6 Langkah Menulis Cerpen bagi Pemula ditulis oleh Ichwan Arif, guru SMP Muhammadiyah 12 GKB Gresik yang karya cerpennya bertebaran di berbagai media.
PWMU.CO – 6 langkap menulis cerpen ini sangat cocok bagi penulis pemula. Dan sangat dianjurkan untuk mengisi hari-hari saat berada di rumah di masa pandemi Covid-19.
Selain bisa untuk mengusir kejenuhan saat balajar atau bekerja di rumah, menulis cerpen adalah peluang berkarya yang bisa kita kembangkan dalam kelonggaran waktu seperti sekarang.
Sebab, menulis cerpen bukan hanya bisa dilakukan para sastrawan yang sudah miliki banyak karya. Juga bukan monopoli guru bahasa atau insan yang memiliki backgroud pendidikan di bidangnya. Semua bisa dan mampu.
Menulis cerpen bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja. Makan, bagi penulis pemula, jangan berkecil hati. Selagi kita punya niat, kemauan, dan usaha, pasti bisa.
Bukankah Andrea Hirata, Dewi Lestari, Tere Liye, atau Pidi Baiq juga mengawali karier kepengarangannya dari penulis pemula. Tidak langsung. Tiba-tiba jadi penulis best seller dan terkenal seperti saat ini.
Berikut 6 langkah yang patut dicoba supaya bisa dan mampu berproses kreatif, menulis cerpen dengan mudah, renyah, dan enak dibaca.
Awali dengan Pengandaian
Sulitnya menulis cerpen sering kali muncul saat mengawali. Ini dialami oleh penulis yang sudah mahir sekalipun.
Tapi, yakinlah ketika kita bisa melewati proses ini, menulis bagaikan mengalirkan perahu kertas di sungai yang jernih. Perahu itu mampu melaju dengan cepat tanpa rintangan berarti.
Supaya lebih mudah dalam menjalankan arah dan pola pikir kita, gunakan kalimat pengandaian sebagai stimulasi awal untuk membangkitkan ide kreatif cerita. Semisal:
- Ada orang di seberang sungai.
- Dia ingin menyeberang, tapi tidak ada jembatan.
- Sungai itu banyak buaya.
- Orang itu berhasil menyeberang dengan selamat.
Kalimat pengandaian ini merupakan latihan awal. Di dalamnya ada tokoh, ada permasalahan, solusi, dan penutup cerita.
Secara tidak langsung, kalimat pengandaian ini menggerakkan alam bawah sadar kita untuk merangkai kalimat sehingga membentuk cerita sederhana tapi asyik.
Kalau sudah bisa membuat kalimat pengandaian dan merangkai jadi paragraf cerita, sekarang beralihkan pada cerita-cerita lain, yang mudah dikembangkan, sesuai yang diinginkan.
Menentukan Ide Cerita
Tahap ini sangat penting banget. Mengapa? Semakin ide cerita itu seru, menarik, dan didukung pengolahan cerita yang maknyus, cerpen kita akan diminati pembaca.
Agar cerita yang narasinya itu mengalir dan enak dibaca, carilah ide cerita yang mudah. Jangan sampai membuat ide cerita yang rumit sehingga menjadi kuburan. Artinya, kerumitan yang kita bikin menyebabkan cerita mbulet.
Bagaimana mencari ide cerita? Buatlah ide cerita yang sederhana, mudah diurai dan dicerna. Ide cerita itu bisa dari pengalaman pribadi, teman, sahabat, atau dari berita.
Intinya, kita paham dan mengerti tentang permasalahan dan konflik-konflik yang melatarbelakanginya. Contoh, kisah sedih anak yang ditinggal mati kedua orangtuanya karena wabah Covid-19. Kisah ini kan kita dapatkan dari televisi.
Kisah ini kan kita dapatkan dari media televisi. Si anak merasa sedih harus berpisah selamanya dengan orangtua. Tahap berikutnya, tinggal diganti nama tokoh, perwatakan, latar, suasana, dan alur cerita saja.
Referensi ide cerita sudah bisa kita dapatkan. Sekarang olah dan gabung ide imajinasinya menjadi cerita.
Ide cerita bisa sesuaikan dengan latar belakang pekerjaan, studi, dan juga hobi. Bisa tentang sekolah, persahabatan, karier, atau juga dunia fantasi. Semakin menarik idenya, semakin unik juga ceritanya.
Buat Kerangka Cerita
Kereta api bisa lancar dan aman dalam perjalanan, selain dari lokomotifnya, juga karena rel berfungsi baik. Kerangka yang dibuat sebelum menulis cerita bisa jadi penolong kita dalam melancarkan cerita-cerita yang kita produksi.
Sah-sah saja langkah ini kita lakukan untuk menghindari menemukan jalan buntu ketika sudah berada di tengah cerita.
Kerangka cerita bisa diibaratkan penanda, meski demikian ini bisa dilanggar kalau dalam proses menemukan sub cerita yang lebih oke, unik, dan menarik.
Dalam kerangka ada topik utama dan sub topik yang bisa diurai dalam 1-3 paragraf dalam cerita.
Semisal: Setelah lulus kuliah, dia berkeinginan mengajar di daerah pelosok.
a. Ibunya menolak karena takut karena dia putri tunggal.
b. Niat anak membumbungi tinggi.
c. Si ayah menyetujui dengan niat anaknya.
d. Pada hari ulang tahunnya, dia mulai meninggalkan kampung halaman untuk merantau jadi guru.
Tentukan Tokoh dan Karakter
Jangan banyak-banyak mencipta tokoh dalam cerita yang kita bikin. Hal ini supaya kita bisa fokus pada para tokoh.
Buat tokoh 2-3 tokoh saja untuk menjalankan cerita. Yakinkan tokoh tersebut bisa memainkan perannya secara maksimal sehingga keberadaannya bisa menggerakan bukan malah ‘mengganggu’. Artinya, interaksi yang dibuat kurang berfungsi. Semisal kalau dia kita hilangkan atau fungsinya bisa diganti tokoh lain, tokoh itu bisa kita eliminasi.
Setelah tokoh sudah kita disiapkan, jangan lupa beri karakter yang menjadi ciri khas. Ada penyifatan, baik antagonis, protagonis, atau trigonis. Ini penting!
Film kartun Upin dan Ipin, contoh sederhananya. Masing-masing tokoh ada ciri khas, baik itu sifat, karakter, maupun pembiasannya. Ini yang akan bisa menjadikan cerita lebih berkarakter.
Ada kalahnya, cerita kita bisa menarik karena tokoh-tokohnya saling bertentangan sehingga bisa memunculkan permasalahan, konflik dan ada solusinya.
Alur Sederhana
Kita memiliki kewenangan dalam merangkai jalan cerita. Tidak perlu takut untuk menggubah atau membalik alurnya.
Hilangkan anggapan, cerita itu diawali orientasi yang memperkenalkan tokoh atau latar saja. Bisa juga, di awal kisah langsung dihentak dengan masalah, konflik yang membuat pembaca penasaran. Sehingga akan muncul kalimat, “Ada apa ya dengan cerita ini?”
Inilah ketertarikan awal yang menyebabkan pembaca akan terus menelusuri rangkaian tiap rangkaian dalam cerita yang kita ciptakan.
Kalau raut wajah pembaca tidak ada perubahan ekspresi, bisa jadi mereka tidak suka, sekadar baca saja, atau malah tidak tertarik sama sekali.
Contoh membuka cerita dengan membuat penasaran pembaca:
“Ini adalah purnama ke-36 bagi Fitri. Peseninggal bapaknya, Fitri menjadi sosok pendiam dan sensitif. Tapi, bagi Fitri inilah proses pembelajaran hidup yang dahsyat. Dilalui sendiri, jauh dari sanak saudara.”
Pembaca akan terpancing untuk terus menelusuri cerita. Dia pingin tahu, bapaknya meninggal karena apa, Fitri sekarang tinggal di mana? kerja apa? Ada apa dengan purnama?
Jadi, hindari di awal alur cerita yang menggurui. Adakalanya, alur tersebut bisa membuat pembaca berhenti membaca karena dirinya sudah tidak dianggap oleh penulis dan imajinasi sudah dikotak-kotak oleh cerita. Semisal:
“Fitri adalah anak pertama yang ditinggal di Desa Wonorejo. Dia tiap pagi berangkat kerja di kota pukul 06.00 dan pulangnya pukul 17.00. Fitri adalah sosok cewek pekerja keras. Semenjak bapaknya meninggal , Fitri membantu mencukupi ekonomi dan biaya adiknya sekolah.”
Pembaca sudah diberikan semua oleh penulis. Pembaca hanya membaca tanpa ada tantangan berarti. Ini ada indikasi pembaca sudah digurui si penulis dan membuat pembaca malas meneruskan.
Twist Ending
Ini adalah bagian akhir dalam membuat cerita. Tugas kita belum berakhir dengan aman kalau kita tidak bisa membuat ending yang membikin pembaca tersentak, kaget, dan berpikir ulang.
Akhir cerita itu bisa terbuka, tertutup, happy ending ataupun tragedy ending. Ini tergantung si penulis. Jangan membuat alur atau ending cerita yang mudah ditebak oleh pembaca. Ini sepertinya tidak ada tantangan berarti bagi pembaca.
Beri tantangan pembaca dengan twist ending, akhir yang penuh kejutan, bikin penasaran pembaca. Ini salah satu langkah mengajak unsur emosi pembaca masuk dalam cerita. Pembaca seolah-olah menjadi bagian penting dalam cerita.
Twist ending adalah akhir yang penuh keterkejutan, yang tidak pernah disangka-sangka pembaca sebelumnya. Pembaca akan berkata dalam hatinya, ” Lho, kog begini akhirnya, asyik sekali ya.”
Pembaca akan mengolah isi perasaannya setelah membaca cerita. Memiliki kesan mendalam tentang cerita yang barusan dia baca. Atau, malah dia akan bisa bercerita pada temannya kalau cerita ini sangat menarik dan bermutu.
Pembaca, 6 langkah menulis cerpen ini isa dipraktikkan saat kita stay at home. Ayo, terus berkarya di tengah pandemi Covid-19 ini. (*)
Editor Mohamamd Nrfatoni.