PWMU.CO – Siswa TK Aisyiyah 36 PPI Manyar Gresik semakin rajin menjaga kebersihan di rumah. Wali siswa pun memberikan dokumentasi home work melalui foto atau video.
Merebaknya wabah Covid-19 membuat siswa TK Aisyiyah 36 Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar Gresik semakin menjaga kebersihan di rumah melalui mencuci tangan.
Seperti yang dilakukan Muhammad Muhyiddin Athoillah. Setiap sebelum dan sesudah makan atau selesai bermain, ia selalu mencuci tangannya.
Dia melakukan gerakan seperti yang dicontohkan di sekolah, satu hari sebelum sekolah diliburkan, Senin (16/3/20). Para guru memberikan contoh kepada para siswa bagaimana mencuci tangan yang benar dan mereka kembali mempraktikkannya di wastafel yang berada di halaman TK.
Saat itu, Kepala TK Aisyiyah 36 PPI Rehayuni SAg menjelaskan tentang apa itu Virus Corona dengan melihat video ilustrasi kartun Cerita si Korona oleh Watiek Ideo dan Luluk Nailufar.
Rehayuni SAg dalam sosialisasinya berharap anak-anak menjadi paham mencuci tangan bisa dilakukan untuk menghindari Virus Corona.
Saat dihubungi via WhatsApp, Jumat (3/04/20), Zuhriyah, ibunda Muhammad Muhyiddin Athoillah, mengatakan anaknya menjadi semakin rajin cuci tangan.
“Malah sekarang menjadi kebiasaan. Sedikit-sedikit cuci tangan, takut Corona katanya,” jelasnya.
Dijelaskan, Muhammad Muhyiddin Athoillah di rumah mempraktikkan apa yang sudah diajarkan di sekolah.
Kali pertama yang ia dilakukan saat mencuci tangan dengan membasahi tangan dan mengambil sabun. Setelah itu menggosok sabun pada telapak tangan kanan dan kiri, punggung tangan dan sela-sela jari. Lalu letakkan punggung jari telapak dengan jari saling mengunci. Kemudian dilanjutkan menggosok ibu jari dengan gerakan memutar.
Gerakan selanjutnya, lanjut dia, jari kanan menguncup, gosok memutar pada telapak tangan kiri bergantian. Terakhir, membersihkan sabun dengan air yang mengalir. Kemudian mengeringkan tangan dengan handuk bersih.
Suka Duka Belajar di Rumah
Zuhriyah mengatakan belajar di rumah ada suka dukanya. Sukanya, anak ada kegiatan belajar di rumah. Jadi kalau mengajak belajar bilang saja ada tugas dari ustadzah, maka sang buah hati langsung belajar.
Dukanya, menurutnya, kalau anak tidak mau belajar anak akan uring-uringan. “Belajar terus, aku bosan. Kapan sih aku masuk sekolah terus main sama teman-teman, sama ustadzah,” menirukan ucapan anaknya.
Hal senada juga disampaikan Elly Halimah. Ibunda Haidar Ahmad Fauzan ini mengungkapkan anaknya sangat antusia mengerjakan tugas.
“Cuma untuk dokumentasi yang agak susah karena sering nggak pakai baju hanya kaos singlet saja, sumuk katanya,” ucapnya.
Selama menemani Haidar, lanjutnya, proses mengerjakan tugas semua berjalan lancar. Kecuali di saat ada gangguan dari adiknya, Haidar akan badmood.
Cerita di Balik Work from Home (WFH)
Pembelajaran daring juga memberikan warna warni cerita bagi para guru di TK yang terletak di Jalan Sawit nomor 4 PPI ini saat melakukan work from home (WFH).
Seperti yang dialami Iffah Nihayati SPsi. Menurutnya saat membuat tugas untuk anak-anak sebenarnya sama saja seperti tugas di sekolah.
“Hanya yang bikin sesuatu itu, pas ada indikator yang harus ada contohnya, apa lagi contoh nyanyian. Malu-malu gimana gitu waktu bikinnya,” katanya.
Tapi, lanjutnya, demi siswa agar mudah menghafal dan mengikutinya hal itu ia lakukan. Ini menjadi tantangan baginya selaku guru saat situasi seperti ini. Juga untuk pembelajaran selanjutnya.
Hal senada juga dialami Dra Ninik Nuryani MPd. Dia mengatakan adanya daring ini bagus untuk anak dan orangtua. Terlaksananya peran dan tanggung jawab orang tua sebagai guru utama bagi anak.
“Guru hanya membantu orangtua di sekolah,” ucapnya.
Ninik menjelaskan, secara psikologi sangat baik untuk anak. Ketika anak mendapatkan tugas dari sekolah, orangtua menemani anak mengerjakan tugas dan belajar. Kemudian mengirimkan dokumentasinya ke guru.
Hanya, tambahnya, terkadang ada wali siswa yang belum siap secara mental baginya pembelajaran di rumah ini terkadang tidak mudah diterapkan di rumah.
“Ini terjadi pada beberapa orangtua yang bekerja, pembagian waktu untuk mengajari anak-anak mereka apalagi dalam situasi seperti ini masih butuh adaptasi,” tandasnya.
Baginya WFH juga sama seperti ketika di sekolah. Cuma kadang saat membutuhkan bahan pembelajaran, bahan tidak langsung tersedia seperti di sekolah, jadi kadang kita mengganti barang yang mudah didapatkan di rumah juga bagi orangtua. (*)
Penulis Anik Nur Asia Mas’ud. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.