Corona Kembalikan Pendidikan Anak ke Ortu ditulis oleh Prof Dr Zainuddn Maliki MSI, anggota Komisi X DPR RI Fraksi PAN dari Dapil Jatim X Gresik Lamongan.
PWMU.CO – Kebijakan “merumahkan” siswa menghadapi pandemik Covid-19 berimplikasi luas. Salah satunya, mengharuskan orangtua (ortu) belajar menjalankan fungsi guru. Tentu pekerjaan barunya ini memerlukan adaptasi.
Bisa dimaklumi jika pekerjaan baru itu dirasa sebagai beban. Karena selama ini umumnya orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak ke pihak sekolah. Dan Virus Corona memaksa penddikan anak dikembalikan ke orangtua.
Justru saat seperti inilah sejatinya momentum yang baik untuk membangun kesadaran bahwa pendidikan anak, terutama, adalah tanggung jawab orangtua.
Tentu bisa dimaklumi juga jika kebanyakan orang tua tidak memiliki keterampilan pedagogis. Harapan Mendikbud Nadiem Makarim agar di rumah diajarkan pendidikan yang bermakna—dengan memfokuskan kepada pengembangan kecakapan hidup— menjadi tidak mudah.
Sebab hal itu membutuhkan pendekatan deep learning, yakni belajar secara mendalam. Tidak hanya membuat siswa tahu, tetapi menjamin siswa bisa mengerjakan, menghayati, dan kemudian memanfaatkannya dalam kehidupan bersama.
Proses pembelajaran di rumah yang ada, sejauh ini umumnya berjalan seadanya. Lazimnya orangtua mendampingi putra-putrinya mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Ironisnya banyak guru yang masih berorientasi kepada penuntasan capaian pembelajaran sebagaimana yang diminta isi kurikulum. Lebih sempit lagi dalam rangka mengejar nilai kelulusan.
Padahal sebenarnya belajar di rumah, bisa dijadikan media untuk membangun soft skill. Termasuk menumbuhkan semangat kemandirian belajar siswa.
Semangat besar dalam penuntasan capaian yang diminta kurikulum, disertai minimnya kemampuan guru mendesaian pembelajaran daring yang kreatif dan inovatif, menyebabkan pemberian tugas siswa jadi pilihan hampir semua guru.
Akibatnya mudah ditebak. Siswa lalu menerima beban soal yang harus dikerjakan melebihi kapasitas kerja mental, fisik, maupun otaknya.
Contoh Ibu di Dukun
Seperti yang saya jumpai, seorang ibu di Desa Padang Bandung, Kecamatan Dukun, 20 menit dari kota Gresik. Di masa wabah Covid-19 ini masih merasa harus buka toko kecilnya.
Sambil menunggu konsumen beli pulsa, ibu yang masih belum mengenakan masker ini membimbing dua anaknya. Seorang lagi temannya ikut bergabung. Tanpa hirau keharusan melakukan physical distancing anak-anak itu mengerjakan soal yang sudah diberikan gurunya.
Demikian juga tidak jauh dari toko pulsa ini. Di rumah baru minimalis, yang di depan pintu gerbang tersedia tempat cuci tangan lengkap dengan sabun pembersih, seorang ibu rumah tangga sedang menjalankan peran sebagai guru. Ia dampingi anaknya yang baru kelas IV SD mengerjakan soal Matematika dan Bahasa Inggris.
Namun, ibu ini bisa menunjukkan satu portofolio pengembangan soft skills yang cukup menarik. Guru memberi tugas membuat video kegiatan hari itu yang bisa dijadikan contoh berbuat baik kepada orang tua.
Ia rekam kegiatannya ketika membantu orangtua mencuci pakaian, menjaga adiknya yang masih balita, merapikan tempat tidur dan membersihkan lantai rumah tinggalnya.
Nasib Daerah 3 T
Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 1 Padang Bandung, Dukun Kabupaten Gresik, Zakiyatul Faikhah mengatakan kegiatan pembelajaran anak di rumahnya masing-masing. Tidak harus mengacu jadwal pembelajaran di sekolah.
Guru-guru diminta mengatur rythme pembelajaran siswanya. Jangan sampai anak-anak di rumah justru belajar tanpa memiliki waktu bagi fisik, mental, dan otaknya untuk beristirahat.
Apapun kekurangan dan kelebihan yang dihadapi sekolah, orangtua, dan siswa di Gresik ini masih lebih beruntung.
Tidak demikian halnya dengan mereka yang tidak mampu mengakses fasilitas teknologi informasi karena faktor ekonomi atau geografis. Seperti mereka yang ada di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan.
Mereka hanya bisa berharap memperoleh edukasi dari saluran teknologi komunikasi yang ada dalam jangkauannya seperti radio atau televisi.
Selebihnya benar-benar tergantung kesadaran dan kemauan mereka untuk belajar mandiri di rumah karena darurat pandemi.
Kita harus ambil pelajaran penting dari Corona Kembalikan Pendidikan Anak ke Ortu ini! (*)
Prof Zainuddin Maliki pernah menadi Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur dua periode.
Editor Mohammad Nurfatoni.