Makan Mahasiswa UTM Dijamin saat Lockdown ditulis oleh Fakhrizal Akbar Ilmiawan. Mahasiswa asal Sidoarjo yang sedang menempuh S2 di Malaysia-Japan International Institute of Technology, Universiti Teknologi Malaysia (UTM). Ditulis dari Kuala Lumpur, 28 Maret 2020.
PWMU.CO – Covid-19 yang mewabah di berbagai belahan dunia telah memberikan efek yang massif secara global, tak terkecuali bagi masyarakat Malaysia.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementrian Kesihatan Malaysia (KKM), infeksi Virus Corona di Malaysia tercatat kali pertama kali 24 Januari 2020, yakni sebanyak 3 kasus.
Jumlah tersebut terus meningkat. Pada 27 Maret 2020, tercatat sebanyak 2.161 kasus dengan 1.876 di antaranya merupakan kasus yang masih aktif.
Peningkatan drastis tersebut memaksa pemerintah Kerajaan Malaysia menetapkan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) atau Movement Control Order (MCO) di seluruh wilayah. Dimulai 18 Maret 2020 dan diperpanjang hingga 14 April 2020 mendatang.
Kebijakan MCO atau lockdown Malaysia yang disahkan oleh Kerajaan Malaysia melalui Perdana Menteri (PM) YB Muhyiddin Yassin, mensyaratkan dengan tegas bagi seluruh warga. Baik penduduk lokal maupun asing agar tetap berada di rumah masing-masing. Tujuanya memutus rantai penyebaran Virus Corona.
Hal ini tentu berdampak secara luas di berbagai aspek, seperti di bidang pendidikan. Ini berdampak bagi pelajar lokal dan internasional, termasuk Indonesia, yang ada di Malaysia, khsususnya di UTM.
Kampus Lockdown dan Kuliah Daring
MOC yang telah ditetapkan oleh PM Malaysia memaksa stakeholders kampus untuk menerapkan model kuliah berbasis online-learning secara total. Pasalnya, kebijakan PKP secara jelas membatasi kegiatan perkuliahan atau aktivitas di kampus yang melibatkan tatap muka dengan banyak orang.
Tidak hanya itu, pelajar lokal dan internasional juga diwajibkan untuk tetap berada di asrama kampus atau tempat tinggal masing-masing selama masa kebijakan.
Mahasiswa yang memilih untuk tetap tinggal di asrama kampus dilarang keluar meninggalkan asrama. Kecuali ada alasan yang sangat urgent dengan mendapat persetujuan dari pihak terkait.
Bagi mahasiswa lokal yang sedang berada di kampung halaman, diwajibkan untuk tetap berada di sana dan tidak kembali ke kampus untuk sementara waktu.
Khusus bagi pelajar internasional yang sedang berada di luar Malaysia atau di tanah airnya dilarang balik memasuki Malaysia dengan alasan apapun selama masa kebijakan MCO berlaku.
Kebijakan pembatasan yang diberlakukan tentu memberatkan bagi kalangan pelajar. Bagaimana tidak? Kegiatan belajar mengajar dan penelitian yang sejatinya dilakukan dengan tatap muka secara verbal antara guru-murid atau dosen-mahasiswa, kini harus dilakukan di dunia maya.
Selain itu, mahasiswa dan pelajar internasional harus rela menahan keinginan untuk mudik pulang kampung atau melanjutkan riset mereka di kampus.
Namun demikian, kebijakan MOC yang diambil oleh Pemerintah Kerajaan Malaysia dirasa sangat beralasan dan tepat untuk menyelamatkan banyak nyawa. Hal ini mengingat penyebaran virus Covid-19 yang sangat cepat dan dapat menjangkiti siapa saja.
Makan Mahasiswa Dijamin
Pemerintah Kerajaan Malaysia rupanya telah mempertimbangkan dampak kebijakan MOC bagi mahasiswa atau pelajar secara matang.
Salah satu bentuk tanggung jawab pemerintah pada mahasiswa yang menuntut ilmu di Malaysia adalah dengan menjamin tersedianya makanan—setidaknya yang dilakukan UTM. Ada paket makan tiga kali sehari bagi pelajar yang tinggal di asrama atau daerah sekitar kampus selama masa kebijakan PKP.
Hal ini tentu merupakan angin segar bagi mahasiswa yang merantau dan melanjutkan studinya di Malaysia. Sebagai tindak lanjutnya, pihak otoritas kampus akan menentukan collect point di mana mahasiswa dapat mengambil paket makan yang telah disediakan.
Menu makanan yang diberikan tiap harinya pun beragam. Mulai masakan lokal melayu seperti nasi lemak, rendang dan kari ayam, hingga western food seperti chicken chop dan spaghetti. Tidak hanya itu, di dalam paket makan tersebut juga tersedia susu, sari buah, dan kue kering sebagai pendamping.
Bagi mahasiswa atau pelajar yang berada jauh dari collect point juga tidak perlu khawatir. Pemerintah melalui otoritas kampus juga mendata mereka untuk diberi insentif sebesar 100 Ringgit—satau sekitar Rp 3,7 juta—selama masa MCO berlangsung.
Serangkaian kebijakan pemerintah Malaysia di atas rasanya perlu dicontoh Indonesia. Tidak hanya melakukan tindakan preventif, namun juga memastikan pelajar dapat hidup dengan layak selama masa MOC. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.