dan yang ada di sini saya yakin dalam hatinya belum ada yang siap menuju ke sana karena masih banyak dosa dan salah. Itu yang dibingungkan. Kalau ada yang gak bingung perlu diragukan keimanannya.”
Temannya lainnya langsung menyahut. ”MUI tidak tegas amat kok. Bunyinya boleh tidak melaksanakan shalat Jumat, jika …. Artinya boleh tidak, juga boleh melaksanakan. Di perumahan saya, ada tiga masjid (baik yang berafiliasi ke NU dan Muhammadiyah) hingga hari ini tetap menggelar shalat Jumat dan shalat fardlu lainnya. Ikhtiar fisik dan medis sebagaimana disarankan banyak pihak juga kami ikuti. Feeling saya, ada yang menghendaki (mulai dimunculkan lewat pertimbangan rasional-medis) agar umat menjauhi masjid hingga Ramadan nanti. Ambyar tenan.”
Ada yang Main Feeling
Ditimpali lagi anggota lainnya. ”Sama. Cuma yang sulit diajak menyesuaikan dengan anjuran Satgas Corona adalah jangan jabat tangan (salaman). Sudah membudaya. Sehabis salam kanan-kiri, langsung menjulurkan tangan ke jamaah kanan dan kiri, bahkan ada yang ke muka dan belakangnya: diajak salaman. Repot.”
”Losss aja. Yakin Allah kasih perlindungan maksimal kepada hamba-Nya. Dalam waktu tidak lama, feeling saya ada negara yang umumkan punya antivirusnya dan untuk mendapatkannya harus beli.”
Ada juga postingan yang menceritakan ketidaktegasan takmir masjid membuat keputusan. ”Semalam Pak Dukuh (kepala dusun, maksudnya) bilang sesuai pemerintah dan MUI gak ada Jumatan. Setelah salat di rumah, lamat-lamat ada suara khotib.”
Temannya menambahi. ”Masjid-masjid di sekitar kampungku masih gelar Jumatan dan masih diluberi jamaah. Tampaknya seruan MUI dan Muhammadiyah belum sampai ke akar rumput. Terbukti ada yang bilang, orang mau ibadah kok dihalang-halangii. Ada juga yang bilang, Indonesia dikuasai Yahudi.”
”Kalau sudah begini apakah langkah aparat keamanan yang bubarkan keramaian di mana-mana masih berguna? Ambyar semua aturan social and physical distancing.”
Di grup WA lainnya seorang anggota menulis, ”Masjid-masjid di kecamatan Lakarsantri tetap melaksanakan shalat Jumat dan shalat 5 waktu.”
Mendapat tanggapan lainnya. ”Melaksanakan shalat jamaah di masjid tanpa protokol kesehatan berisiko penularan. Padahal wilayah Kec. Lakarsantri sudah ada yang positif Covid 19. Lebih aman shalat jamaah di rumah. Sudah paham kondisi kesehatan keluarga.”
Temannya berkomentar dengan nada berat hati: Memfatwa tidak wajib Jumatan sudah berat tanggung jawabnya, apalagi yang melaksanakan fatwanya. Semoga amal kebajikannya cukup untuk bayar kesalahannya. Aamiin.
Ada yang tanpa komentar langsung sodorkan video ceramah kiai dari pesantren terkenal. Isinya, mengecam keras fatwa penutupan masjid MUI, ulama Mesir dan Saudi. Disebutnya ini konspirasi Yahudi untuk meruntuhkan umat Islam.
Update Masjid Tutup
Selain perbincangan tentang fatwa shalat di rumah, juga ada postingan laporan masjid yang tutup. Seperti di grup WA Pimpinan Cabang Muhammadiyah Surabaya. Di sini ada update masjid-masjid yang melaksanakan fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah untuk shalat di rumah. Hingga saat ini sudah ada lebih 20 masjid/mushala di wilayah PCM yang ditutup. Hanya mengumandangkan adzan tiap waktunya shalat.
Di grup lain juga ada update data masjid/mushala se Kota Surabaya yang tutup selama wabah Covid 19. Jumlahnya sampai hari ini 99 masjid.
Ada juga komentar bijak yang diposting. ”Menutup masjid untuk shalat jamaah bukan soal siapa paling beriman atau tidak. Tapi menghindari kemudaratan penularan wabah Corona.”
Ini pun langsung dibantah. ”Masjid itu rumah Allah. Pasti Allah menjaganya. Apalagi jamaah selalu berwudhu sebelum masuk masjid.”
Debat fatwa itu ada juga yang rileks saja dengan posting joke. Sebuah pembicaraan tahun 2035 antara kakek dan cucunya.
Kakek : Dulu pada tahun 2020 ada wabah Corona. Kakek salah satu pahlawan yang melawan virus Corona.
Cucu : Waaah Kakek hebat! Bagaimana cara melawan Corona, Kek?
Kakek : Selonjoran di rumah seharian. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto