PWMU.CO– Pak AR Fachruddin suatu ketika dipergoki mahasiswa naik becak ke lokalisasi Sarkem Yogyakarta. Mahasiswa itu langsung saja menguntit karena penasaran. Ada apa kok Ketua (Umum) PP Muhammadiyah datang ke pelacuran di Jl. Pasar Kembang dekat Stasiun Tugu itu. Sendirian lagi.
Dari belakang dia mengikuti Pak AR, panggilan akrabnya, yang berjalan santai memasuki lokalisasi pelacuran yang ramai dengan wanita dandanan seksi.
Mahasiswa itu makin curiga ketika Pak AR memasuki sebuah rumah, melihat wanita-wanita menor menyambutnya dengan antusias. Makin curiga lagi saat mereka mengajaknya masuk ke dalam rumahnya.
”Mau apa Pak AR masuk ke dalam rumah pelacur?” tanya dia membatin. ”Najis. Gak bisa ditolerir,” pikir mahasiswa itu.
Dia pun pelan-pelan mendekati rumah pelacur itu. Dia ingin memastikan apa yang dilakukan ulama Muhammadiyah itu di Sarkem. Dia pun melongok ke dalam rumah mencari tahu.
Betapa kagetnya dia. Mulutnya tersekat. Kecurigaan dan kemarahan dia urungkan. Tampak Pak AR duduk dikelilingi para wanita itu. Dia sedang ceramah. Ternyata dia memberi pengajian di kalangan perempuan-perempuan ini.
”Kok mau-maunya ngasih pengajian di lokalisasi pelacuran,” batinnya. Mahasiswa ini tempat kosnya dekat lokalisasi ini. Tiap malam dia selalu dengarkan derai tawa dan suitan para perempuan itu ketika ada lelaki lewat kompleks ini.
Perilaku Kontras
Lagu dangdut sering diputar meramaikan kemeriahan malam Sarkem. Lagu yang populer saat itu adalah Siksa Kubur dinyanyikan Ida Laila. Ironisnya, para wanita ini bersama pelanggannya berjoget dan minum bir dengan iringan lagu ini. Bahkan ikut bernyanyi. Namun mereka abaikan makna syair yang mengerikan tentang siksa kubur akibat dosa maksiat.
Dia tunggui pengajian itu selesai. Begitu Pak AR keluar dia cegat di jalan. Langsung dia bertanya, “Pak, ngapain ngasih pengajian kepada wanita-wanita pelacur. Sia-sia, Pak. Bapak hanya dapat lelahnya saja. Hasilnya tak ada.”
”Nak, janga begitu. Mereka juga manusia. Pasti punya insting kebenaran. Saya ingin membuka hati mereka agar mampu melihat secercah kebenaran. Urusan nanti bertaubat atau tidak, itu hak prerogatif Allah,” jawab Pak AR.
Seperti diceritakan di hadits, jika pelacur bisa masuk surga hanya karena memberi minum air kepada anjing gurun yang kehausan, apalagi pelacur yang memberi minum kebajikan kepada manusia.
Kepada mahasiswa itu Pak AR berkata, “Siapa tahu mereka bisa melihat secercah kebenaran kemudian kembali ke jalan Tuhan. Mereka manusia yang punya hati nurani.” (*)
Editor Sugeng Purwanto
Kisah Pak AR ini bisa dibaca dalam buku Pak AR Sang Penyejuk karya Syaefudin Simon.