PWMU.CO– Pekerja migran Indonesia di Malaysia perlu mendapat perhatian pemerintah selama diterapkan lockdown di negara itu. Kondisi mereka mulai kesulitan uang dan pangan.
Demikian disampaikan Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia Dr Sonny Zulhuda dihubungi Kamis (16/4/2020)
Menurut laporan Aliansi Organisasi Indonesia di Malaysia (AOIM), kata Sonny, ada pekerja migran yang diusir oleh pemilik rumah kontrakan karena mereka tidak sanggup lagi membayar sewa bulanan, ada keluarga yang terpaksa memakan daun singkong hanya untuk mengganjal perut.
”Bahkan ada cerita ditawari teman pekerja dari bangsa lain daging tikus. Tapi pekerja migran kita menolaknya,” kata Sonny yang menjadi dosen International Islamic University Malaysia (IIUM).
Melihat kondisi ini, AOIM bekerja sama dengan KBRI/KJRI di Malaysia menggalang dana bantuan untuk membeli bahan pangan untuk dibagikan kepada pekerja migran yang kondisinya terjepit akibat wabah Corona ini.
”Ada bantuan uang tunai, ada pula yang langsung membelikan bahan-bahan makanan seperti beras, minyak masak, telur, mi instan, singkong, dan lain lain,” ujar Sonny.
Aktivis Aliansi Ormas terjun ke lokasi pemukiman pekerja migran di berpagai daerah untuk membagi sembako. Jumlah pekerja yang kesulitan cukup banyak, sementara sumber dana dan aktivis terbatas, karena itu persoalan ini dibawa ke Kedutaan Besar RI agar membantu menyelesaikan.
Tuntutan Mudik Dibatalkan
Di Malaysia kebijakan Perintah Kawalan Pergerakan (PKP) diberlakukan sejak 18 Maret 2020. Kemudian PKP diperpanjang lagi hingga 28 April 2020. Tanda-tandanya akan diperpanjang lagi hingga akhir Mei 2020. PKP ini seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Indonesia.
Indikasi perpanjangan itu seperti dikeluarkan paket rangsangan ekonomi untuk tiga bulan, Sultan Selangor memutuskan masjid dan surau di wilayahnya tutup hingga akhir Mei 2020. Academy of Medicine of Malaysia (AMM) seperti Ikatan Dokter Indonesia telah merekomendasikan kepada pemerintah untuk perpanjangan PKP hingga habis Lebaran. Menhan Malaysia menyatakan tidak boleh ada Bazaar Ramadan.
Sonny menceritakan, tuntutan AOIM agar pemerintah RI memulangkan pekerja ke tanah air ternyata bukan opsi terbaik karena berisiko tinggi penularan. Terlalu besar dan mahal secara operasional, memakan waktu yang lama mengingat banyaknya WNI di Malaysia serta menimbulkan masalah baru baik di Indonesia dan di Malaysia.
”Karena itu opsi pulang ini dibatalkan. Yang terbaik adalah di saat wabah telah menyebar di mana-mana, setiap orang sebailknya diam di mana saja ia berada, ini sejalan dengan petunjuk Rasul juga,” tuturnya.
Dengan demikian, tambah dia, kegiatan difokuskan pada bantuan kepada WNI terdampak baik berupa Bantuan Langsung Tunai, logistik atau dukungan lainnnya. (*)
Penulis Khoiruddin Editor Sugeng Purwanto