PWMU.CO – KH Hasyim Abbas, salah satu Pengurus PWNU Jawa Timur periode 2013-2018 (beberapa periode sebelumnya adalah Katib Syuriah), ternyata adalah guru yang sangat dikenang dan dihormati oleh Dr M Saad Ibrahim MA, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur periode 2015-2020.
Saad menceritakan bahwa ketika bersekolah di Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Mojokerto, ia diajar Ilmu Usul Fikih oleh Abbas. Maka ketika kini ia pun mengajar mata kuliah Ilmu Usul Fikih di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Saad merasa bahwa itu berkat guru PGA-nya tersebut.
(Baca: Sekolah Muhammadiyah Inovatif Ini Bertabur Guru Pemimpin dan Jangan Pertentangkan Perbedaan Muhammadiyah dan NU!)
Sebenarnya, Saad pernah “diancam” oleh gurunya itu. Maklum, Saad adalah murid yang berlatar belakang Muhammadiyah, sementara Abbas dan mayoritas siswa PGA punya background NU. “Siapa saja di kelas ini yang dicekoki (didoktrin, red) Muhammadiyah, saya sikat di sini,” kata Abbas seperti ditirukan Saad ketika memberi tausiyah dalam acara Pembinaan Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik, Sabtu (13/8) pekan lalu.
Saad yakin, bahwa yang disasar oleh “ancaman” itu adalah dirinya, mengingat waktu itu Saad tinggal di rumah Ketua PDM Kabupaten Mojokerto Abdurrahim. Di samping itu, ia juga mengaji di Abu Ammar yang juga Muhammadiyah. Dan Kadang-kadang ia juga mengaji di Pondok Abah Yat, yang juga sering diajar oleh KH Hasyim Abbas.
(Baca juga: Tanggapan Haedar Nashir terhadap Menguak Rahasia Muhammadiyah Selalu Nampak Beda dengan NU dan Muhammadiyah dan NU adalah Penopang Kemajuan Bangsa)
“Ketika itu saya melihat beliau pinter sekali. Menguasai materi betul. Dan jika membuat kalimat juga bagus. Kalau beliau bawa buku, saya berusaha beli buku yang sama. Maka saya tidak sakit hati. Sehingga hemat saya, karena itulah ilmu beliau manfaat. Coba kalau saya waktu itu gregeten,” kenang Saad.
Berbeda dengan pengalamannya ketika ia menjadi mahasiswa S1 di IAIN (kini UIN) Sunan Ampel Surabaya. Ia mengaku pernah “melawan” dosen. “Karena gak ada yang nuturi (menasehati, red), saya menghadap Pak Sudjari Dahlan, waktu itu Pembantu Dekan I di Fakultas Syariah. Ada dosen ngajar Ilmu Manthiq (Ilmu Logika) gak enak kalau ngajar. Saya minta supaya dosen itu diganti. Ini kan mahasiswa kurang ajar. Di belakang hari saya merasa bahwa ilmu yang diberikan beliau itu, (saya) rugi tidak mendapat manfaat. Dengan indikasi saya tidak pernah mengajar Logika. SK saya sebagai dosen itu Ilmu Usul Fikih.” Baca sambungan di halaman 2 …