PWMU.CO – PSBB harus persuasif dan humanis. Hal itu dikatakan Sekdaprov Jatim Heru Tjahjono saat memimpin Rapat Koordinasi (Rakor) Persiapan Sosialisasi PSBB di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (26/4/2020).
Dalam tiga hari Sabtu-Senin (25-27/4/2020), Pemerintah Provinsi Jawa Timur akan melakukan sosialisasi sebelum Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan di tiga daerah.
“Tolong kepada saudara-saudara sekalian, sosialisasi terkait pelaksanaan PSBB ini harus efektif dilakukan dalam waktu tiga hari ini dan harus benar-benar sampai ke masyarakat. Jangan sampai saat PSBB berlangsung ada masyarakat yang belum mendapat informasi.” ujarnya.
Heru menegaskan, dalam pelaksanaan sosialisasi PSBB hendaknya melibatkan unsur Forkopimda (Forum Komunikasi Pimpinan Daerah) setempat.
Karena menurutnya, pandemi Covid-19 dan pemberlakuan PSBB di Surabaya Raya (Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo) adalah tanggung jawab semua pihak demi memutus mata rantai penyebaran covid-19.
“Pada pelaksanaan sosialisasi mohon melibatkan aparat Kepolisian dan TNI. Ini tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.
PSBB di Bulan Ramadhan
Heru Tjahjono menekankan agar pelaksanaan PSBB yang bertepatan dengan bulan suci Ramadhan ini perlu dilakukan secara persuasif dan humanis. Sesuai kearifan lokal dengan melibatkan banyak pihak.
Seperti saat berjualan dan membagi
takjil atau patrol untuk membangunkan sahur yang dimungkinkan masih terdapat di beberapa daerah.
“Berjualan dan berbagi takjil itu bagian kearifan lokal. Jadi bagaimana kita bisa
memberikan pemahaman kepada mereka bahwa Ramadhan kali ini berbeda dengan sebelumnya. Tanpa melarang tetapi mereka harus tetap melakukan protokol kesehatan,” ujarnya.
Heru juga menegaskan pentingnya persamaan tindakan di tiga daerah terkait sanksi. Jika ditemukannya masyarakat yang tidak mematuhi aturan PSBB.
Ketiga daerah harus mempunyai kesepakatan terkait tindakan apa yang akan dilakukan ketika mendapati warung kopi yang masih buka dengan menyediakan tempat duduk di dalamnya.
“Jangan sampai di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik berbeda. Nanti mereka akan bilang Sidoarjo tidak seketat di sini misalnya, ‘Ayo ngopi ke sana saja’. Ini bahaya. Jadi harus
sama,” tegasnya.
Untuk itu, dirinya meminta perlunya penyiapan upaya antisipasi jika memang saat pelaksanaan PSBB ditemukan masyarakat yang tidak mematuhi anturan.
Seperti berboncengan lebih dari satu orang jika menggunakan kendaraan pribadi roda dua. Lalu masyarakat yang berusia lebih dari 60 tahun tetapi masih bepergian. Atau ada moda transportasi umum yang penumpangnya melebihi yang ditentukan.
“Yang seperti ini harus kita pikirkan. Jangan mereka kemudian diterlantarkan. Berikan pemahaman secara persuasif, sediakan kendaraan untuk membawa mereka atau bagaimana? Karena mereka tetap harus kita perhatikan. Jangan sampai mereka terlantar,” katanya.
PSBB harus persuasif dan humanis di bulan suci Ramadhan. (*)
Penulis Faishol Taselan. Editor Mohammad Nurfatoni.