Saat Wabah Jangan Kehilangan Makna Puasa. Demikian ditegaskan Ketua Majelis Tabligh Pimpinanan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Muhammad Sholihin Fanani M.PSDM.
PWMU.CO – Bulan Suci Ramadhan 1441 Hijriah telah tiba. Kamis (23/4/2020) malam, umat Islam akan memulai ibadah shalat Tarawih perdana. dan besoknya diwajibkan untuk berpuasa.
Sayangnya kedatangan bulan suci nan berkah tahun ini agak berbeda. Gaungnya kalah dibanding berita penanganan Pandemi Covid-19 yang belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Pemerintah pun menetapkan masa darurat penanggulangan Covid-19 hingga 29 Mei 2020.
Atas dasar itulah pemerintah juga melarang masyarakat untuk mudik karena dikhawatirkan bakal menambah jumlah korban terpapar Virus Corona.
Ketua Majelis Tabligh Pimpinanan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Muhammad Sholihin Fanani M.PSDM mengajak umat Islam, khususnya warga Persyarikatan Muhammadiyah agar tidak terlena dengan berita dan upaya penanganan Covid-19. Sehingga melupakan kedatangan Ramadhan 1441 H.
“Waspada harus. Tapi jangan sampai Ramadhan tahun ini kehilangan makna di tengah kesibukan kita menghindari Pandemi Corona,” pesan pada PWMU.CO, Kamis (23/4/2020).
Menurut dia, yang terpenting bagi warga Persyarikatan adalah mengikuti Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan anjuran pemerintah. Labih-lebih, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah telah telah mengeluarkan panduan tata cara beribadah untuk bulan Ramadhan di tengah Covid-19.
“Mari kita ikuti tuntunan ibadah itu. Jangan lupa jadikan bulan Ramadhan ini sebagai sarana untuk meminta kepada Allah agar virus ini segera dihilangkan dari muka bumi-Nya. Bukanlah berdoa di bulan Ramadhan adalah mustajabah,” tegasnya.
Tips agar Tak Kehilangan Makna
Pria asli Lamongan ini pun tak lupa membagikan tips yang bisa dilakukan agar umat Islam tidak kehilangan makna Ramadhan di tengah pandemi Covid-19.
Dia menjelaskan, tips pertama adalah segenap umat Islam bisa saling mengirimkan pesan mengingatkan bahwa Ramadhan 1441 H tiba.
“Bisa juga saling bermaafan di antara anak dengan orangtua, suami dan istri, dengan tetangga. Barang kali selama ini ada kesalahan dan kekhilafan baik disengaja maupun tidak sengaja. Juga kepada orang-orang yang selama ini dekat dengan kita,” ujarnya.
Bisa juga, sambungnya, sebelum memasuki Ramadhan ini, kita manfaatkan untuk membayar hutang, barangkali ada di antara kita.
Kedua, lanjut dia, untuk keluarga, kegiatan stay at home bisa dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan keagamaan di rumah masing-masing. Misalnya kegiatan shalat Tarawih berjamaah dengan menjadikan anak-anak yang sudah mahasiswa atau SMA untuk menjadi imam.
“Kemudian si anak diminta juga memberikan kultum dengan tema ringan seperti pengertian puasa, syarat syah puasa, tujuan puasa, orang-orang yang boleh meninggalkan puasa, Nuzulul Quran, dan Lailatul Qadar,” pesannya.
Materi lainnya bisa hal-hal membatalkan puasa, amalan-amalan yang disunnahkan selama puasa, keutamaan bulan puasa, zakat fitrah, atau makna Idul Fitri.
“Juga bisa dimanfaatkan untuk tadarus bersama, bergiliran membaca al-Quran,” teturnya.
Strategi Masjid Jamaah di Rumah
Ketiga, untuk takmir masjid, walaupun tidak ada kegiatan shalat Tarawih berjamaah di masjid, tetap harus memiliki strategi bagaimana tetap berfungsi untuk mengatur jamaah masjid di rumah.
“Misalnya, mengirimkan pesan melalui grup masing-masing masjid, untuk mengingatkan bahwa Ramadhan telah tiba, mengirimkan jadwal imsakiyah, membangunkan jamaah untuk makan sahur, mengirimkan jadwal untuk penerimaan zakat,” paparnya.
Selain itu, sambaungnya, takmir masjid juga bisa mengajak jama’ah untuk mendengarkan ceramah tarawih melalui Zoom, Facebook, Instgram dan aplikasi lainnya. Juga bisa mengajak jama’ah untuk tadarus melalui aplikasi tersebut.
“Atau juga meminta jamaah atau ustadz untuk mengirimkan rekaman ceramah melalui rekaman suara. Takmir juga bisa menghimbau kepada jamaah untuk membayar infak dan sedekah,” ujarnya. (*)
Penulis Aan Hariyanto. Editor Mohammad Nurfatoni.