PWMU.CO-Kisah AR Baswedan batal berangkat haji terjadi tahun 1940-an. Demi keberangkatannya itu semua persiapan sudah selesai. Acara syukuran mengundang tetangga dan sahabat sudah dilaksanakan. Abdur Rahman Baswedan, begitu nama lengkapnya, tinggal tunggu panggilan berangkat ke Tanah Suci.
Tapi menjelang hari H, Pak Baswedan terkena flu berat. Padahal sudah ada panggilan berangkat. Petugas kesehatan haji yang memeriksanya ternyata melarang Pak Baswedan naik kapal. Maka gagallah dia berangkat ke Mekkah.
Tentu sangat kecewa. Petugas kesehatan tak bisa disalahkan karena menjalankan prosedur protokol kesehatan terhadap orang yang berangkat ke luar negeri. Mereka yang sakit harus dikarantina dulu sampai sehat. Kalau aturan itu dilanggar pasti flu itu bakal menular ke semua penumpang kapal.
Pak Baswedan merelakan takdir gagal berangkat haji. Dia istirahat di rumah. Sepekan setelah keberangkatan kapal haji itu dari Tanjung Priuk, kakek Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan itu mendengar berita siaran Radio BBC London. Diberitakan, kapal haji yang urung dinaikinya itu terkena hantaman bom pesawat perang Jepang di Samudera India.
Kapalnya tenggelam. Semua penumpang dan awak kapal tewas. Jepang mengira kapal haji itu kapal militer Amerika.
Hikmah di Balik Musibah
Usai mendengar berita itu Pak Baswedan sujud syukur. Mengucapkan terima kasih kepada Allah yang telah memberinya sakit flu secara mendadak menjelang keberangkatan haji ke Mekkah. Dia diselamatkan hidupnya oleh Allah dengan sakit flu.
Selalu ada hikmah di balik sebuah peristiwa tragis. Pak AR selalu bersyukur atas semua kejadian yang dialaminya. Baik atau buruk. Karena semua peristiwa itu ada hakikatnya dari Allah untuk kebaikan hamba-hambahnya yang saleh.
Termasuk wabah virus Corona yang sekarang ini sedang berjangkit di penjuru dunia. Hikmah untuk masing-masing bangsa sebab Corona telah menjadi pandemik global. Lewat makhluk superkecil berupa virus itu manusia diuji untuk mengenal Kemahabesaran Allah.
Lewat sosial distancing dan lockdown manusia menyepi sendiri. Menjaga jarak dengan semua makhluk, harta benda, pekerjaan, bisnis, pergaulan, makanan, bahkan menjauh dari tempat ibadah. Mengenal keterbatasan diri sendiri. Menemukan Tuhan ketika menjaga jarak dengan semua benda.
Kisah Pak AR Baswedan batal haji dimuat dalam buku Pak AR Sang Penyejuk tulisan Syaefudin Simon. (*)
Editor Sugeng Purwanto