Investasi yang Tak Ada Ruginya Ngaji Ramadhan ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo.
PWMU.CO – Ngaji Ramadhan hari ini membahas hadits riwayat Muslim dalam Kitab Wasiat.
عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله تعالى عنه: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ قَالَ: إِذَا مَاتَ ابنُ آدم انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah RA bahwa Nabi SAW bersabda: Jika telah meninggal anak Adam terputuslah (pahala) amalnya, kecuali tiga hal: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendoakan kepadanya (yang telah meninggal).
Anda ingin berinvestasi yang dijamin tidak rugi? Bahkan keuntungannya berlipat ganda, maka berinvestasilah seperti diterangkan hadits di atas!
Kehidupan yang kita jalani ini sebenarnya terasa begitu singkat. Waktu tak pernah sedetik pun berhenti. Ia akan terus berjalan dan menggilas apa saja yang ada di depannya tanpa mau kompromi.
Kita manfaatkan atau tidak, ia tak perduli. Jika telah sampai waktunya, ajal datang menjemput, tak dapat seorang pun menolaknya, kapan itu? Rahasia, tidak ada yang tahu secara pasti. Kalau sudah begini mau apa kita?
Jangan salah berinvestasi, karena jika hanya berhenti dengan keuntungan di dunia, akan menjadi rebutan ahli waris. Dan hasilnya kadang jadi mengerikan!
Maka investasi yang aman dan menguntungkan adalah sebagaimana uraian hadits di atas yaitu menguntungkan di dunia sampai kita telah menjadi mayat sekalipun. Hasil investasi tetap dapat kita nikmati, sekaligus bermanfaat bagi kaum Muslimin yang masih hidup.
Tanpa Modal tapi Untung Besar
Apa bentuk investasi tersebut? Pertama, shadaqah jariyah. Harta yang sebenarnya adalah harta yang kita belanjakan di jalan Allah. Titipkanlah harta dari Allah yang diamanahkan kepada kita kembali kepada-Nya. Maka ia akan kekal, akan abadi.
مَا عِندَكُمۡ يَنفَدُ وَمَا عِندَ ٱللَّهِ بَاقٖۗ وَلَنَجۡزِيَنَّ ٱلَّذِينَ صَبَرُوٓاْ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ٩٦
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.“ (an-Nahl 96)
Perhatikan! Pada hakekatnya semua yang ada adalah milik Allah. Tiada satu pun yang menjadi hak milik kita, termasuk diri ini: tubuh, tangan, kepala, kaki, dan semuanya yang kita akui milik kita. Apalagi yang di luar diri kita: rumah, pekarangan, mobil, dan apa saja yang dalam pengelolaan kita sesungguhnya adalah milik Allah SWT.
Balasan Surga
Maka semestinya semua itu kita maknai dengan sebaik-baiknya, kita investasikan kembali untuk menunjang tegaknya kalimatul ‘ulya, Allah akan menukar atau membeli dari orang beriman jiwa dan hartanya dengan surga.
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعۡتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١١١
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (at-Taubah 111)
Yang jelas hidup kita ini tanpa modal, semua yang ada adalah dari Allah. Tapi Dia masih berkenan menukarnya dengan surga. Karena itu praktis tidak ada yang dapat kita banggakan.
Shadaqah jariyah merupakan investasi yang akan kita tinggalkan. Berupa apapun dalam rangka menunjang kelangsungan dakwah islamiyah. Walaupun kita sudah berkalang tanah—karena masih dapat dimanfaatkan kaum muslimin yang lainnya—maka akan memberikan hasil yang terus-menerus.
Dan yang tidak kalah penting adalah nilai keikhlasan kita, bahwa semuanya tanpa harapan gelar sebagai dermawan, atau demi harum namanya untuk sekedar dikenang. Sehingga tidak ada sistem kekeluargaan di sana, tapi murni demi izzul islam wal muslimin.
Ilmu Mantapkan Keyakinan
Kedua, ilmu yang bermanfaat. ilmu merupakan hal mutlak bagi kaum mukminin. Beramal atau berbuat tanpa ilmu, menimbulkan spekulasi: mungkin benar dan mungkin tidak benar.
Padahal sumber kebenaran adalah Allah SWT. Dengan ilmu berarti paham (faqih). Tidak ada spekulasi di sini, karena benar dan salah itu sudah jelas, qad tabayyanarrusydu minal ghaiy. Sungguh jelas sekali benar itu dari yang salah.
Maka dengan ilmu menimbulkan kemantapan atau keyakinan dalam beramal atau beribadah. Sedang tanpa ilmu sama dengan beramal dengan spekulasi, sah dan tidaknya.
Pada tahap awal mungkin tidak masalah. Tetapi untuk berikutnya wajiblah menuntut ilmu. Ilmu itu mengantarakan ke arah yang lebih yakin, dan inilah yang disebut dengan ilmu yaqin yang kemudian dapat mengantarkan pada haqqul yaqin.
Ilmu yang bremanfaat, adalah keteladanan (uswah hasanah) yang diberikan, bukan semata teori. Itulah yang disinyalir rasul ibda’ binafsik. Mulailah dari dirimu.
Sehingga bukan semua guru atau ustadz dalam hal ini yang mampu melakukan ini. Tap guru atau ustadz yang mampu melayani kebutuhan umat, memberikan keteladanan, dan sekaligus memberikan pemahaman secara proporsional.
Semua itu dalam rangka untuk mencerdaska dan memahamkan umat. Bukan sebaliknya membodohi umat.
Investasi Tiada Tara
Ketiga: anak yang shalih yang mendoakan orangtuanya. Anak-anak yang shalih merupakan penyejuk hati. Diperlukan suatu ikhtiar yang sungguh-sungguh untuk mencetaknya. Ayah dan ibu saling bahu membahu. Keduanya harus memberikan keteladan bukan semata ucapan.
Anak yang shalih merupakan investasi yang tiada tara. Kita boleh kehilangan apa saja, tetapi anak merupakan harta yang sangat berharga. Maka bekal agama seharusnya menjadi prioritas utama dar kedua orangtuanya.
Apalah arti sebuah kesuksesan orangtua tanpa diimbangi dengan kesuksesan mencetak anak yang shalih. Karena ketika telah meninggal akan sepi menyendiri tanpa doa-doa yang dipanjatkan oleh anaknya. Tanpa permohonan ampun untuknya dari anak yang shalih.
Semoga tidak bagi kita. Karena insyaalah kita dikaruniai oleh Allah anak-anak yang shalih-shalihah. Yang membuat kita pann doa kebaikan. (*)
Tulisan Investasi yang Tak Ada Ruginya ini diedit oleh Mohammad Nurfatoni.